Panduan Pola Tidur yang Baik pada Pandemi COVID-19

dr Edward Faisal
Spesialis Penyakit Dalam Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Psikosomatik dan Paliatif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 12:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dr Edward Faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tidur Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat situasi ini banyak orang yang berdiam diri di rumah. Kondisi perekonomian juga mendesak semua orang tidak dapat melakukan pekerjaan dengan normal. Apalagi saat ini sedang dipersiapkan oleh pemerintah untuk kondisi “New normal”.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang terjadi perlu adaptasi yang baik dari semua orang dan kemampuan adaptasi setiap orang untuk perubahan sangat berbeda. Bagaimana dengan yang beban pekerjaannya sedikit? Bagaimana yang memang aktivitasnya tidak banyak atau bervariasi jika berada di rumah? Orang akan memilih melakukan kegiatan selain aktivitas fisik dan yang banyak dilakukan adalah tidur.
Normalnya, sepertiga dari hidup seseorang selama 24 jam diisi dengan tidur. Karena tidur yang berkualitas adalah kebutuhan dasar setiap manusia untuk memulihkan kembali semua fungsi tubuh.
Tidak semua tidur adalah tidur berkualitas. Perlu diketahui bahwa tidur yang tidak sesuai dengan pola normal akan menyebabkan gangguan tidur. Hal sepele akan berdampak besar bagi orang yang menderita gangguan tidur. Karena akan ada pertanyaan yang timbul terkait gangguan tidur dan seberapa penting mengetahui hal ini maka untuk mudahnya penulis membagi dua gangguan tidur secara garis besar yaitu banyak tidur/hipersomnia dan sulit tidur/insomnia.
ADVERTISEMENT
Angka kejadian insomnia adalah 10-15% pada populasi umum sedangkan hypersomnia juga hampir sama yaitu 10-12%. Orang awam banyak mengetahui dan mengalami insomnia. Insomnia ini sudah seperti hal yang wajar di masyarakat dan diyakini bisa hilang sendiri. Ini adalah tanggapan yang salah terhadap insomnia. Selain insomnia, banyak tidur juga perlu mendapat perhatian karena dapat menyebabkan penyakit lain yang berat.
Insomnia adalah suatu gangguan tidur. Orang dengan insomnia akan mengalami kekurangan waktu tidur sampai tidak dapat tidur sama sekali saat malam hari dan di siang hari pasien mudah tertidur atau selalu mengantuk.
Selain itu produktivitas berpikir akan menurun juga. Insomnia berdasarkan sumbernya dibagi menjadi primer dan sekunder. Insomnia primer adalah gangguan pola tidur yang tidak menjadi bagian dari penyakit lain/tidak disebabkan penyakit lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan insomnia sekunder terjadi berhubungan dengan penyakit lain, dapat merupakan bagian dari gangguan psikosomatik seperti gangguan cemas dan gangguan depresi, sakit jantung, stroke, diabetes mellitus/kencing manis, tekanan darah tinggi, dan penyakit metabolik lainnya. Insomnia ini jika terus berlanjut dan menjadi berat akan menyebabkan gangguan fungsi sosial/disabilitas.
Pada masa pandemi COVID-19 ini insomnia terjadi karena gangguan fisiologis tubuh manusia. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena situasi menyebabkan banyak orang untuk terus berada di dalam rumah.
Tidak pernah terkena cahaya matahari. Manfaat cahaya matahari selain untuk mengubah provitamin D menjadi vitamin D aktif dalam tubuh, juga bermanfaat untuk merangsang otak kita agar dapat membedakan waktu siang dan malam. Bagaimana jika hanya di dalam rumah terus? Akan terjadi kebingungan secara alam bawah sadar, terjadi kekacauan pola tidur yang normal.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang tidak pernah terkena cahaya matahari, apalagi hanya di dalam kamar maka dengan mudah terjadi gangguan psikologis, misalnya cabin fever. Akan tetapi dalam situasi pandemi COVID-19 ini tetap disarankan sekali berada dalam rumah. Manusia pada dasarnya memiliki kepribadian takut terhadap sesuatu.
Jika rasa takut berkembang menjadi gangguan cemas atau gangguan depresi maka akan meningkatkan juga terjadinya insomnia. Apakah banyak tidur lebih baik daripada insomnia? Gangguan tidur yang berlawanan dengan insomnia adalah hipersomnia.
Gangguan tidur ini juga perlu diwaspadai. Hipersomnia secara harafiah artinya produktivitas menurun dan tidak melakukan olah raga. Perlu diketahui bahwa hipersomnia merupakan salah satu gejala dari gangguan psikologis, yaitu gangguan depresi. Pada gangguan depresi, orang menjadi malas bergerak, malas melakukan aktivitas, tidak ada keinginan untuk melakukan apa pun, dan banyak tidur. Jika banyak tidur komplikasi awal adalah kegemukan (Obesitas). Komplikasi hypersomnia adalah penyakit pembuluh darah dan jantung, darah tinggi (hipertensi), stroke, dislipidemia (kolesterol terganggu), diabetes mellitus, dan penyakit metabolik lainnya.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 telah berlangsung beberapa bulan dan masih belum jelas diketahui kapan akan berakhir. Penyebaran COVID-19 cukup cepat melalui udara dan kontak langsung dengan virusnya. Hal ini mendesak agar setiap orang dapat mencegah tidak sampai tertular.
Pandemi COVID-19 ini membuat perilaku hidup setiap orang berubah. Semua kegiatan yang biasanya normal dilakukan menjadi tidak dapat dilakukan. Peraturan pembatasan sosial skala besar (PSBB) membuat orang menjadi lebih banyak melakukan kegiatan lebih banyak di dalam rumah.
Perubahan besar yang terjadi memaksa setiap orang agar dapat beradaptasi dengan cepat. Kondisi sebelum pandemi COVID-19 merupakan zona nyaman masing-masing orang.
Jika seseorang harus keluar dari zona nyaman tanpa persiapan/transisi maka akan mudah mengalami gangguan psikosomatik. Gangguan psikosomatik diketahui dapat menurunkan imunitas tubuh, karena itu perlu diwaspadai jika ada kemungkinan terjadinya gangguan ini. Tanda awal adalah gangguan tidur dan hal ini dapat dicegah.
ADVERTISEMENT
Panduan yang dapat dilakukan agar terhindar dari gangguan tidur adalah
ADVERTISEMENT
Panduan ini juga dapat digunakan bagi yang mengalami gangguan tidur agar bisa kembali tidur normal. Tidur normal adalah kebutuhan yang hakiki dan perlu menjadi perhatian untuk setiap orang.