Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mengenal Gangguan Psikosomatik yang Penting untuk Diketahui
8 Juni 2020 16:36 WIB
Tulisan dari dr Edward Faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Semua orang sudah bersiap untuk menghadapi situasi normal baru. Euforia terjadi di mana-mana, walau ada sebagian besar juga masih kontra terhadap adanya normal baru. Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat untuk menggambarkan normal baru. Antusiasme untuk mempersiapkan normal baru merupakan dampak dari adanya gangguan psikosomatik yang tidak disadari oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
Gangguan psikosomatik diperkirakan terjadi sudah sejak pertama kali kasus COVID-19 ditemukan di Indonesia. Gejala secara umum adalah adanya rasa cemas dan puncaknya adalah kepanikan yang terjadi secara massal. Masyarakat banyak yang tidak jernih berpikir dalam hal proteksi diri untuk terhindar dari COVID-19. Banyaknya berita negatif tentang COVID-19 yang disebarkan juga merupakan tanda bahwa masyarakat sudah mengalami gangguan psikosomatik.
Namun apakah sudah banyak yang mengetahui dan memahami tentang gangguan psikosomatik, ini masih menjadi pertanyaan. Karena jika sudah banyak yang tahu dan menyadari akan segera berusaha untuk mengobati dirinya.
Bulan Mei 2020 terasa lebih banyak orang berdiam di rumah untuk ibadah, dapat mengikuti anjuran pemerintah agar pandemi dapat segera berakhir. Tapi disayangkan bahwa saat ini sudah berlangsung kembali aktivitas seperti biasa.
ADVERTISEMENT
Peningkatan arus balik ke kota besar juga terjadi. Banyak yang tidak menyadari bahwa mereka yang dari luar kota besar membawa virus dan dapat menularkan ke sekitarnya di tempat baru. Segala upaya sudah diusahakan pemerintah bersama para tokoh masyarakat untuk membendung peningkatan angka kejadian infeksi COVID-19 secara signifikan.
Hal ini diperkirakan karena dorongan rasa khawatir jika tidak bekerja maka tidak dapat menghidupi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup harian keluarga. Rasa khawatir ini terjadi karena adanya gangguan psikosomatik pada orang-orang tersebut. Selain itu gangguan psikosomatik juga terjadi pada orang yang melaksanakan kerja dari rumah (Work from home/WFH). Saat ini masalah kesehatan psikologis menjadi tantangan yang signifikan dan perlu mendapat perhatian.
ADVERTISEMENT
Gangguan psikosomatik adalah penyakit medik yang terjadi secara bersamaan (pararel) karena adanya gangguan secara fisik (organik) dan gangguan psikologis. Penelitian kepala divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS dr. Ciptomangunkusumo (RSCM), Shatri, dkk pada tahun 2017 di RSCM menemukan bahwa 80% pasien yang berobat ke poliklinik mengalami gangguan psikosomatik.
Hubungan antara kondisi fisik dan psikologis memang masih belum terjelaskan dengan baik, dan tidak banyak yang mengetahui gangguan psikosomatik ini, baik awam maupun tenaga medis. Untuk mudahnya, gangguan psikosomatik dibagi dua, yaitu gangguan psikosomatik fungsional dan struktural.
Ilmu yang mempelajari gangguan ini adalah ilmu psikosomatik, yaitu interdisiplin ilmu yang mempelajari kesehatan psikis dan somatik secara biologi, psikososial, dan budaya. Dalam psikosomatik, sangat penting untuk menentukan faktor psikososial yang mempengaruhi, sehingga pasien menjadi rentan.
ADVERTISEMENT
Tubuh manusia memiliki banyak kemapuan untuk menjaga keseimbangan (homeostasis), yang secara konstan selalu menjaga keseimbangan jika ada stressor, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Respon terhadap stress akan mengaktifkan sistem syaraf otonom melalui aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA), yang bekerja secara dua arah. Ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan psikosomatik.
Ciri gangguan psikosomatik antara lain:
Tatalaksana/pengobatan yang holistik sangat diperlukan dengan tujuan untuk mencegah, mengobati, dan rehabilitasi gangguan psikosomatik yang terjadi. Hal yang berhubungan erat dengan tatalaksana yang sukses untuk gangguan psikosomatik adalah komunikasi yang baik antar dokter-pasien.
ADVERTISEMENT
Kurangnya pasien yang berkunjung ke poli psikosomatik, kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang psikosomatik, baik dokter dan pasien. Dan terjadinya peningkatan gangguan psikosomatik sering tidak disadari oleh dokter maupun pasien. Jadi diperlukan untuk dokter dan orang awam mengetahui tentang gangguan psikosomatik. Perlu juga dilatih tentang psikosomatik agar lebih dini menemukan gangguan psikosomatik dan dapat segera ditatalaksana.
Kesulitan dalam tatalaksana harian adalah mempertahankan struktur terapi pasien, missal: tidak datang berobat, penolakan, dan datang terlambat tidak sesuai waktu seharusnya untuk kontrol. Manajemen gangguan psikosomatik yang utama adalah dengan cara komunikasi yang baik antara dokter dan pasien. Dengan pasien menceritakan masalahnya ke dokter, maka akan meringankan penyakit yang dideritanya.
Pertemuan perlu dilakukan tidak hanya satu kali saja agar hasil pengobatan dapat efektif. Karena yang diobati adalah perilaku individu yang berobat, pandangan tetang kondisi dirinya dan lingkungan, serta pandangannya tentang kesehatan yang baik secara utuh.
ADVERTISEMENT