Konten dari Pengguna

4 Kebiasaan Guru yang Bisa Membuat Siswa Semakin Bodoh

Fuad Efandi
Belajar di STAI Darussalam Lampung dan mengajar di Pon-Pes Al-Ishlah Matarm Baru Lampung Timur
21 Mei 2023 9:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fuad Efandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi : https://www.pexels.com/id-id/pencarian/%20guru%20dan%20siswa/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : https://www.pexels.com/id-id/pencarian/%20guru%20dan%20siswa/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tiga tahun sekali, kita kerap dipermalukan oleh laporan dari PISA, yang menyebut bahwa pendidikan di Indonesia berada pada peringkat terburuk.
ADVERTISEMENT
Ya bagaimana tidak, bayangkan saja pada tahun 2018 lalu pendidikan kita berada pada peringkat ke 74 dari 80 negara. Digadang-gadang pada tahun 2021 akan meningkat, namun pada kenyataannya ternyata tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebuah pertanyaan mengapa dan bagaimana ini bisa terjadi, merupakan pertanyaan yang kerap sekali kita dengar. Ada yang menjawab ini disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan ada yang menganggap pula bahwa ini disebabkan karena fasilitas-fasilitas belajar yang kurang mendukung.
Anggapan tersebut memang tidak sepenuhnya salah, namun ada satu hal yang perlu kita renungkan, selain dari aspek siswa dan fasilitas, yaitu kemampuan profesionalitas guru dalam mengajar.
Lantas apakah guru-guru di dalam pendidikan kita kurang profesional? Inilah 4 kebiasaan guru yang membuat siswa semakin bodoh.
ADVERTISEMENT

1. Selalu ingin dihormati

Ilustrasi murid dan guru Foto: Thinkstock
Budaya siswa menghormati guru memang sudah menjadi bagian dalam dunia pendidikan, hal ini disebabkan karena guru menempati posisi sebagai orang tua kedua di sekolah.
Namun ironisnya, kebanyakan mereka selalu menuntut ingin dihormati oleh siswanya dan melupakan bahwa siswa juga ingin dihormati dan di pahami.
Bahkan banyak juga yang tidak segan menghukum siswa yang dinilai tidak memiliki rasa hormat terhadap sang guru dan tetap menggunakan hal yang sama, yakni hormatilah gurumu, jika tidak maka ilmumu tidak akan bermanfaat.
Statement tersebut memang tidaklah salah, namun yakinlah ketika seorang guru ataupun pendidik mampu mengajar dengan baik, mampu memahami dan menghormati siswa, maka siswa akan hormat dengan guru tanpa harus memaksanya.
ADVERTISEMENT

2. Menekan siswa

Ilustrasi guru dan murid. Foto: Thinkstock
Mungkin banyak yang tidak mengira, bahwa kebiasaan guru menekan siswa dengan dalih kedisiplinan akan berdampak buruk, yakni siswa akan merasa tertekan dalam belajar dan ketika siswa merasa tertekan, maka ia akan merasa takut dengan pendidikan dan bukan tidak mungkin, sudah pasti semangat untuk belajar akan menurun.
Oleh karena itu yang perlu di bangun bagi seorang guru, sebelum memulai kegiatan belajar adalah, menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi siswa dan bagi guru, ketika suasana nyaman itu terwujud, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan kondusif.

3. Pemberian punishment yang kurang tepat

Ilustrasi memberi hukuman pada anak yang nakal. Foto: Shutter Stock
Pemberian punishment atau hukuman memang harus dilaksanakan ketika siswa melakukan perilaku yang kurang baik, namun pada realitanya banyak guru yang belum mengerti bagaimana cara yang tepat memberikan punishment pada siswa, sehingga banyak guru yang melakukan tindak kekerasan terhadap siswa, seperti membentak siswa, mendiskriminasi siswa dan yang lebih miris lagi adalah memukuli siswa.
ADVERTISEMENT
Perilaku guru yang semacam ini tidak bisa dikatakan benar, karena sejatinya dalam ilmu filsafat pendidikan sendiri dijelaskan bahwa terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan jika seorang pendidik hendak menjatuhkan hukuman atau punishment, seperti tidak dilandasi oleh balas dendam, menghardik siswa, dan lain sebagainya.

4. Memaksa siswa untuk cerdas dalam segala bidang

Ilustrasi anak belajar baca, tulis, dan berhitung (Calistung). Foto: Komsan Loonprom/Shutterstock
Jika dipikirkan, memang benar jika kita menguasai segala bidang, maka itu akan memudahkan kita, namun yang perlu dicatat adalah, semua anak itu jenius di bidangnya masing-masing, maka jangan pernah melakukan deterministik terhadap siswa, karena anda pasti akan menganggap semua siswa tidak memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif.
Merujuk pada perkataan Albert Einstein, “jangan pernah menyuruh ikan untuk memanjat, karena ia akan menjadi bodoh seumur hidup”.
ADVERTISEMENT
Jika kita perhatikan, pada dasarnya konsep pendidikan di Indonesia pada umumnya sudah jauh melenceng dengan konsep pendidikan pada umumnya. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena pendidikan semacam ini cenderung menjadikan siswa sebagai kuda yang dipakaikan kacamata hitam, alhasil dia tidak bisa melihat ke arah mana pun dan tidak bisa bergerak ke mana pun, kecuali jika dikendalikan oleh sang kusir.
Teruntuk para guru maupun pendidik, berhentilah menganggap siswa sebagai objek dalam pendidikan, siswa itu jika diibaratkan seperti petani yang memiliki lahan luas, namun mereka tidak tahu bagaimana cara menanam tanamannya sendiri.
Oleh karena itu, tugas pendidik adalah menuntun para petani tersebut dengan menghargai cara mereka bercocok tanam sendiri serta dengan cara mereka sendiri dalam memahami tanaman. Karena bagaimanapun alasannya tetaplah mereka yang berperan sendiri di dalam pendidikan, maka mereka juga memiliki cara-cara tersendiri untuk memahami esensi dari pendidikan yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Dan sebagai penutup perlu dicatat, bahwa semua anak itu sejatinya baik dan jika dia melakukan perbuatan buruk, itu semua ulah orang dewasa yang salah dalam mendidiknya. Kita perlu akui semua ini memang berat, namun mau bagaimana lagi inilah tugas seorang guru dan tugas berat ini memang sangat setara dengan gelar terhormat yang akan pendidik sandang, yakni pahlawan tanpa tanda jasa.