Merayakan Cinta di Candi Plaosan

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
22 Februari 2019 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengabadikan momen di Candi Plaosan. Foto: Dok: Eka Situmorang
zoom-in-whitePerbesar
Mengabadikan momen di Candi Plaosan. Foto: Dok: Eka Situmorang
ADVERTISEMENT
Gimana rasanya kalau kita cinta banget sama seseorang tapi beda agama? Nyesek banget enggak sih? Udah sayang banget masa harus terpisahkan karena keyakinan?
ADVERTISEMENT
Tahu nggak? Ternyata cinta soal beda agama ini bukan cuma masalah anak muda zaman now lho tapi udah ada bahkan dari 10 abad sebelumnya. Enggak percaya? Baca terus tulisan saya ya.
Aura teduh yang membuat jiwa tentram langsung terasa begitu saya sampai di area Candi Plaosan. Walaupun sinar matahari terasa terik menyengat kulit namun vibra damai dari Candi Plaosan begitu kuat menguar.
Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 3.000, saya pun menapaki kompleks candi yang juga populer disebut candi kembar ini.
Tak kuasa membendung aura teduh dari Candi Plaosan, maka saya pun merentangkan tangan sambil merasakan angin yang menerobos di sela-sela jemari. Kemudian menutup mata dan menghirup udara dalam-dalam. Ah, kenapa rasanya teduh sekali di sini?
ADVERTISEMENT
Ketika Cinta Sudah Bicara
Rasa damai yang saya rasakan itu mungkin ada kaitannya dengan sejarah Candi Plaosan. Ada cerita menarik tentang candi yang juga populer disebut candi kembar ini. Candi Plaosan diperkirakan mulai dibangun di awal abad ke-9, merujuk pada prasasti dari lempengan emas yang ditemukan di tahun 2003.
Prasasti tersebut mendukung pernyataan para peneliti sebelumnya tentang asal mula berdirinya candi perlambang cinta ini.
Jadi, konon katanya Candi Plaosan dibuat oleh Rakai Pikatan yang merupakan keturunan Dinasti Sanjaya yang memeluk Hindu untuk Pramordhawardani dari Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha.
Kisah cinta mereka bikin geger pada waktu itu, timbul penolakan juga keresahan karena perbedaan keyakinan tersebut. Namun Rakai Pikatan mantap sama pilihannya dan bahkan setelah menikah membebaskan istrinya, Pramordhawardani untuk tetap memeluk agamanya. Hebat ya kekuatan cinta itu. Kalau cinta sudah bicara, kita bisa apa?
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu walaupun Candi Plaosan ini merupakan Candi Budha, namun arsitekturnya mendapat pengaruh kuat dari agama Hindu.
Candi Plaosan dibangun oleh Rakai pikatan sebagai lambang cinta untuk istrinya sekaligus saksi bisu bagaimana toleransi beragama pada masa lalu itu.
Menyusuri jengkal demi jengkal Candi Plaosan membawa saya pada imajinasi bagaimana kisah cinta yang ditentang banyak orang bisa kokoh bertahan.
Hanya orang-orang hebat dengan cinta yang kuat yang mampu mengarungi segala macam halangan. Rakai Pikatan dan Pramordhawardani adalah contoh bagaimana cinta dapat mengatasi perbedaan tidak menjadi pemecah.
Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat mencontoh toleransi tersebut ya. Biar negara kita jadi adem ayem atmosfernya.
Karena latar belakang cinta dari Candi Plaosan ini, berkembang mitos di masyarakat bahwa kalau cintanya mau hangat bersemi dan awet selalu, maka pasangan harus berkunjung ke sini. Beda sama mitos pasangan bakal putus cinta kalau ke Candi Prambanan, justru kalau ke Candi Plaosan malah bakal langgeng.
ADVERTISEMENT
Menyusuri Candi Kembar nan Eksotis
Kompleks Candi Plaosan ini tidak terlalu besar, jauh sekali jika dibandingkan dengan Candi Borobudur atau Candi Prambanan.
Namun, walau kecil terlihat sangat megah dan cantik. Kompleks candi terbagi dua: Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan). Saya berada di Candi Plaosan Lor yang lebih mendekat ke Gunung Merapi.
Sementara Candi Plaosan Kidul letaknya dipisahkan oleh jalanan, warung makan dan juga parkiran. Berbeda dari Candi Plaosan Lor yang lebih terawat, Candi Plaosan Kidul sedikit terlupakan.
Mungkin karena lokasinya juga yang agak tersembunyi ya. Lebih lagi candi utama di Plaosan Kidul masih belum ditemukan (entah rusak atau memang belum ketemu) jadi statusnya masih dalam tahap pemugaran.
ADVERTISEMENT
Masuk lebih ke dalam area candi, dua candi utama saling berhadapan dan di sekitarnya terdapat tanah lapang hijau kekuningan yang langsung menarik perhatian anak saya.
Apalagi kalau bukan untuk lari-larian? Namanya balita ya. Saya mesti berkali-kali mengingatkan untuk hati-hati.
Candi Plaosan. Foto: Dok: Eka Situmorang
Candi Plaosan ini dilindungi oleh pagar batu sementara kompleksnya secara keseluruhan dikelilingi oleh pagar kawat dan besi.
Di sekitar candi utama terdapat candi perwara yang berbentuk candi kecil dan stupa. Ada yang sudah mulai runtuh namun banyak yang masih terawat.
Kalau ada banyak waktu, cobain deh berjalan ke belakang Candi Plaosan. Candi Plaosan terlihat sangat eksotis dengan sawah hijau yang berada tepat di belakangnya. Nampak megah dan sungguh keelokakannya membuat saya terpana.
ADVERTISEMENT
Dengar-dengar banyak pemburu sunset yang berburu momen matahari terbenam dengan latar candi kembar ini. Well, belum sunset aja saya sudah terpana melihat Candi Plaosan.
Cara Menuju ke Candi Plaosan
Candi Plaosan ini letaknya enggak jauh dari Candi Prambanan. Sekitar 1,5 kilometer saja. Dari Candi Prambanan belok ke kiri. Jangan kaget ya, jalannya memang kecil sekali dan maksimal cuma muat dua mobil, tapi biar pun kecil jalanannya aspal mulus dan pemandanganya itu lho. Terapi mata banget!
Sawah hijau menghampar luas dengan anak-anak kecil berlarian di atas pematangnya. Lalu, di kejauhan gubuk-gubuk dari bambu untuk istirahat petani berdiri kokoh. Astaga, eksotis sekali.
Saking dekatnya lokasi beberapa Candi di Yogyakarta dan Klaten ini, bahkan sekarang sudah ada paket tur tiga candi yang terdiri dari wisata mengunjungi Candi Prambanan, Candi Plaosa, dan Candi Ratu Boko yang bisa kita beli saat di Prambanan.
ADVERTISEMENT
Buat yang enggak ada kendaraan pribadi dan mengejar waktu, saya saranin ambil paket ini deh.
Walau sudah dua kali ke Candi Plaosan, tapi sesungguhnya saya masih pengin balik lagi. Saya penasaran sama Festival Candi Kembar yang katanya ramai itu.
Semoga lain kali bisa hadir, sekaligus jadi saksi kemegahan Candi Plaosan di saat sunrise atau sunset. Ciamik banget kayaknya.
Kalau kamu gimana? Sudah pernah mampir ke Candi Plaosan?