7 Manfaat Mengenalkan Travelling Bagi Anak-anak

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2019 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibu dan Anak Saat Traveling Menggunakan Pesawat Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ibu dan Anak Saat Traveling Menggunakan Pesawat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Entah berapa kali saya mendapat komentar dari teman, netizen atau bahkan keluarga sendiri yang mempertanyakan kenapa kami membawa anak kami jalan-jalan dari masih kecil.
Komentar yang paling sering muncul adalah, “Ya ampun masih kecil aja udah ke mana-mana. Padahal nanti enggak bakal inget juga kalo udah pernah ke sana.”
Saya sendiri adalah produk anak yang sudah ditenteng ke sana ke mari sama bapak saya. Dari bapak lah kecintaan saya pada dunia travelling tumbuh.
Waktu masih kecil dulu saya dan adik-adik diajak bapak roadtrip. Kami sekeluarga naik mobil sambil nyanyi-nyanyi dari Jakarta menuju Bali, pernah juga ke Lombok dan Medan.
Saya ingat kehangatan kebersamaannya. Saya ingat senyum bahagia bapak saya, saya ingat pelukan-pelukan erat di antara kami.
Travelling memiliki banyak manfaat buat anak-anak (foto: dokumen Eka Situmorang-Sir
Iya, travelling memang enggak murah, ada harga tiket yang harus dibayar, kamar penginapan atau hotel yang harganya lumayan tapi jangan lupa, travelling itu memberikan pengalaman dan mengeratkan family quality time.
ADVERTISEMENT
Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik?
Jadi di bawah ini saya akan sharing apa yang saya sukai dari travelling bersama keluarga dengan konteks anak berusia 5 tahun ya.
1. Menumbuhkan rasa ingin tahu
Setiap kali kami mau bepergian, saya selalu memberitahu anak kami bahwa ia mesti menyiapkan sendiri barang-barang yang mau ia bawa untuk liburan.
Entah itu mainan, makanan atau baju favorit yang mau ia inginkan. Hal itu membuatnya mengajukan rentetan pertanyaan.
“Berapa lama liburannya, mami?”
“Di sana dingin, enggak?”
“Ada binatang apa yang lucu?”
“Aku bisa bawa mobil-mobilanku? Ada slide enggak buat hotwheels?”
...dan seribu pertanyaan lainnya. Hehehe.
com-Ilustrasi ibu dan anak sedang membungkus. Foto: Shutterstock
Dari situ ia bisa memutuskan mau bawa baju atau mainan model apa. Tentu saja urusan pakaian secara keseluruhan sudah saya siapkan ya, ia hanya mengatur benda-benda favoritnya aja.
ADVERTISEMENT
Masih terlalu kecil kalau harus packing semuanya sendiri. Hehehe. Tapi paling nggak, dari situ ia bisa berpikir panjang dan menyiapkan kebutuhannya.
2. Melatih Tanggung Jawab
Selain koper yang berisi perlengkapan liburan, saya memberikan tanggung jawab kepada anak kami sebuah tas ransel atau koper kecil yang bisa digeret berisi barang-barang pribadinya yang mungkin ia butuhkan selama penerbangan. Biasanya isinya sih baju ganti satu setel, makanan kecil dan mainan.
Ia mesti bertanggung jawab menjaga sendiri tas tersebut, mandiri enggak dibawain. Kalo laper ya tinggal buka tasnya sendiri, enggak merengek-rengek minta disiapin. Lumayan lah untuk anak umur 5 tahun. Hehehe.
Oh iya, pernah suatu kali topinya jatuh dan hilang di Kamboja, ia menangis dan minta maaf dan ada perubahan perilaku yang cukup kelihatan. Sepulang dari sana ia lebih berhati-hati lagi menjaga barang miliknya di tempat umum.
ADVERTISEMENT
3. Membuka kesempatan untuk berani mencoba hal baru
Saya ingat pada saat kami bertamasya ke salah satu hutan pinus di Bandung, saya ingin sekali mencoba flying fox. Dalam pikiran saya ini bakal seru nih, meluncur bareng anak saya. Kalau mau jerit ya jerit barengan gitu. Hehehe.
Maka dengan sedikit bersusah payah kami naik ke atas bukit dan sampai di sana baru dikasih tahu kalau saat meluncur dengan flying fox harus sendiri-sendiri termasuk anak kecil!
Saya khawatir banget, takut kenapa-kenapa. Tapi ternyata, saat saya bernegosiasi dengan petugas biar bisa meluncur bareng anak saya (yang saat itu berusia 4 tahun), ia sibuk mengamati orang-orang lain yang lagi flying fox.
Tak dinyana, sesudahnya dengan santai bilang kalo ia berani coba. Saya shock dengernya. Umur 4 tahun lho!
Travelling membuka kesempatan mencoba hal baru (foto: dokumen Eka Situmorang-Sir
Lalu tanpa gentar ia meluncur sendirian berpegangan tali dengan helm di kepalanya. Senyum dan dadah-dadah segala sementara hati maminya sudah kayak mau copot aja. Hahaha. Oh, tapi tentu saja saya bangga setengah mati sama keberaniannya ya.
ADVERTISEMENT
4. Mengembangkan imajinasi
Kita bisa mempelajari soal kereta api atau tram dari buku atau internet. Tapi enggak ada yang menandingi proses belajar dari pengalaman langsung.
Saat kami pergi ke Seoul di usianya masih balita, dengan sabar dan penuh antusiasme kami mengeksplor kota tersebut dengan kereta api, setelah itu minatnya akan kereta api tumbuh dengan cepat.
Sampai Jakarta ia membuat miniatur stasiun dan kereta api dari lego, ia juga minta diajari letak mesin dan jenis-jenis kereta api ada apa saja. Tiga tahun kemudian saat kami di Sydney, ia ngotot mencoba naik double decker train karena ingin tahu bedanya tram dengan kereta api secara nyata itu bagaimana. Segitunya.
ADVERTISEMENT
5. Cepat Beradaptasi
Bepergian ke tempat baru membuat anak-anak cepat beradaptasi dan fleksibel dengan keadaan. Entah itu bandara yang kecil dan padat atau toilet umum yang kebersihannya ya gitu deh. Hehehe. Dari situ saya malah bisa mengajarinya soal higienitas.
6. Mengenalkan geografi
Bepergian dengan anak-anak juga membuka cakrawala tentang dunia secara luas. Di usianya yang ke-5, anak saya memahami konsep kota, negara dan benua.
Travelling juga bisa menjadi media mengenalkan konsep cuaca dan musim. Ada negara yang memiliki dua musim tapi ada juga yang punya empat musim dan itu semua punya keuntungan serta kekurangannya masing-masing.
Travelling dapat menjadi media mengenalkan geografi (foto: dokumen Eka Situmorang-Sir
7. Menciptakan Kenangan
Travelling juga mengeratkan kedekatan keluarga di antara kami. Sampai sekarang anak saya masih sangat excited jika ditanya soal liburannya ke Sydney.
ADVERTISEMENT
Mulai dari ketemu kanguru, naik double decker train, mengejar burung camar, terus makanannya balik dicaplok si camar, sampai ketiduran di Harbour Bridge. Hahaha. Kadang sebelum tidur, ia akan berbisik.
“Mom, do you remember when we went to Australia.....”
Atau lain waktu bilang gini, “Mom, I was so happy riding becak with you in Malang.....”
Lalu semua kenangan liburan itu menjadi obrolan malam kami menjelang tidur. Menghangatkan hati.
Teman Kumparan, sejak kapan mengenalkan travelling pada anak? Punya pengalaman seru apa?
Salam,
Eka Situmorang-Sir