Konten dari Pengguna

Pentingnya Literasi di Era Digital

Esterlina Tampubolon
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Santo Thomas Medan
25 Januari 2025 13:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Esterlina Tampubolon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/relaksasi-hiburan-pemulihan-istirahat-14604805/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/relaksasi-hiburan-pemulihan-istirahat-14604805/
ADVERTISEMENT
Era digital ditandai dengan kekuatan media daring dan media sosial yang memiliki kapasitas besar serta jangkauan luas. Namun, ironisnya, budaya literasi di Indonesia justru semakin menurun. Data UNESCO 2016 menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, artinya dari 1.000 orang, hanya satu yang gemar membaca. Teknologi yang semakin canggih menjadi salah satu penyebab rendahnya minat baca, karena masyarakat lebih tertarik menggunakan gawai untuk bermain gim atau menonton video dibandingkan membaca buku. Hal ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam meningkatkan minat baca di tengah arus teknologi.
ADVERTISEMENT
Anak-anak Indonesia menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perkembangan teknologi. Banyak dari mereka lebih memilih bermain gim dan menonton video daripada membaca buku. Kurangnya rangsangan dan motivasi untuk membaca, serta minimnya akses terhadap bahan bacaan yang menarik, turut memperburuk situasi ini. Akibatnya, daya baca siswa rendah, yang berdampak pada proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk menghidupkan kembali minat baca, baik di sekolah maupun di rumah.
Penanaman budaya literasi harus dimulai sejak dini. Orang tua memiliki peran penting dengan membiasakan anak membaca, misalnya melalui dongeng sebelum tidur atau membaca bersama. Sekolah juga dapat mengambil peran strategis dengan menyediakan pojok literasi, waktu khusus membaca sebelum pelajaran, dan media kreatif seperti pop-up book yang menarik bagi siswa. Langkah-langkah ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang mendukung budaya membaca.
ADVERTISEMENT
Selain peran orang tua dan sekolah, pemerintah dan sektor swasta juga memiliki tanggung jawab besar. Kebijakan untuk menyediakan buku berkualitas dengan harga terjangkau, serta pengembangan perpustakaan digital, dapat menjadi solusi jangka panjang. Kolaborasi dengan pembuat konten digital juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan literasi melalui media yang menarik bagi generasi muda, sehingga membaca tetap relevan di era digital.
Meskipun tantangan menghidupkan budaya literasi sangat besar, harapan tetap ada. Dengan sinergi antara orang tua, sekolah, pemerintah, dan komunitas, budaya membaca di Indonesia dapat kembali hidup. Melalui inovasi dan kolaborasi, kita dapat menciptakan generasi pembaca yang cerdas, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan di era digital.