Konten dari Pengguna

Mengenal H.O.S Cokroaminoto Sebagai Pemimpin SI dan Guru Besar Tokoh Pergerakan

Eka Wahyu Lejaringtyas
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
23 Maret 2022 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Wahyu Lejaringtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
H.O.S Cokroaminoto Sumber : Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
H.O.S Cokroaminoto Sumber : Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Raden Haji Umar Said Cokroaminoto atau yang lebih dikenal H.O.S Cokroaminoto adalah pahlawan pada masa pergerakan nasional yang lahir di Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1882. Pemerintah Hindia Belanda menyebut Cokroaminoto sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota atau De Ongekroonde Van Java. Cokroaminoto memiliki ayah yang bernama RM Cokroamiseno yang bekerja menjadi pejabat pemerintahan, dan kakeknya bernama RM Adipati Cokronegoro yang menjadi Bupati Ponorogo.
ADVERTISEMENT
Pada saat masih kecil, HOS Cokroaminoto menempuh pendidikan di Sekolah Belanda yang khusus diperuntukkan untuk orang Belanda dan para pejabat. Setelahnya Cokroaminoto menamatkan pendidikan di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) atau yang lebih dikenal dengan Sekolah Administrasi Pemerintahan yang mencetak pegawai pemerintah kolonial di Magelang pada 1902. Pada 1910 Cokroaminoto lulus dari Burgeliik Avord School atau BAS. Diketahui HOS Cokroaminoto menikah dengan putri dari wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Ajeng Suharsikin dan memiliki dua anak yaitu Siti Utari dan Harsono Cokroaminoto.
Pemimpin Serikat Islam
Cokroaminoto dikenalkan kepada Serikat Islam oleh H. Samanhudi sebagai pendiri Serikat Islam dan Tirtoadisuryo. Cokroaminoto diminta untuk bergabung dengan Serikat Islam pada Mei 1912. Cokroaminoto memberikan usulan untuk menghapus kata dagang pada Serikat Dagang Islam sehingga menjadi Serikat Islam. Perubahan ini dilakukan agar SI tidak bekerja pada bidang ekonomi saja, melainkan diperluas dengan berfokus pada semangat keislaman.
ADVERTISEMENT
Pada awal kepemimpinannya tahun 1914, Cokroaminoto sudah menyusun anggaran dasar agar mendapat pengakuan dari Hindia Belanda. Akan tetapi, anggaran tersebut ditolak mentah-mentah sehingga mengganggu kelangsungan organisasi Serikat Islam. Anggota SI pada mulanya adalah golongan wiraswasta yang terdiri dari petani, pedagang, pengusaha, ulama, dan golongan intelektual. Serikat Islam berkembang pesat pada saat diketuai oleh Cokroaminoto dan membuat pengikutnya bertambah banyak, yaitu sekitar dua setengah juta orang. Setelahnya masuknya paham komunis yang dibawa oleh Hendrio Josephus Maria Sheevliet membuat Sarekat Islam terpecah menjadi dua kubu yaitu SI putih atau berhaluan kanan yang dipimpin oleh Cokroaminoto dan K.H Agus Salim dan SI Merah atau berhaluan kiri yang diketuai oleh Semaun di Semarang yang mengarah komunisme.
ADVERTISEMENT
Cokroaminoto memiliki sifat yang tidak mau dibedakan derajatnya dengan siapapun. Ia sendiri tidak takut dengan pemerintah Hindia Belanda yang menindas pribumi. Akibat dari sikap tersebut, Cokroaminoto dianggap radikal yang suka menentang sistem Pemerintahan. Pada tahun 1922, Cokroaminoto ditangkap dan dipenjara oleh pihak Belanda selama 7 bulan karena pihak Belanda tidak menyukai pergerakan Cokroaminoto.
Guru Besar Para Tokoh
Selain menjadi ketua Serikat Islam, Cokroaminoto juga menjadi guru besar para tokoh pergerakan contohnya Sukarno, Kartosuwiryo, Alimin, Musso, dan Semaun. Di kediaman Cokroaminoto di Gang Paneleh VII nomor 29-31 memiliki sebuah kos yang dihuni oleh 10 orang. Para tokoh tersebut diberikan pendidikan mengenai kebangsaan dan pemahaman nilai moralitas yang dilakukan dengan cara berdiskusi, serta menanamkan nilai-nilai kedisiplinan. Pendidikan tersebut berlandaskan kepentingan bangsa untuk membentuk generasi yang memiliki rasa rela berkorban demi bangsa Indonesia. Pendidikan itu menghasilkan Sukarno yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi dan Kartosuwiryo yang bersifat agamis serta Semaun yang memilih aliran komunis.
ADVERTISEMENT
Salah satu kutipan Cokroaminoto adalah "setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat" yang ditujukan untuk beberapa muridnya. Pesan lain juga disampaikan Cokroaminoto kepada murid-muridnya adalah "pemimpin yang hebat, menulis seperti jurnalis dan berbicaralah seperti orator" dan ditiru oleh Soekarno saat ia ingin tidur dengan berteriak dan membangunkan yang lain. Dari tokoh-tokoh tersebut yang paling disukai oleh Cokroaminoto adalah Sukarno, sehingga ia menikahkan Soekarno dengan putrinya Siti Utari.