Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Konsep Pemimpin dalam Wayang Semar Mbangun Khayangan Ditinjau dari Segi Islam
18 Desember 2022 16:32 WIB
Tulisan dari Egi Apriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang adalah sebuah seni pertunjukan yang menurut sejarah menjadi produk budaya Bali dan Jawa. Sebelum masuknya agama Islam di Indonesia, wayang terlebih dahulu menceritakan mengenai ajaran Hindu-Budha mengenai kisah Mahabarata dan Ramayana
ADVERTISEMENT
Hadirnya pewayangan di Indonesia sejak dulu tak hanya berfungsi sebagai media hiburan masyarakat, namun juga sebagai media penyebaran agama. Dalam pewayangan Jawa misalnya, wayang digunakan sebagai media dakwah oleh para Wali yang disisipkan nilai-nilai Islam pada dialog, adegan, dan juga tata cara pementasannya. Salah satu pewayangan yang dikenal dekat oleh masyarakat Jawa dan Yogyakarta adalah wayang Semar melalui pementasan Semar Mbangun Khayangan.
Cerita Semar Mbangun Khayangan ini sangat populer dan banyak dipentaskan oleh para dalang, tak terkecuali dalang Ki Seno Nugroho. Dalam pementasan Semar Mbangun Khayangan ini mengisahkan kegelisahan Semar akan nasib rakyat di Amerta yang semakin sengsara. Ia pun berpikir dan mencari jalan keluar, salah satunya yaitu Semar ingin membangun khayangan. Namun, khayangan yang dimaksud Semar bukanlah bangunan yang megah dengan segala isinya, melainkan mental dan jiwa para Pandawa atau pemimpin yang diibaratkan Semar dengan nama Khayangan.
ADVERTISEMENT
Semar menginginkan jika para Pandawa memikirkan nasib rakyatnya. Para pemeran lain seperti Bagong dan Petruk yang dimanifestasikan sebagai rakyat kecil pun kerap mengutarakan niat dan nasehatnya untuk para pemimpin besar agar tak bertindak semaunya dan disisipi dengan guyonan dan gelak tawa. Namun, terjadi konflik antara para petinggi dan rakyat yang menuntut adanya perubahan di Amarta.
Namun Semar tetap melanjutkan tekadnya, meskipun tidak direstui oleh para penguasa dan pemimpinnya. Dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan tekad yang bulat akhirnya semar berhasil dalam menjalankan tapanya. Jamus Kalimasada adalah pusaka andalan Kerajaan Amarta, Kalimasada tidak lain adalah “Dua Kalimat Syahadat” yang merupakan kunci ke-islaman seseorang. Sedangkan Tumbak Kalawelang, adalah simbol dari ketajaman budi. Tumbak bentuknya menyerupai anak panah, namun lebih besar. Panah berasal dari kata “Manah” = bahasa kawi Jawa kuno, yang artinya budi pekerti, pikiran, rasa, dan jiwa.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Jawa “manah” juga berarti “penggalih”. Kalau penggalih ini sudah sakit, maka seluruh jiwa dan raga akan sakit, seluruh tingkah dan polah manusia akan sakit. Kalawelang, berasal dari dari kata “Kala” dan Welang. Kala adalah simbol dari berjalannya waktu. Tak ada yang bisa menghalangi berjalannya waktu. Semuanya akan diterjang dan dihancurkan oleh Sang Kala. Welang adalah ular yang yang paling berbisa. Bisa dari ular welang ini sangat mematikan. Namun welang disini berkaitan dengan wulang dan weling, yang mempunyai makna sebagai sebuah ajaran dan pitutur.
Para pandawa sebagai pemimpin menganggap jika apa yang diinginkan Semar untuk membangun khayangan tidak sesuai dengan kodrat Semar diturunkan ke muka Bumi. Hal ini yang akhirnya memicu perdebatan hingga memunculkan perdebatan sengit antara para pemimpin dan rakyatnya. Pemimpin dalam pementasan Semar Mbangun Khayangan digambarkan sebagai sosok yang hanya mendengar pendapat para petinggi, tidak mementingkan kebutuhan rakyatnya, dan tak mampu bersikap adil.
ADVERTISEMENT
Ki Seno Nugroho sebagai pemimpin pementasan mengomunikasikan dakwah keislamannya dengan dikemas secara apik dan diuraikan pada unsur-unsur pementasan di antaranya yang berhubungan dengan dialog, gerak, dan tembang. Rangkaian peristiwa yang tergambarkan dari pementasan tersebut terdapat nilai-nilai Islam yang tidak hanya dapat dijadikan tontonan, melainkan juga tuntunan dan tatanan yang berguna bagi kehidupan masyarakat.
Semar Mbangun Khayangan mengandung amanat mengenai sikap pemimpin yang tidak sesuai dengan kaidah Islam. Penggambaran para tokoh Pandawa yang hanya mempedulikan kepentingan pribadi sangat tidak sesuai dengan konsep pemimpin yang digambarkan di dalam Islam. Padahal, Islam telah mengatur secara tegas mengenai konsep pemimpin yang ideal di dalam Al-Quran.
Dalam QS. An Anbiya ayat 73, Allah berfirman, “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu menyembah.
ADVERTISEMENT
Pada ayat tersebut jelas tertulis bahwa konsep pemimpin di dalam Islam sangat mengedepankan kebajikan, mendirikan sembahyang, dan melakukan ibadah lain, sebab Allah telah memberikan wahyu dan petunjuk untuk mereka mampu memimpin rakyatnya dan menjadi suri tauladan bagi kehidupan rakyatnya.
Terlihat juga dalam QS. Shad ayat 26 yang berbunyi, “Hai Daud, sesungguhnya Kami Allah menjadikan kamu sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Dilihat dari ayat tersebut, dalam Islam telah dijelaskan bagaimana bentuk keadilan yang harus dirasakan semua pihak dan golongan. Sebagai makhluk yang menjadi penguasa atau khalifah yang diartikan adalah seorang pemimpin di muka bumi harus mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang berselisih dan tidak mengedepankan hawa nafsu. Seorang pemimpin harus mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penggambaran pemimpin yang terlihat dalam pewayangan Semar Mbangun Khayangan ini memperlihatkan bagaimana upaya Semar dalam meluruskan kembali konsep pemimpin yang seharusnya bagi kerajaan Amarta.
Sumber:
Pementasan Semar Mbangun Khayangan
Islampos.com Kepemimpinan Dalam Al-quran
Thesis Kritik Sosial dalam Pagelaran Wayang Kulit Lakon “Semar Mbangun Kahyangan” Dalang Ki Seno Nugroho