Konten dari Pengguna

Gubernur Jawa Barat dan Fenomena “Gubernur Konten” di Media Sosial

Efriliatil Mutmainnah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
5 Mei 2025 14:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Efriliatil Mutmainnah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital yang semakin berkembang dengan pesat, membuat pejabat publik kian memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi langsung dengan masyarakat. Di Jawa Barat, Gubernur Dedi Mulyadi menjadi sosok yang cukup menarik perhatian publik dengan aktivitasnya yang intens dan konsisten membagikan momen kesehariannya melalui berbagai platform media sosial.
ADVERTISEMENT
Julukan “Gubernur Konten” melekat erat pada sosok Dedi Mulyadi. Dari pagi hingga malam, hampir setiap aktivitasnya mulai dari kunjungan kerja, interaksi dengan warga, hingga momen santainya dipublikasikan secara terbuka. Ia memanfaatkan Instagram, Facebook, dan Twitter sebagai jendela bagi masyarakat untuk mengenal lebih dekat sang pemimpin.
“Media sosial membuka ruang dialog yang lebih terbuka. Saya ingin masyarakat tidak hanya melihat sisi formal seorang gubernur, tetapi juga sisi humanis dan keseharian saya,” ungkap Dedi Mulyadi dalam salah satu wawancaranya.
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Kegiatan seperti meninjau proyek pembangunan, menghadiri acara budaya, hingga berinteraksi dengan petani dan nelayan terabadikan dalam konten-konten yang menarik dan mudah dicerna. Tak jarang, unggahannya pun dibumbui humor lokal yang mengundang banyak komentar dan interaksi netizen.
ADVERTISEMENT
Respons masyarakat terhadap keberadaan “Gubernur Konten” ini pun beragam. Sebagian besar mengapresiasi keterbukaan dan kemudahan mendapat informasi langsung tanpa perantara media konvensional. “Kami merasa lebih dekat dan tahu apa yang dilakukan Pak Gubernur sehari-hari,” ujar Rina, warga Bandung.
Namun, tak sedikit pula kritik yang muncul mengenai efektivitas penggunaan media sosial tersebut di samping tugas utama seorang gubernur. Beberapa pihak mengingatkan bahwa konten yang menarik harus tetap seimbang dengan kinerja nyata dalam melayani dan memajukan Jawa Barat.
Pengamat politik dan sosial menyebut fenomena ini sebagai bagian dari tren komunikasi politik modern. “Media sosial memang menjadi alat penting untuk membentuk citra dan menjaga keterhubungan dengan masyarakat. Namun, pejabat publik harus membuktikan bahwa aktivitas digitalnya diiringi dengan hasil kerja konkret,” kata Ahmad Sanusi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gubernur Dedi Mulyadi tampaknya juga berupaya menghadirkan keseimbangan dengan menyampaikan laporan kemajuan pembangunan dan program-program strategis lewat platform digitalnya. Hal ini menjadi langkah penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas.
Fenomena “Gubernur Konten” di Jawa Barat sejatinya membuka diskusi yang penting tentang peran media sosial dalam pemerintahan dan demokrasi di Indonesia. Media sosial memberi peluang besar menjembatani komunikasi antara pemerintahan dan masyarakat, tapi juga menuntut tanggung jawab lebih dalam penyampaian pesan.
Semakin banyak pejabat yang aktif di media sosial, masyarakat pun diharapkan semakin kritis dalam menyaring informasi dan mempunyai harapan realistis terhadap performa pemimpin mereka. Apapun itu, gaya komunikasi Gubernur Jawa Barat yang berani tampil dengan konten keseharian menjadi trend baru yang patut dicermati dan diantisipasi perkembangannya ke depan.
ADVERTISEMENT