Konten dari Pengguna

Dijambret Monyet saat Berpotret di Batu Caves, Malaysia

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
18 Desember 2018 6:11 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berfoto di area Batu Caves, Malaysia  (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Berfoto di area Batu Caves, Malaysia (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
ADVERTISEMENT
“Gimana caranya ke Batu Caves, cik?” tanya saya pada petugas perempuan di balik loket tiket KL Sentral.
ADVERTISEMENT
You bayar sini, naik KTM 40 menit sampai Batu Caves,” jawabnya ringkas dengan logat Melayu yang kental.
Kemudian saya pun menyodorkan 2 pecahan RM 5 untuk ditukarkan dengan koin plastik yang lumayan berat sebagai tiket KTM. Berbeda dengan tiket Commuter Line di Jakarta yang menggunakan e-money, tiket KTM (train) di Kuala Lumpur menggunakan koin-koin plastik.
Saya kurang paham apakah mereka memiliki sistem pembayaran menggunakan e-money atau tidak karena tidak ada informasi tambahan yang bisa saya gali saat di KL Sentral tempo hari. Selain karena saya mengejar jadwal keberangkatan kereta, yang lainnya pun tampak terburu-buru hari itu.
“Di mana naiknya?” tanya saya lagi.
“Ambil jalan memutar, turun satu floor, train berangkat tiap one hour sekali,” katanya lagi dengan bahasa campur-campur yang kalau di Jakarta bisa langsung dituding sebagai anak Jaksel. Hahaha. Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun menggandeng Basti anak saya menuju platform kereta api yang ditunjuk petugas tadi.
Batu Caves, Malaysia (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Batu Caves, Malaysia (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Agenda kami dari pusing-pusing alias jalan-jalan di Malaysia hari ini adalah mengunjungi Batu Caves yang berada di Gombak Selangor Malaysia. Batu Caves adalah salah satu destinasi wisata yang populer banget di Kuala Lumpur, Malaysia.
ADVERTISEMENT
Merupakan situs religius dan tempat beribadah pemeluk agama Hindu yang terletak di perbukitan kapu, dan menariknya kuil utama untuk sembahyangnya berada di dalam gua. Gua bukan sembarang gua, namun gua yang berada 100 meter di atas tanah dengan total 272 anak tangga yang harus didaki untuk dapat naik ke atas. Hehehe siapin stamina kalau mau ke sini ya!
Cara Menuju ke Batu Caves
Sesungguhnya ada beberapa cara untuk dapat ke Batu Caves. Kalau bujet enggak jadi masalah maka naik taksi atau sewa mobil sudah yang paling benar kalau ke sini. Batu Caves ini lokasinya agak di luar Kuala Lumpur soalnya, agak jauh dari mana-mana. Selain itu, sekarang KL punya hop on dan hop off bus kayak di Singapura itu lho.
ADVERTISEMENT
Jadi tinggal beli tiketnya lalu duduk manis aja di bus yang sudah ada rute atau jadwal ke sini (beserta dengan rute-rute wisata lainnya). Untuk pulangnya tinggal naik bus ini lagi. Harga tentu agak menguras kantong sedikit ya.
Tapi kalau punya waktu luang dan pengen murah maka ikuti cara saya untuk naik KTM dari KL Sentral. Duduk manis di kereta selama 30-40 menit dan kereta pun berhenti langsung di Stasiun Batu Caves. Tinggal jalan kaki sekitar 300 meter saja sudah kelihatan itu area Batu Caves yang besar.
Begitu turun dari KTM, kami langsung disambut oleh pedagang kaki lima yang menjajakan bunga, aksesori, dan segala macam perlengkapan sembahyang. Mereka berjualan dengan tenang, tidak ribut, dan tidak memaksa sehingga suasana pun terasa nyaman.
ADVERTISEMENT
Kemudian kami pun berjalan masuk dan menemukan beberapa bangunan cantik berwarna keemasan yang terlihat sangat kontras dengan bukit kapur dan hijau hutan di bagian belakangnya. Ah, saya tidak bisa tidak berfoto di sini!
Pengalaman Yang Tak Terlupakan Sampe Seumur Hidup di Batu Caves
Setelahnya kami berjalan ke arah kuil utama. Beberapa monyet dan burung merpati terlihat bebas berkeliaran membuat anak saya, Basti, senang bukan kepalang.
Mom, look a monkey! Big monkeeeeey!” pekiknya keras, penuh rasa ingin tahu yang membuat saya langsung memegang tangannya dengan erat. Saya pernah membaca bahwa monyet-monyet di sini lumayan agresif, jadi saya pun menerangkan pada Basti untuk tidak berada terlalu dekat.
They are wild animal, Basti. You can not predict what they’re going to do so better be careful.
ADVERTISEMENT
Well, I will play with the doves then!” jawab Basti tetap ingin bermain dengan binatang.
Okay, but don’t be too far away!” kata saya mengingatkan.
Pedagang di Batu Caves, Malaysia (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang di Batu Caves, Malaysia (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Burung merpati adalah salah satu binatang yang bebas terbang dan dapat dijumpai dengan mudah di Batu Caves (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Burung merpati adalah salah satu binatang yang bebas terbang dan dapat dijumpai dengan mudah di Batu Caves (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Sementara Basti bermain kejar-kejaran dengan merpati yang (ya ampuuuun) jumlahnya banyak banget dan mereka datang dan pergi sesukanya dengan dengung kepak sayap yang anehnya membuat hati terasa damai, saya dan mama pun sibuk mengambil gambar. Berusaha mengabadikan kenangan perjalanan kami dalam bentuk memori yang nantinya bisa kami kenang melalui jepret kamera.
Nah, demi dapat gambar yang bagus, kami meletakkan barang bawaan kami di bawah. Satu tas besar berisi barang berharga seperti paspor dan dompet dan satu tas kain berisi camilan untuk di perjalanan. Maklum, bawa anak kecil! Mudah lapar kan, jadi harus selalu sedia makanan.
ADVERTISEMENT
Tas-tas tersebut kami taruh di dekat kaki mama, lalu saya bergaya dan mama pun bersiap menjepret. Kami asyik berpose dan saling mengambil gambar sampai enggak sadar tiba-tiba di kaki ada 3 monyet besar-besar datang mengendap-endap. Bukan satu, bukan dua, tapi tiga ekor sekaligus!
Braaaak! Lalu tanpa bisa dicegah lagi, dengan sigap para monyet itu membongkar isi tas kami, mengambil camilan-camilannya, kemudian lari secepat kilat. Saya yang berada agak jauh cuma bengong dengan mulut menganga sementara mama diam tak berkutik.
Maaaa, tasnya, tasnya...!” jerit saya panik.
“Enggak apa-apa, cuma tas makanan, yang lain aman,” kata mama dengan muka tegang tapi berusaha tenang.
Gila, kejadiannya begitu cepat sampai kami bingung harus berbuat apa, kayak di film-film gitu. Kalau dibikin adegan slow motion kayaknya bakal seru nih! Hahaha. Sungguh kami enggak menyangka banget jadi incaran para monyet untuk menjadi sasaran jambret. Benaran jadi pengalaman yang bakal terkenang sepanjang masa!
Jepretan mama sesaat sebelum tragedi penjambretan oleh para monyet (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Jepretan mama sesaat sebelum tragedi penjambretan oleh para monyet (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Setelah kami semua tenang dan enggak terkejut lagi, saya jadi bisa mengucap syukur. Untungnya nih. Untungnya, mama enggak kena cakar monyetnya (kalau sampai iya, kan mesti ke dokter buat suntik tetanus atau pencegahan lain), untung yang kedua tas kain kami enggak ikutan dijambret, cuma makanannya yang dicolong para monyet itu.
ADVERTISEMENT
Jadi saya enggak perlu pakai plastik di sisa liburan kami. Hari gini, sudah enggak zaman slogan “jangan buang sampah sembarangan”, tapi lebih baik lagi, “jangan bikin sampah plastik”.
Anyway monyetnya pintar ya, makanan saja yang diambil, tas kainnya ditinggalin. Kalau sampai tasnya diambil juga mungkin saya enggak bisa tidur malamnya karena mikirin buat apa coba monyet pakai tas?
Tangga menuju kuil di dalam gua Batu Caves (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
zoom-in-whitePerbesar
Tangga menuju kuil di dalam gua Batu Caves (Foto: Dok. Eka Situmorang-Sir)
Untuk masuk ke dalam, maka pakaian yang dikenakan adalah celana atau rok di bawah lutut, sementara saya mengenakan celana pendek.
“Ma, mau naik ke atas nggak? I can’t go upstair ‘coz I wear short,” kata saya ke mama.
“Untung kamu pakai celana pendek, Ka. Kalau kamu mau ke atas, mama bingung deh kalau lutut mama ngilu gimana ya?” jawab mama sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Hahaha, ya enggak apa-apa berfoto di bawah aja ya, Ma.”
Liburan akhir pekan (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Liburan akhir pekan (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
“Enggak apa-apa daripada mama encok!” kata mama lagi yang saya sambut dengan 'tos' di udara. Rasanya senang karena saya tidak mengecewakan mama karena tidak bisa naik ke gua kuil sebab mama pun ternyata memilih untuk enggak naik. Namun kesenangan saya tidak bertahan lama karena Basti datang sambil bertanya.
Mom, aku lapar. Camilannya mana?”
Hihihi. Doakan saya menjelaskan ke Basti kalau makananya sudah dijambret oleh makhluk-makhluk berbulu berwarna abu-abu itu ya. Huh, dasar monyet!
Salam,
Eka Situmorang-Sir