Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kepribadian yang Rentan di Tengah Wabah Covid-19
29 Mei 2020 7:44 WIB
Tulisan dari Edward Warus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di saat wabah pandemik Covid-19 tengah memuncak di Indonesia, masih banyak orang yang tidak percaya bahwa wabah ini memang nyata dan terjadi di sekeliling kita. Seperti kejadian di depan suatu ATM yang viral di media sosial saat petugas menghimbau salah seorang pengunjung untuk memakai masker namun sang pengunjung tersebut marah dan berkelahi dengan petugas. Di berita pula sudah banyak tempat-tempat umum yang ramai dikunjungi masyarakat tanpa mematuhi aturan physical distancing atau PSBB. Hal ini menunjukkan bahwa respon seseorang ketika menghadapi realita masalah sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya.
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 ini memang merupakan situasi yang berat dan penuh ketidakpastian. Tidak hanya bagi para yang terdampak wabah ini secara langsung, tetapi juga yang tidak terdampak wabah secara langsung. Bagi yang tidak terdampak wabah secara langsung akan dihantui kecemasan, kepanikan, hingga berpotensi mengalami berbagai gangguan kesehatan jiwa. Menurut beberapa psikolog, respon kita selama menghadapi bencana wabah ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian diri atau karakter kita masing-masing.
Di dalam teori Big Five Personality (Lewis Goldberg), tipe kepribadian dibagi menjadi lima dimensi yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion/Introversion, Agreeableness, dan Neuroticism. Dimensi Kepribadian Openness mengelompokkan individu berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif yang muncul pada dimensi ini adalah kreatif, imajinatif, penasaran, dan berpikiran luas sementara kebalikannya adalah individu yang cenderung konvensional dan nyaman terhadap hal-hal yang telah ada.
ADVERTISEMENT
Dimensi berikutnya Conscientiousness, cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan atau penuh pertimbangan dalam mengambil sesuatu keputusan. Karakteristik positifnya adalah bertanggung jawab, dapat diandalka, dan tekun sementara sifat kebalikannya adalah terburu-buru, tidak teratur, dan kurang bertanggung jawab. Dimensi ketiga adalah Extraversion, dimana berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik positif individu ini adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi, dan hidup berkelompok sedangkan kebalikannya Introversion, adalah mereka yang pemalu, pendiam, dan suka menyendiri.
Dimensi keempat adalah Agreeableness, dimana cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konflik. Karakteristik positifnya adalah kooperatif, penuh kepercayaan, berhati lembut, dan suka membantu sedangkan kebalikannya adalah tidak mudah bersepakat, suka menentang, dan tidak ramah. Dimensi terakhir ialah Neuroticism, dimana dimensi ini menilai kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stress. Karakteristik positif dari dimensi ini adalah Emotional Stability, percaya diri, dan memiliki pendirian yang teguh sementara kebalikannya adalah mudah gugup, depresi, tidak percaya diri, dan mudah berubah pikiran.
ADVERTISEMENT
Menurut beberapa psikolog di Indonesia, beberapa kepribadian yang rentan terhadap bencana wabah ini adalah Agreableness dan Neuroticism, karena wabah ini tidak terlihat dan penyebarannya yang luas ditambah lagi banyaknya berita-berita hoax yang tersebar di media serta munculnya teori-teori konspirasi yang dibuat agar masyarkat semakin ketakutan. Hal ini membuat para individu dari kedua dimensi di atas cenderung panik, mudah percaya, serta tidak mudah dalam membantu sesama seperti yang terlihat dalam kebanyakan situasi yang ada di masyarakat sekarang yang melakukan panic buying, menyebar berita-berita hoax tanpa membaca dulu isi lengkapnya, dan mulai skeptis terhadap aturan-aturan yang dibuat pemerintah.
Hal ini dikelompokkan oleh pemerintah juga dalam sebuah infografis yang menunjukkan tiga zona emosional di era Covid-19 yang sedang viral. Menurut grafis tersebut, ada tiga zona yang menggambarkan kondisi emosional kita sekarang, yaitu zona ketakutan, zona belajar, dan zona bertumbuh. Menurut beberapa ahli psikolog Indonesia, masih banyak orang kita yang termasuk dalam zona ketakutan, karena masih mudah marah, membeli barang secara berlebihan untuk ditimbun sendiri, sering mengeluh, menyebarkan rasa takut & amarah, dan langsung share info apapun dari media sosial tanpa mengecek kebenarannya, seperti contoh individu yang berkepribadian Agreeableness dan Neuroticism.
ADVERTISEMENT
Sementara sudah cukup banyak orang sekarang yang mulai bergeser dari zona ketakutan ke zona belajar. Mereka mulai menyadari dan menerima kenyataa, mulai belajar mengendalikan emosi, menyadari situasi dan mulai berpikir untuk bertindak, dan berhenti membagikan info yang tidak jelas asal-usulnya serta belanja sesuai kebutuhan. Dalam zona ini biasanya cukup didominasi oleh individu yang berkepribadian Conscientiousness dan Extraversion. Sedangkan zona terakhir, yaitu zona bertumbuh terlihat dari mulai memikirkan orang lain dan bagaimana membantunya, berterima kasih dan mengapresiasi orang lain, mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan, dan menjaga emosi tetap bahagia selagi menyebarkan optimisme. Kelompok zona ini umumnya didominasi oleh individu yang memiliki tipe kepribadian Openness.
Untuk itu, dalam menghadapi bencana wabah seperti ini kita tetap harus mau belajar dan tumbuh. Wajar kalau kita cemas dan takut terhadap virus ini, tetapi ini bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk terus terkurung dalam situasi yang seperti ini. Kita tetap harus terbuka terhadap informasi yang akurat, tetap memperkuat karakter lain di dalam diri agar ada penyeimbang, serta memperlajari hubungan sekitar. Dalam menghadapi keterpurukan ini, kita bisa berubah dan beradaptasi, kuncinya adalah kesadaran dan keinginan kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Berhenti mencari kepastian di dalam kondisi seperti ini karena tidak akan membantu kita untuk terus bertumbuh. Lebih baik kita berfokus kepada hal yang sudah dianjurkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus ini seperti physical distancing, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta mulailah pola hidup sehat. Kita juga perlu mengembangkan belajar bahagia dan optimisme dalam kondisi seperti ini, sekecil apapun. Kita juga bisa mulai membantu sesama yang terdampak jika mempunyai kelebihan lewat aksi sosial.