Penambahan Kapasitas Transportasi Umum? Boleh Dong, tapi Disiplin Ya

Eka Sari Lorena. Foto: kumparan

Menteri Perhubungan kemarin menerbitkan SE Kemenhub No 14/2020. Orang langsung heboh. Dipikir sama sekali tidak ada pembatasan penumpang di transportasi umum. Dipikir HANYA lewat transportasi umum maka coronavirus menyebar kemana-mana.

Pertama, kalau dibaca kapasitas transportasi umum tidak langsung full. Kalau yang tadinya hanya 50% maka tidak langsung jadi 100%. Tetap harus melihat kondisi daerah masing-masing. Ada yang zonanya hijau, kuning hingga merah.

Kedua, berdasarkan zona kan berbeda-beda. Berdasarkan zona itu, ada yang kapasitas busnya 70%, ada yang 85%. So, saya mau bilang, berdasarkan SE Kemenhub itu ya tidak langsung kapasitas penumpang full jadi 100%.

Buat saya, yang pernah jadi Ketua Umum DPP Organda, tidak adil juga kalau hanya transportasi umum yang dituding-tuding. Semua hal berperan dalam menjaga agar kita semua tidak kena coronavirus. Jadi, sudah adil kalau kapasitas penumpang ditambah. Pasar saja tetap beroperasi kan?

Penambahan kapasitas itu penting juga untuk melayani masyarakat kan. Kapasitas kantor sudah ditambah hingga 50% jadi bagi sebagian orang, naik transportasi umum itu salah satu alternatif supaya bisa sampai kantor. Tidak semua orang punya mobil lho.

Lagi pula, kalau isi transportasi umum itu kurang dari 50%, apakah nutup biaya operasinya? Tidak cukup. Tekor, saudara-saudara. Entah Garuda, tapi maskapai global itu rata-rata baru BEP kalau load factor di atas 70%. Kalau tekor terus ya tewas kan.

So, bagi saya penambahan kapasitas transportasi umum itu sulit dielakkan. Kenapa? Karena masa transisi terus bergulir. Minggu depan saja, mal sudah dibuka. Kalian mau naik angkutan umum? Kenapa tidak tapi harus disiplin ya pakai masker! Ini penting demi keselamatan kita semua. Coronavirus masih ada lho. / ESL