Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kalkulasi di Balik Demokrasi
26 September 2023 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dr Edy Purwo Saputro SE MSi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fluktuasi demokrasi cenderung terus bergerak dan situasinya fleksibel selaras perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, munculnya wacana 2 poros juga sangat dimungkinkan dan pastinya realisasi dari 2 poros juga membutuhkan negosiasi antar ketua parpol.
ADVERTISEMENT
Argumen yang mendasari karena semua kandidat capres adalah petugas partai yang harus bersedia tunduk dan patuh dengan keputusan parpol. Artinya, potensi duet Prabowo – Ganjar atau Ganjar-Prabowo tinggal menunggu restu dan pastinya ada kalkulasi yang sangat cermat dibalik duet keduanya.
Setidaknya, kalkulasi untung – rugi pasti juga harus dihitung agar potensi kemenangan dan pemenangnya semakin besar. Jadi, jika duet itu terealisasi di pesta demokrasi 2024 mendatang maka pertarungan sengitnya hanyalah dua calon yaitu duet di atas melawan Anies – Cak Imin.
Argumen yang mendasari hadirnya duet Prabowo – Ganjar atau Ganjar – Prabowo pasti mempertimbangkan banyak aspek, baik internal dan eksternal. Aspek internal misalkan potensi dan peluang dari kedua kandidat, termasuk misalnya elektabilitas dan konstituen yang menjadi pemilih potensial dan aktual.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, aspek eksternal juga tidak dapat terlepas dari fluktuasi sosial – politik yang muncul dan berkembang. Betapa tidak, tahap pesta demokrasi pada 2024, terutama pilpres menjadi sangat menarik karena melahirkan pemimpin baru.
Hal ini tidak bisa terlepas dari berakhirnya kepemimpinan Jokowi pasca 2 periodenya. Artinya hasil pilpres 2024 dipastikan akan menghasilkan Presiden di masa 2024-2029, entah siapa pun nanti pemenangnya. Terkait ini, maka tantangan Presiden di periode tersebut pasti akan semakin pelik karena ada banyak aspek yang harus dicermati
Persoalan yang pasti dihadapi adalah ketidakpastian iklim sospol, termasuk juga potensi dari kondisi makro ekonomi global. Realita ini tidak bisa lepas dari fakta pasca pandemi dan dampak sistemik perang Rusia – Ukraina.
ADVERTISEMENT
Selain itu, konflik di semenanjung Korea juga tidak bisa diabaikan dampaknya, termasuk juga ancaman rawan pangan karena ada dampak dari produksi beras yang menurun dan perubahan iklim secara global. Fakta ini menjadi tantangan terhadap daya tarik dan realisasi investasi.
Artinya, wait and see yang sekarang terjadi menjadi warning terhadap daya tarik dan realisasi investasi. Padahal, di era now, sukses dari pembangunan tidak bisa terlepas dari urgensi investasi, baik padat karya maupun padat modal.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyebut realisasi investasi periode triwulan I (Januari-Maret) tahun 2023 meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya 16,5% dengan total investasi Rp.328,9 triliun (menciptakan lapangan kerja bagi 384.892 orang) dan prediksi memacu pertumbuhan ekonomi 23,5% dari target realisasi investasi tahun 2023 Rp1.400 triliun.
Data BKPM realisasi investasi semester I-2023 naik 16,1% dari periode yang sama tahun 2022 karena realisasi Rp.678,7 triliun. Perbandingan kuartal II-2023 realisasi investasi Rp.349,8 triliun (naik 15,7% tahunan dan naik 15,7% dari periode yang sama sebelumnya). Iklim sospol ini penting mengacu realisasi PMA yang tahun lalu Rp.363,3 triliun (53,3%) dan PMDN Rp.315,4 triliun.
ADVERTISEMENT
Penjabaran pada industri manufaktur di semester I-2023 mencapai Rp.270,3 triliun (naik 17% dan total PMA dan PMDN) atau menyumbang 39,8% dari total realisasi investasi. Sebagai perbandingan pada triwulan II-2023 realisasi investasi Rp349,8 triliun atau naik 15,7% dengan penyerapan tenaga kerja 464.289 orang.
Realisasi investasi di luar Jawa mencapai Rp.182 Triliun (dominasi investasi 52%). Jadi sisa waktu menuju pilpres yang memicu wait and see memang harus dicermati agar iklim sospol tetap kondusif dan daya tarik serta realisasi investasi tetap terjadi untuk mendukung pembangunan nasional.