Konten dari Pengguna

Inflasi Pangan dan Daya Beli

Dr Edy Purwo Saputro SE MSi
Dosen di Program Pascasarjana dan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta - Solo
27 Agustus 2023 5:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Edy Purwo Saputro SE MSi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cabai & ancaman inflasi pangan
zoom-in-whitePerbesar
Cabai & ancaman inflasi pangan
ADVERTISEMENT
Pangan tidak bisa lepas dari pasokan yaitu permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, harga pangan, termasuk beras sangat sensitif karena dampaknya terhadap inflasi pangan bisa sangat tinggi. Padahal, mayoritas masyarakat di Indonesia masih berkebutuhan dari sektor pangan terutama beras.
ADVERTISEMENT
Artinya, ketika harga beras naik maka ancaman terhadap inflasi pangan akan sangat rentan mereduksi daya beli. Jadi, kalkulasi terhadap pasokan pangan harus dihitung secara cermat agar tidak memicu sentimen negatif terhadap laju inflasi di sektor pangan.
Terkait ini, harga di pasar menunjukkan bahwa sejumlah harga premium mengalami tren peningkatan harga. Ironisnya, ditemukan sejumlah problem kenaikan yang melebihi harga eceran tertinggi.
Persoalan dari harga pangan pada dasarnya tidak bisa terlepas dari kepentingan gejolak harga, baik di tingkat petani, pasar atau global. Argumen yang mendasari karena harga pangan cenderung sangat sensitif dan implikasinya terhadap besaran inflasi juga sangat riskan mereduksi daya beli.
Ilustrasi Bahan makanan dan sayur di dalam plastik Foto: Shutterstock
Fakta ini tentu menjadi catatan karena pemerintah baru saja mengumumkan berakhirnya masa pandemi untuk bangkit mengejar ketertinggalan pada 2 tahun di masa pandemi kemarin. Padahal, pandemi yang berlarut berdampak sistemik bagi semua aspek, bukan hanya di bidang kesehatan tapi juga ekonomi bisnis.
ADVERTISEMENT
Fakta dibalik kenaikan harga pangan, terutama beras yang menjadi salah satu makanan pokok di republik ini menjadi catatan menarik karena sejatinya ada dua periode yang di republik ini sangat rentan terhadap pasokan pangan yaitu pertama ketika masuk musim ramadhan-lebaran dan yang kedua ketika memasuki musim natal-tahun baru (nataru).
Kedua periode tersebut biasanya cenderung terjadi inflasi musiman dan salah satu nilai yang rentan adalah dari fluktuasi harga pangan, termasuk pastinya beras. Hal ini secara tidak langsung menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memastikan pasokan sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap masyarakat.
Oleh karena itu, beralasan jika hal ini menjadi tantangan dengan pilihan rasional yaitu impor pangan (beras), perluasan produksi dan diversifikasi pangan. Konsekuensi dari ketiganya pasti ada dan ini mampu menjawab kepentingan sesaat.
ADVERTISEMENT
Problem riil inflasi pangan secara tidak langsung berkepentingan terhadap kuantitas dan kualitas pangan yang bersinergi dengan kuantitas dan kualitas kependudukan.
Jadi tidak ada alasan untuk mengabaikan urgensi pasokan pangan karena menyangkut banyak hal, mulai dari kebutuhan lahan untuk pertanian dan kependudukan, proses produksi – masa tanam, pentingnya penyimpanan dan juga mereduksi laju inflasi dari sektor pangan. Hal ini menjadi tantangan bersama untuk mengendalikan harga pangan agar tidak berisiko.