Tidak Takut Stigma Kusta: Kampus Mengajar SDN Tanjungkenogo 2

Endik Hiday
Pengajar di UPN Veteran Jawa Timur
Konten dari Pengguna
19 Maret 2023 10:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Endik Hiday tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Penulis Mahasiswa dan Guru SDN Tanjungkenongo 2
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Penulis Mahasiswa dan Guru SDN Tanjungkenongo 2
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali para mahasiswa datang di SDN Tanjungkenongo 2, lokasi indah karena berada dalam kawasan pegunungan tepatnya Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Namun, ternyata sekolah dasar tersebut ada stigma khusus bagi anak-anaka eks Kusta di Dusun Sumberglagah, Desa Tanjungkenongo. Warga Sumberglagah lebih memilih SDN Tanjungkenongo 2 karena dua alasan. Pertama, lokasi sekolah yang dekat dengan rumah mereka. Kedua, karena ada perasaan takut ada diskrimanasi bagi anak-anak penduduk Sumberglagah jika memilih sekolah lebih jauh atau luar desa. Hal ini karena stigma tentang kampung kusta yang dialami oleh penduduk Sumberglagah. Pengaruh stigma tersebut juga berdampak bagi anak-anak keturunan eks-kusta sehingga terkadang galau dalam memilih sekolah tingkat dasar.
ADVERTISEMENT
SDN Tanjungkenongo memiliki jumlah siswa yang sangat sedikit. Bahkan jika ditotal dari tingkat awal atau kelas 1 sampai tingkat akhir atau kelas 6 maka jumlahnya masih kurang dari 50 siswa-siswi. Permasalahan lainnya adalah terbatas infrastruktur sekolah yang dikeluhkan oleh beberapa pengajar atau guru. Permasalahan tersebut yang membuat SDN Tanjungkenongo 2 menjadi terget lokasi kegiatan program Kampus Mengajar. Kegiatan asistensi mengajar mahasiswa merupakan bagian dari kebijakan Kementerian pendidikan tentang MBKM. Pada awalnya, mahasiswa terjun dalam kegiatan asisten mengajar memang terdapat kendala bahwa wali murid yang mayoritas warga Sumberglagah cenderung kurang nyaman dengan keberadaan para mahasiswa di SDN Tanjungkenogo 2. Tapi setelah mahasiswa berkegiatan selama 1 bulan, serta menunjukan keseriusan membantu kegiatan belajar-mengajar. Para wali murid mulai mengizinkan putra-putri untuk berinteraksi lebih intens dengan para mahasiswa baik di dalam sekolah dan di luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Mangapa di luar sekolah? Para mahasiswa memutuskan untuk tinggal atau mengontrak rumah warga di Sumberglagah sehingga kondisi ini memungkinkan mahasiswa dapat memberi tambahan pelajaran dalam bentuk les di luar sekolah. Program kampus mengajar berlangsung selama kurang lebih 5 bulan. Hadirnya para mahasiswa ini cukup efektif dalam membantu para guru SDN Tanjungkenongo. Semisal mahasiswa membuat inovasi pembelajaran baik dengan media tatap muka maupun pembalajaran digital.
Dilihar dari beberapa testimoni, mahasiswa merasa betah tinggal di dusun Sumberglagah meskipun untuk membeli makan, mereka memilih lokasi yang jauh. Penyebabnya, beberapa warga desa memberi saran supaya mahasiswa kalau beli makanan sebaiknya diluar Sumberglagah. Beberapa guru SDN Tangjungkenongo, juga memberi saran yang sama, alasanyanya warga Sumberglagah yang berjualan makanan terkadang canggung jika melayani orang baru yakni para mahasiswa. Demikian cerita singkat kegiatan mahasiswa dalam program kampus Mengajar di SDN Tanjungkenongo 2 Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
ADVERTISEMENT
Penulis: Endik Hidayat DPL Kampus Mengajar, Dosen UPN Veteran Jatim