Petualangan Menikmati Angkor Wat Kamboja dengan Balon Udara

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2019 11:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kagum dengan Angkor Wat? Gugusan candi kebanggaan masyarakat Kamboja ini sudah ada sejak tahun 1200-an, alias dari abad ke-12. Luar biasa ya, karena bisa bertahan hingga sekarang. Ada banyak cara untuk menjelajah Angkor Wat, bisa berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan kendaraan. Namun, ada cara lain lagi untuk melengkapi pengalaman menikmati Angkor Wat, yaitu dengan balon udara. Seru banget pastinya!
Angkor Wat. (foto: dok. Eka Situmorang-Sir)

Jenis Balon Udara

ADVERTISEMENT
Ada dua jenis balon udara yang ditawarkan di Angkor Wat. Pertama adalah balon udara helium biasa, yang mengudara ke atas tapi tidak terbang berkeliling. Ada tali yang mengikat balon udaranya di tanah, sehingga hanya mengangkasa ke atas saja.
Balon udara yang kedua lebih populer disebut Hot Air Balloon. Balon udara jenis ini terbang berkeliling di atas kompleks Angkor Wat sekitar 30 menit. Jadi, pengunjung bisa merasakan sensasi terbang melayang di ketinggian, seraya menikmati pemandangan yang seolah bergerak di bawahnya.
Niat hati saya ingin mencoba Hot Air Balloon, kapan lagi menjelajah di udara seperti zaman dulu? Itu lho, seperti film lawas 80 Days Around the World yang terkenal banget, karena keliling dunia pakai balon udara. Namun niat hati hanyalah tinggal niat saja. Mama saya yang berusia di atas 60 tahun terlihat sangat ragu-ragu saat saya sodori pilihan itu.
ADVERTISEMENT
“Mama takut Kak, kalau naik balon udara yang terbang keliling gitu,” ujar mama lirih.
Lha, kenapa takut? Itu aman kok. Kan udah ada safety procedure-nya,” sanggah saya.
Emoh, Mama takut! Kalau naik balon udara yang ke atas aja masih berani, tapi kalau yang keliling melayang-layang, enggak berani.”
Yowis, kalau gitu," ujar saya mengalah. Saya paham ketakutan Mama meski sudah dijelaskan kalau itu aman.
Menurut saya, tujuan utama liburan kan senang-senang, jadi mesti bisa fleksibel ganti itinerary, atau lentur dalam mengakomodir keinginan semua peserta liburan selama tidak merusak acara utama. Kalau cuma ganti moda transportasi dari balon udara ke hot air baloon, atau dari kereta menjadi kapal fery ya enggak masalah, yang penting, semua senang, ya kan?
ADVERTISEMENT
Setelah sepakat, kami pun berangkat ke operator Angkor Baloon yang letaknya tidak sampai satu kilometer dari gerbang depan Angkor Wat. Harga tiket dibanderol di angka 15 dolar per orang untuk dewasa dan 7 dolar untuk anak-anak berusia 6-12 tahun.
Anak-anak di bawah 6 tahun gratis! Yeay, rezeki banget. Basti enggak perlu bayar tiket. Hehehe. Oh iya, kalau hot air baloon, harganya lebih mahal, di atas 50 dolar. Wajar sih, karena tingkat keamanannya yang lebih tinggi kan.
By the way, soal tiket ini menurut pengemudi mobil sewaan kami, harganya bisa berubah-ubah. Baru bulan lalu ia mengantar tamu dan dikenakan 25 dolar per tiket, namun sekarang harganya sudah turun. Saya tersenyum senang, lumayan yah bisa berhemat sedikit. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Setelah membayar tiket, kami pun menunggu giliran untuk dapat naik ke balon udaranya. Angin bertiup cukup kencang mengacaukan rambut, saat kami menunggu balon udara yang ada di angkasa bersama pengunjung lainnya untuk turun ke bawah. Dalam hati saya membatin, sepertinya di atas sana anginnya bisa lebih ganas. Hehehe.
Menunggu giliran naik balon udara. (foto: dok. Eka Situmorang-Sir)

Sensasi Naik Balon Udara

Begitu pengunjung sebelumnya turun dari balon udara, kami pun bergegas mendekat agar bisa masuk. Balon udaranya dikelilingi oleh tali untuk keamanan. Petugas yang mengiringi kami, mengingatkan agar tangan memegang sisi atau besi bagian luar balon udara, jangan yang di bagian dalam karena panas. Setelah mengangguk, petugas pun memberi aba-aba kalau kami akan mengangkasa. Terdengar bunyi "gradak gruduk" sebentar, membuat saya dan Mama bertukar pandang. Iya, agak takut juga! Hehehe. Tapi suara keras dan balon udara yang tidak stabil itu hanya 30 detik saja, sesudahnya mengudara dengan mulus dan halus.
ADVERTISEMENT
Begitu balon udara perlahan naik, rasanya seru banget! Jiwa saya menjerit senang dan somehow, kok ya merasa ikutan ringan. Rasanya sensasional melihat tanah yang biasa kita injak pelan-pelan menjauh dan tertinggal di bawah. Saya melayangkan pandang ke sekeliling dan melihat Angkor Wat dari kejauhan. Angkor Wat terlihat berbeda dari atas balon udara, dibungkus pepohonan lebat dan parit dalam di sekelilingnya. Angkor Wat nampak agung, kudus dan mulia. Magis banget!
Angkor Wat dari ketinggian. (foto: dok. Eka Situmorang-Sir)
Saya sih senang melihat Angkor Wat dari ketinggian begini. Tapi nampaknya Basti, anak saya, agak cemas.
“Kamu takut, Bas?”
“Nope, Mom. I just hate the wind,” katanya santai sambil merapi-rapikan rambutnya yang berantakan dipermainkan angin. Saya tertawa melihat usaha sia-sianya, setiap kali ia merapikan rambutnya, secepat kilat angin merusaknya lagi.
ADVERTISEMENT
Setiap balon udara mengangkasa selama 10 menit dengan ketinggian antara 100-120 meter dari atas tanah. Berhubung kami tidak punya waktu banyak di atas, maka dokumentasi foto pun seadanya. Itu pun dengan rambut kusut diterjang angin.
Di ketinggian balon udara. (foto: dok. Eka Situmorang-Sir)
Namun itu semua enggak masalah, yang paling penting sensasi naik balon udara ini terkenang selamanya, terpatri di dalam hati. 10 menit yang sungguh mengesankan! Kalau kamu ke Siem Reap, masukkan ini dalam itinerary jalan-jalanmu di Kamboja ya.
Teman kumparan, kamu sudah pernah naik balon udara?
Salam,