Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Memutuskan STY di Momen yang Tepat
6 Januari 2025 16:59 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Eduardo Edwin Ramda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemutusan kontrak Shin Tae-Yong (STY) sebagai pelatih tim nasional Indonesia telah memicu diskusi hangat di berbagai kalangan. Keputusan ini datang pada momen yang tepat, dua bulan sebelum laga kualifikasi berikutnya, memberikan ruang bagi PSSI untuk merancang ulang strategi dan mempersiapkan tim dengan pelatih baru. Langkah ini bukan sekadar pergantian personel, melainkan sebuah upaya strategis yang bisa dianalisis melalui perspektif game theory.
ADVERTISEMENT
STY telah membawa perubahan signifikan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Tim racikannya dikenal sebagai salah satu yang terbaik, dengan performa yang mampu bersaing di tingkat regional dan internasional. Namun, komunikasi yang kurang optimal menjadi isu utama yang tak dapat diabaikan. Dalam sepak bola modern, kejelasan pesan dan pemahaman strategi di antara pelatih dan pemain adalah kunci keberhasilan. Kendala komunikasi ini, meskipun terlihat sederhana, memiliki dampak besar pada eksekusi taktik di lapangan.
Skuad yang dibangun STY memiliki sejumlah kekuatan yang patut diapresiasi. Penekanan pada disiplin taktik dan penguasaan bola yang baik telah membawa tim nasional ke level yang lebih tinggi. Namun, kelemahan fundamental tetap ada. Salah satunya adalah fighting spirit. Dalam banyak pertandingan, tim nasional nyaris tidak pernah berhasil melakukan comeback setelah tertinggal. Hal ini menunjukkan kurangnya daya juang dan mentalitas untuk bangkit dalam situasi sulit.
ADVERTISEMENT
Masalah lainnya adalah penyelesaian akhir atau finishing. Peluang yang tercipta di depan gawang sering kali gagal dikonversi menjadi gol, sebuah masalah serius yang perlu segera diatasi. Dengan lawan-lawan yang semakin tangguh seperti Jepang dan Australia di depan mata, kelemahan ini tidak boleh dibiarkan tanpa solusi. Pergantian pelatih diharapkan mampu memberikan perspektif baru untuk mengatasi kendala ini.
Renovasi Sepak Bola di Bawah Erick Thohir
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, tampaknya telah membaca dinamika ini dengan cermat. Keputusan untuk mengakhiri kontrak STY dapat dipandang sebagai langkah strategis dalam kerangka game theory. Dalam teori ini, keputusan optimal diambil dengan mempertimbangkan risiko dan hasil yang mungkin terjadi, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan Thohir saat menyelamatkan Inter Milan dari keterpurukan, ia kembali menerapkan pendekatan strategis serupa dalam konteks sepak bola Indonesia. Renovasi yang dilakukan mencakup perubahan tim kerja dan filosofi permainan. Dengan menggandeng pelatih asal Belanda yang memiliki kredibilitas tinggi, diharapkan komunikasi dalam tim menjadi lebih intens dan cair, sehingga pemain lebih mudah memahami pesan strategi yang disampaikan.
Teori permainan (game theory) dalam ekonomi merupakan kerangka matematika yang menganalisis bagaimana pelaku ekonomi membuat keputusan dan berinteraksi satu sama lain. Dalam konteks sepak bola, kerangka ini membantu memahami bagaimana keputusan diambil oleh federasi, pelatih, dan pemain berdasarkan harapan serta perilaku pihak lain.
Langkah ini juga mencerminkan keberanian untuk mengambil risiko. Dalam setiap keputusan besar, selalu ada potensi kegagalan. Namun, ET tampaknya memilih jalur dengan risiko terminim. Melalui strategi ini, ia berupaya membangun fondasi sepak bola Indonesia yang lebih kokoh dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks sepak bola, game theory dapat digunakan untuk memahami dinamika keputusan yang melibatkan banyak pihak, mulai dari federasi, pelatih, pemain, hingga penggemar. Keputusan PSSI untuk berpisah dengan STY adalah contoh nyata dari penerapan teori ini. Dengan mempertimbangkan kinerja tim, tantangan di masa depan, dan ekspektasi publik, PSSI mengambil keputusan yang tidak populer tetapi strategis.
Mengganti pelatih dua bulan sebelum laga kualifikasi mungkin tampak seperti perjudian. Namun, dalam teori permainan, langkah ini bisa dilihat sebagai "strategi dominan" yang dirancang untuk memaksimalkan peluang sukses dalam jangka panjang. Dengan pelatih baru, PSSI memiliki kesempatan untuk menyegarkan atmosfer tim dan menghadirkan pendekatan taktik yang lebih sesuai dengan tantangan ke depan.
Menerima Pergantian Sebagai Bagian dari Proses
ADVERTISEMENT
STY adalah pelatih yang luar biasa, dan kontribusinya bagi sepak bola Indonesia akan selalu dikenang. Namun, seperti halnya dalam kehidupan, perpisahan adalah bagian dari perjalanan. Di luar sana, banyak peluang menjanjikan yang menanti STY, dan ia hampir pasti akan terus bersinar di dunia sepak bola.
Bagi kita, para pendukung sepak bola Indonesia, penting untuk menerima keputusan ini dengan kepala dingin. Perubahan ini adalah bagian dari proses panjang menuju transformasi yang lebih besar. Percaya pada proses dan komitmen PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir adalah langkah yang bijak. Jika kita menengok kembali kisah sukses Inter Milan, kita bisa optimis bahwa sepak bola Indonesia sedang menuju ke arah yang lebih baik.
Keberanian untuk mengambil risiko dan melakukan perubahan adalah ciri khas pemimpin visioner. Erick Thohir sedang membawa sepak bola Indonesia memasuki era baru, di mana profesionalisme dan pendekatan strategis menjadi landasan utama. Meski keputusan memutuskan kontrak STY mungkin terasa pahit bagi sebagian pihak, langkah ini adalah investasi untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, sepak bola adalah permainan kolektif yang melibatkan strategi, kerja keras, dan kebersamaan. Dengan fondasi yang kuat dan semangat untuk terus maju, kita bisa berharap bahwa tim nasional Indonesia akan mencapai prestasi yang lebih gemilang di kancah internasional. Perubahan ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan. Mari kita dukung upaya ini dengan semangat dan optimisme.
*Penulis adalah Ketua Bidang Riset dan Kebijakan Publik PP Pemuda Katolik dan pengamat Katalis Institute