Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Meminimalisasi Interaksi Pengunjung dengan Hewan di Kebun Binatang, Perlukah?
18 Januari 2022 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Eiffel Hendriksen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kebun binatang di Indonesia perlu meminimalisasi interaksi antara manusia dengan hewan, mengapa? Yuk kita simak alasannya!

ADVERTISEMENT
Kebun binatang merupakan lembaga konservasi ex-situ yang dengan jelas mencerminkan hubungan antara hewan dengan manusia di dalam masyarakat. Pada awalnya kebun binatang berfungsi sebagai tempat untuk belajar, sarana rekreasi yang sehat dan tempat penelitian. Namun seiring berjalannya waktu, banyak kebun binatang yang berubah dengan semakin bergeser ke arah taman hiburan.
ADVERTISEMENT
Hewan-hewan di dalamnya dijadikan seperti tahanan yang setiap harinya hanya dijadikan sebagai bahan tontonan bagi banyak orang. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki daya tarik yang lebih tinggi dan mendapatkan lebih banyak pengunjung.
Padahal apabila kita renungkan, seharusnya hewan hidup dengan bebas di alam luar bukan di balik pagar jeruji dalam kebun binatang dan menjadi bahan tontonan banyak orang. Maka dari itu kebun binatang di Indonesia setidaknya harus meminimalisasi interaksi antara hewan dengan manusia dengan beberapa alasan berikut ini.
Meminimalisasi interaksi antara hewan dengan manusia di kebun binatang dapat memberikan lebih banyak kebebasan kepada para hewan. Sama seperti manusia, hewan juga memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan. Karena itulah manusia harus memberikan lebih banyak waktu kepada para hewan untuk dimanfaatkan bagi diri mereka sendiri. Waktu sendiri itu dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang bersifat private seperti tidur atau bahkan berkumpul bersama kawanannya. Hal ini bertujuan agar para hewan tidak merasa tertekan dan tidak melupakan jati diri mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
Terlalu banyak interaksi dengan manusia dan terlalu sering dijadikan objek hiburan, dapat membuat para hewan merasa tertekan yang dapat berujung pada stress.
Maka dari itu, selain membuat para hewan tidak melupakan jati diri mereka masing-masing, meminimalisasi interaksi antara hewan dengan manusia juga dapat membantu meminimalisasi tingkat stress hewan-hewan. Tingkat stress hewan yang rendah dapat membantu dalam mencegah terjadinya penyakit mental pada hewan.
Jangan kaget bahwa hewan juga dapat mengalami penyakit mental yang ditunjukkan lewat munculnya perilaku-perilaku abnormal. Contohnya pada tahun 2013, Indonesia Society for Animal Welfare (ISAW) menemukan bahwa sekelompok hewan darat seperti gajah, harimau dan beruang di kebun binatang di Jakarta, Bandung dan Surabaya menunjukkan banyak perilaku-perilaku abnormal seperti gerakan berayun-ayun, bergoyang dan mondar-mandir.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, di masa pandemi seperti ini upaya meminimalisasi interaksi antara hewan dengan manusia di kebun binatang juga membantu mencegah penularan virus COVID-19 pada hewan. Memang hewan tidak dapat mengalami COVID-19 dengan gejala-gejala yang dialami oleh manusia seperti batuk, pilek, atau demam. Namun virus tersebut tetap dapat merusak beberapa jaringan atau organ dalam tubuh para hewan.
Seperti dalam eksperimen SARS dan COVID-19 yang dilakukan pada monyet, memang monyet tersebut tidak terlihat sedang sakit, tetapi apabila dilihat lebih lanjut paru-paru mereka ternyata rusak juga. Jadi lebih baik meminimalisasi interaksi untuk mencegah penularan virus COVID-19 demi kebaikan hewan-hewan di kebun binatang.
Berdasarkan berbagai argumen-argumen di atas, penulis berpendapat bahwa kebun binatang lebih baik meminimalisasi interaksi antara manusia dengan hewan-hewan. Selain lebih aman untuk kesehatan fisik para hewan, tetapi juga demi kesehatan mental dan terjaminnya kebebasan mereka.
ADVERTISEMENT
Ada baiknya jika seluruh kebun binatang yang ada di Indonesia mencoba untuk meminimalisasi interaksi antara pengunjung dengan hewan-hewan yang ada di dalamnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan banyak cara, seperti mengurangi jam buka atau bahkan membatasi kontak fisik di antara mereka.
Seperti kata Mahatma Gandhi “Kebesaran suatu bangsa dan kemajuan moralnya dapat dinilai dari cara hewan diperlakukan”. Maka dari itu perlakukanlah para hewan dengan baik demi Indonesia yang lebih bermoral.
Referensi
Herlina, A. Sutisna, S. (2021). Digitalisasi Ruang Fauna di Era Pasca Covid. Jurnal Stupa : Vol. 3, No. 1, 217-230
Magfhira, A. Muhammad, R. Strategi Pengelolaan Kebun Binatang Bandung Dalam Menghadapi Tantangan New Normal. Majalah Ilmiah UNIKOM : Vol. 18, No. 2, 81-88
ADVERTISEMENT
Ristraning, P. (2021). Strategi Pengelolaan Pariwisata di Era New Normal. Media Bina Ilmiah : Vol. 16, No. 2, 6421-6426
Tempo.co. (2014, Mei 3). Tingkat Stres Satwa di Kebun Binatang Tinggi. Tempo.co
De, L. (2020, April 17). Mengurangi Interaksi Manusia pada Satwa Liar untuk Pencegahan Jenis Penyakit Baru. Mongabay.co.id