Konten dari Pengguna

Jejak Sejarah Kota Pontianak dalam Toponimi Perkampungan

Edwin Mirzachaerulsyah
Saya merupakan seorang dosen dan peneliti di bidang sejarah. Fokus kajian saya pada bidang sejarah sosial, sejarah kebudayaan dan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Saya mengajar di Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat.
14 Maret 2024 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 27 Maret 2024 10:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edwin Mirzachaerulsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: persimpangan antara Sungai Landak dan Sungai Kapuas besar. (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: persimpangan antara Sungai Landak dan Sungai Kapuas besar. (dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Setiap kota memiliki akar sejarah yang menjadi ingatan kolektif bersama masyarakat yang tinggal didalamnya. Pontianak sebagai sebuah kota telah melewati periode sejarah panjang mulai dari masa kesultanan, kolonial, pendudukan Jepang hingga masa kemerdekaan. Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alqadrie putera dari Habib Husin Alqadrie seorang diaspora hadhrami yang menjadi Tuan Besar di Kerajaan Mempawah. Sepeninggal ayahnya Syarif Abdurrahman beserta saudara dan pengikutnya kemudian melakukan perjalanan dari Mempawah ke muara Sungai Kapuas atas perintah Panembahan Mempawah dengan tujuan untuk mengamankan daerah tersebut dari kawanan bajak laut (Veth, 1854).
ADVERTISEMENT
Syarif Abdurrahman memulai perjalanannya menuju Pontianak pada tanggal 14 bulan Rajab tahun Dzul Akhir 1185 hijriah dan ketika sampai di percabangan antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Syarif Abdurrahman memerintahkan untuk menembakkan meriam ke arah pulau yang dikatakan dipenuhi "Hantu Pontianak" dan beliau mengatakan bahwa di mana peluru dari meriam itu jatuh disitulah kerajaan akan didirikan (Abror, 2009) bahwa toponimi Pontianak sendiri memiliki beragam versi. Hillen dalam Mythologisch Handboekje mengatakan bahwa nama Pontianak punya kaitan erat dengan orang-orang Dayak yang dahulu pernah bermukim di sekitar daerah tersebut (1952). Sejarawan Khamsyahurrahman (33) mengatakan bahwa Pontianak sendiri merujuk pada nama sebuah pulau. Pulau Pontianak terletak tidak jauh dari Istana Kadriah Kesultanan Pontianak sebuah tempat yang kemudian didirikan Masjid Jamik. Toponimi lain tentang Pontianak dikatakan berasal dari toponimi sebuah tanaman yakni Pohon Punti namun pendapat ini perlu pembuktian lebih kuat mengingat Pohon Punti merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah Aceh.
ADVERTISEMENT
Syarif Abdurrahman mendahului turun dari kapal dengan berbekal parang miliknya yang tingginya mencapai satu meter dan kemudian para pengikutnya menyusul turun dari kapal (Zoelkarnain, 1957:18) selama delapan hari kawasan tersebut dibersihkan kemudian didirikan lah sebuah rumah (woonhuis) dan raadhuis kemudian didirikan juga sebuah masjid dengan bangunan yang masih sangat sederhana (Zein, 1999). Masjid yang didirikan itu kelak dikenal dengan Masjid Jamik Sultan Syarif Abdurrahman. Perkampungan mula-mula didirikan di sekitar masjid dan tempat tinggal Syarif Abdurrahman. Perkampungan yang berdiri kemudian memiliki nama perkampungan berdasarkan etnis yang mendiaminya seperti Kampung Bugis yang didalamnya banyak bermukim para pengikut Syarif Abdurrahman kemudian ada Kampung Arab yang berisi para diaspora hadhrami dari Yaman yang mukim disana dan sebagian juga merupakan kerabat Syarif Abdurrahman.
ADVERTISEMENT
Perkampungan lain dengan pola toponimi perkampungan etnis kemudian menyusul berdiri seperti Kampung Baru (Siantan), Kampung Tambelan, Kampung Banjar, Kampung Serasan. Setelah penobatan Syarif Abdurrahman sebagai Sultan Pontianak pada 1192 Hijriah perkampungan yang berdiri semakin berkembang dengan banyaknya diaspora yang menetap di Pontianak seperti Kampung Kamboja, Kampung Bali, Kampung Kuantan, Kampung Bangka dan Kampung Mendawai. Selain perkampungan dengan pola toponimi etnis terdapat juga penamaan perkampungan dengan pola toponimi vegetasi dan lingkungan seperti Kampung Sungai Putat yang merujuk pada nama sebuah tanaman yakni Pohon Putat selanjutnya ada nama Kampung Sungai Djawi yang merujuk pada nama tanaman yakni Pohon Djawi.
Perkampungan dengan pola toponimi topografi juga terdapat di Pontianak seperti Kampung Batulayang. Batulayang menurut HC van Prehn merupakan daerah yang memiliki kontur dataran yang lebih tinggi dibanding daerah lainnya di Pontianak sehingga daerah ini jarang sekali terjadi banjir baik karena air laut yang pasang atau tingginya volume air Sungai Kapuas karena adanya limpahan air dari daerah hulu.
ADVERTISEMENT
Menurut Prehn selain perkampungan daerah Batulayang juga merupakan komplek pemakaman Kesultanan Pontianak dan didaerah tersebut terdapat sebuah situs batu besar yang melegenda. Sultan Syarif Abdurrahman juga mendirikan sebuah benteng yang terbuat dari batu yang didalamnya ditempatkan satu arteleri meriam buatan Inggris untuk memperkuatnya di Batulayang (1858). Toponimi perkampungan lain yang terdapat di Pontianak adalah toponimi yang merujuk pada nama tokoh setempat yang berjasa dalam pendirian kampung atau tokoh yang di hormati seperti Parit Wan Salim, Parit Pangeran dan Kampung Bansir.
Kekuasaan Belanda yang dimulai dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) hingga Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian membawa perubahan dan pergeseran bagi pembangunan di Kota Pontianak antara lain setelah berdirinya kawasan kolonial yang dikenal dengan Duizen Vierkanteen Paal yang berdampak pada pengaturan batas kota, pemberian nama jalan, bergesernya transportasi air menjadi transportasi darat dan lain sebagainya. Nama-nama kampung yang merujuk pada nama parit perlahan kemudian bergeser menjadi nama jalan raya seperti Kampung Parit Wan Salim yang kini dikenal sebagai nama jalan yakni Jalan Parit Wan Salim.
ADVERTISEMENT
Ingatan tentang sudut Kota Pontianak pada masa lampau tidak terlepas dari peran sejarah penamaan perkampungan yang ada di dalamnya. Toponimi perkampungan akan terus menjadi ingatan kolektif bersama masyarakat sehingga riwayatnya harus terus dilestarikan. Tabik!