Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Hustle Culture dan Dampaknya terhadap Kesehatan serta Gaya Hidup Mahasiswa
12 Desember 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Efrita Helena Siburian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern yang serba cepat ini, istilah hustle culture semakin sering terdengar, khususnya di kalangan mahasiswa dan pekerja muda. Hustle culture menggambarkan gaya hidup yang menekankan kerja keras tanpa henti, sering kali melebihi batas kemampuan individu. Dalam budaya ini, produktivitas menjadi ukuran utama keberhasilan seseorang, sedangkan istirahat dan keseimbangan hidup justru sering dipandang sebagai kelemahan. Mahasiswa sebagai generasi yang sedang berjuang membentuk masa depan, kerap menjadi kelompok yang paling rentan terpengaruh oleh hustle culture. Tekanan untuk berprestasi, bersaing, dan mengejar impian dalam waktu singkat mendorong mahasiswa untuk bekerja tanpa kenal lelah, meskipun hal ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan fisik, mental, dan gaya hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Hustle culture muncul seiring perkembangan teknologi digital, globalisasi, dan tuntutan pasar kerja yang semakin kompetitif. Media sosial turut memainkan peran besar dalam mempopulerkan gaya hidup ini. Berbagai konten yang menunjukkan produktivitas berlebih, seperti bangun pagi-pagi buta, bekerja hingga larut malam, dan mengikuti berbagai kegiatan tanpa henti, sering kali dianggap sebagai inspirasi oleh mahasiswa. Mereka merasa harus mengikuti standar tersebut agar tidak tertinggal. Namun, di balik motivasi itu, ada tekanan psikologis yang tak kasat mata. Mahasiswa merasa bersalah jika tidak produktif, bahkan saat mereka membutuhkan istirahat. Fenomena ini dikenal sebagai "toxic productivity," di mana individu memaksakan diri untuk terus bekerja meskipun kondisi tubuh dan pikiran sudah tidak mendukung.
Dampak terhadap Kesehatan
ADVERTISEMENT
Dampak dari hustle culture terhadap kesehatan mahasiswa sangatlah signifikan. Salah satu dampak yang paling umum adalah gangguan tidur. Demi mengejar tenggat waktu tugas, partisipasi dalam organisasi, atau bahkan pekerjaan sampingan, mahasiswa sering kali mengorbankan waktu tidurnya. Tidur yang tidak cukup dapat mengganggu fungsi kognitif, konsentrasi, dan daya ingat. Akibatnya, performa akademik yang ingin dicapai justru menurun. Selain itu, kurang tidur meningkatkan risiko penyakit fisik seperti gangguan jantung, obesitas, dan melemahnya sistem imun.
Kesehatan mental juga menjadi korban utama dari hustle culture. Tekanan untuk selalu produktif memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Mahasiswa yang terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain di media sosial merasa rendah diri jika tidak mampu memenuhi standar yang dianggap ideal. Mereka cenderung menyembunyikan rasa lelah dan tekanan batin mereka karena takut dianggap tidak kompeten atau lemah. Padahal, akumulasi stres yang dibiarkan tanpa penanganan dapat berujung pada burnout. Fenomena burnout ini ditandai dengan perasaan kelelahan fisik dan emosional yang ekstrem, kehilangan motivasi, dan penurunan performa dalam segala aspek kehidupan. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan mental jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Dampak terhadap Gaya Hidup
Selain kesehatan, hustle culture juga memengaruhi gaya hidup mahasiswa secara keseluruhan. Pola makan yang tidak teratur dan tidak sehat menjadi salah satu dampaknya. Mahasiswa yang sibuk cenderung mengabaikan asupan nutrisi seimbang. Makanan cepat saji atau instan sering kali menjadi pilihan karena praktis dan tidak memakan waktu. Sayangnya, kebiasaan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan gangguan pencernaan.
Selain itu, konsumsi kopi berlebihan juga menjadi bagian dari gaya hidup mahasiswa yang terjebak dalam hustle culture. Kopi sering dijadikan solusi instan untuk menjaga kewaspadaan dan mengatasi kelelahan akibat kurang tidur. Meskipun kafein dalam kopi dapat meningkatkan fokus dan energi secara sementara, konsumsi berlebih dapat menyebabkan gangguan pencernaan, jantung berdebar, kecemasan, hingga insomnia. Ironisnya, kebiasaan ini justru memperburuk kualitas tidur yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk pemulihan tubuh dan pikiran. Kurangnya waktu untuk berolahraga pun turut memperburuk kondisi fisik mahasiswa. Aktivitas fisik yang minimal, ditambah dengan pola makan buruk dan kebiasaan mengandalkan kafein sebagai "penyelamat," menciptakan gaya hidup sedentari yang meningkatkan risiko penyakit kronis di usia muda.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, hubungan sosial mahasiswa pun dapat terganggu akibat gaya hidup yang terlalu fokus pada produktivitas. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk bersosialisasi, menjalin relasi, atau sekadar menikmati hobi pribadi, sering kali digantikan oleh aktivitas yang dianggap lebih produktif. Hal ini menyebabkan mahasiswa kehilangan keseimbangan hidup. Mereka merasa terisolasi, kesepian, dan tidak memiliki support system yang kuat. Padahal, interaksi sosial yang sehat memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental dan emosional.
Perubahan pola pikir akibat hustle culture juga dapat berdampak pada cara mahasiswa memandang keberhasilan. Kesuksesan tidak lagi diukur dari kualitas hidup, kebahagiaan, atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebaliknya, keberhasilan hanya dilihat dari seberapa sibuk seseorang atau seberapa banyak pencapaian yang dapat ditunjukkan. Pemikiran seperti ini dapat menciptakan rasa tidak puas yang terus-menerus, karena mahasiswa selalu merasa ada yang kurang dalam hidup mereka. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran setan produktivitas tanpa akhir.
ADVERTISEMENT
Solusi
Untuk mengatasi dampak negatif dari hustle culture, mahasiswa perlu mulai menyadari pentingnya keseimbangan antara produktivitas dan istirahat. Mengubah pola pikir bahwa istirahat bukanlah tanda kelemahan, melainkan kebutuhan dasar untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, adalah langkah awal yang penting. Mahasiswa juga perlu belajar untuk menetapkan batasan yang jelas antara aktivitas akademik, pekerjaan, dan waktu pribadi. Mengatur jadwal dengan baik, mengalokasikan waktu untuk beristirahat, dan belajar mengatakan "tidak" pada aktivitas yang berlebihan dapat membantu menghindari kelelahan.
Selain itu, penting bagi mahasiswa untuk mulai menerapkan gaya hidup sehat. Pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan rutin berolahraga harus menjadi prioritas, bukan sekadar pilihan. Melakukan aktivitas yang disukai di waktu luang juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Misalnya, membaca buku, menonton film, atau sekadar berjalan-jalan dengan teman. Dengan menjaga keseimbangan hidup, mahasiswa tidak hanya dapat menjadi produktif, tetapi juga menikmati prosesnya tanpa merasa terbebani.
ADVERTISEMENT
Institusi pendidikan juga memiliki peran penting dalam menangani dampak hustle culture di kalangan mahasiswa. Pihak kampus perlu menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Misalnya, dengan menyediakan layanan konseling, seminar tentang manajemen waktu, dan kegiatan yang mempromosikan self-care. Kampus juga harus mulai mengurangi stigma terhadap mahasiswa yang memilih untuk beristirahat atau tidak mengikuti banyak kegiatan sekaligus.
Referensi
Iskandar, R., & Rachmawati, N. (2022). Perspektif “Hustle Culture” Dalam Menelaah Motivasi Dan Produktivitas Pekerja. Jurnal Publikasi Ekonomi dan Akuntansi, 2(2), 108-117.
Stiawati, T., & Maisaroh, I. (2023). PENGARUH HUSTLE CULTURE TERHADAP MOTIVASI DAN PRODUKTIFITAS DALAM ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ADMINISTRASI PUBLIK 2022. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 6(4), 1449-1455.
Syahidah, N. A., Ndari, D. P. W., Pratiwi, D., Setiawati, H. S., Nazzala, Z. S., & Rahma, S. N. (2024). Fenomena FOMO Yang Bisa Berujung Hustle Culture Di Kalangan Mahasiswa UNNES. Jurnal Mediasi, 3(1), 66-78.
ADVERTISEMENT
Perangin Angin, E. D. C. (2024). Pengaruh Hustle Culture terhadap Work Life Balance pada Karyawan Indopro Event Organizer Medan.