Raih Perpanjangan Kontrak di Papua, Saham Freeport-McMoRan Melonjak

26 Juli 2017 8:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Freeport Indonesia (Foto: Antara/M. Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
PT Freeport Indonesia (Foto: Antara/M. Agung Rajasa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saham induk usaha PT Freeport Indonesia (PTFI), Freeport-McMoRan Inc melonjak ke level tertinggi sepanjang 16 bulan terakhir pada Selasa (25/7). Kenaikan saham ini karena pertumbuhan harga tembaga dan menyusul adanya sinyal positif dari pemerintah Indonesia terkait izin operasi Freeport di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada perdagangan Selasa, saham Freeport-McMoRan yang diperdagangkan di New York Stock Exchange dengan kode FCX ditutup menguat 14,74 persen menjadi 14,87 dolar AS per saham.
Adapun pelaku pasar mengesampingkan laporan keuangan Freeport semester I-2017 dan proyeksi pendapatan perseroan sepanjang 2017 yang lebih rendah dari ekspektasi. Kenaikan harga saham lebih fokus pada harga tembaga yang menyentuh level tertinggi selama dua tahun terakhir, dan pernyataan CEO Freeport Richard Adkerson yang optimistis bisa mencapai kesepakatan pada Oktober mendatang terkait Tambang Grasberg di Papua, Indonesia.
"Kinerja harga saham Freeport didorong oleh harga tembaga, kemajuan negosiasi dengan pemerintah RI dan berdasarkan fakta bahwa saham tersebut tidak terlalu banyak dimiliki," kata analis pertambangan Jefferies Christopher LaFemina, dilansir dari Reuters, Rabu (26/7).
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga tembaga didorong oleh pasokan yang ketat, yang mencerminkan gangguan pasokan dari Kanada ke Cile, didorong tanda-tanda permintaan kuat dari konsumen papan atas yakni China dan dolar yang melemah.
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan telah mencapai kesepakatan dengan PT Freeport Indonesia terkait kelanjutan operasinya di Indonesia.
Ketua Tim Perundingan Pemerintah sekaligus Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Teguh Pamudji, mengatakan ada dua kesepakatan yang telah diraih, yaitu pembangunan smelter yang harus selesai sebelum Januari 2022, dan perpanjangan kontrak Freeport dari 2021 menjadi 2031.
Freeport sebelumnya menyebutkan, tanpa mendapatkan stabilitas investasi jangka panjang, perusahaan akan mengurangi investasi sampai 700 juta dolar pada 2017 dan 750 juta dolar AS pada 2018, dalam proyek pengembangan tambang bawah tanah di Grasberg.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam laporan keuangan semester I tahun ini, Freeport-McMoRan mencatatkan laba bersih sebesar 496 juta dolar AS, melonjak dari periode sama tahun lalu yang mencatatkan rugi 4,66 miliar dolar AS. Pendapatannya tercatat 7,05 miliar dolar AS atau tumbuh dari 6,57 miliar dolar AS.
Namun Freeport kembali memangkas perkiraan penjualan 2017 menjadi 3,7 miliar pon tembaga, dari sebelumnya 3,9 miliar pon, dan 1,6 juta ons emas, dari 1,9 juta ons.