Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Serat Tripama: Warisan Karakter Nasionalisme Bagi Bangsa Indonesia
24 Oktober 2022 5:59 WIB
Tulisan dari Eko Budi Saputro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keadaan zaman lampau memiliki banyak sekali keragaman yang dapat memberikan kita inspirasi sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang modern. Keadaan zaman lampau juga mengajarkan kita bagaimana arti dari sikap nasionalisme, yang digambarkan dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Bentuk sikap nasionalisme tersebut, salah satunya dituangkan ke dalam bentuk naskah kuno yang berjudul Serat Tripama. Serat Tripama merupakan salah satu bentuk cerminan bagaimana sejarah masa lalu yang pernah dialami bangsa kita. Serat Tripama merupakan bentuk karya sastra jawa pada masa lampau, yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV, yang berisi 7 bait tembang jawa pupuh dandanggula. Serat Tripama berisi tentang cerita tiga tokoh utama yang dikisahkan sebagai pahlawan. Kata tripama merupakan gabungan dari kata tri yang berarti 'tiga' dan umpama yang berarti 'perumpaan' yang merujuk pada tiga tokoh pewayangan, yakni Patih Suwanda, Kumbakarna, dan Adipati Karna. Ketiga tokoh tersebut digambarkan sebagai sosok yang memiliki loyalitas tinggi dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Sosok pertama yang digambarkan dalam Serat Tripama adalah Suwanda. Ia merupakan sosok yang sangat dibanggakan oleh Prabu Harjuna di Maespati, karena memiliki karakter sebagai sosok yang pandai, kaya akal dalam strategi perang, dan terakhir memiliki semangat patriotisme yang tinggi. Namun, sangat disayangkan karena Suwanda gugur di medan perang ketika berperang melawan Rahwana dari negeri Alengka. Dari sosok beliau kita dapat menilai bagaimana dedikasi dan semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh Suwanda merupakan nilai pelajaran yang berarti bagi kita sebagai penerus bangsa. Kita dapat meneladani karakter nasionalisme yang tergambar dalam diri Suwanda sebagai pahlawan yang gugur karena rela mengorbankan diri dalam mempertahankan kedaulatan negaranya.
Selanjutnya adalah Kumbakarna yang berasal dari negeri Alengka. Ia merupakan sosok yang digambarkan sebagai perwujudan raksasa yang berbudi luhur dan teguh pendirian. Ia merupakan adik Rahwana yang memegang teguh sifat kesatriaannya ketika pergi berangkat ke medan perang, walaupun di hatinya diselimuti dengan ketidaksetujuannya terhadap keputusan kakaknya. Namun ia tetap berangkat menuju medan perang karena keteguhannya yang memutuskan untuk lebih baik mati di medan perang daripada hidup serba kemewahan di Alengka. Melalui sosok Kumbakarna, kita dapat menaladani bagaimana sifat nasionalisme yang ditunjukkan olehnya karena sifat keteguhan hati dan kesatriaannya. Ia lebih memilih rela mati di medan perang daripada menanggung malu hidup berkemewahan di Alengka.
ADVERTISEMENT
Sosok yang terakhir adalah Adipati Karna yang berasal dari negeri Awangga. Ia merupakan saudara Pandawa lain ayah namun sekandung Ibu. Ia dengan setia mengabdi kepada Prabu Kurupati dari negeri Astina sebagai panglima perang dalam peperangan dengan Bratayuda. Ia berperang dengan maksud untuk membayar budi karena telah ditinggikan derajat, pangkat dan kenikmatan duniawi. Namun sangat disayangkan, ia gugur di medan perang sebagai pahlawan dalam menunaikan tugas yang telah diberikan rajanya. Melalui sosok Adipati Suryaputra, kita dapat mengambil nilai nasionalisme yang diajarkannya bahwa kita harus tau caranya membalas budi dan juga setia mengabdi kepada negara. Ia mengajarkan bahwa kepentingan negaranya merupakan prioritas utama daripada derajat, pangkat, dan juga kenikmatan duniawi yang telah diberikan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan ketiga sosok tersebut, kita juga dapat meneladani bagaimana karakter nasionalisme yang diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Makna yang terkandung dalam Serat Tripama yaitu mengajarkan bagaimana konsep bela negara yang dituangkan dalam setiap syairnya. Ajaran-ajaran tentang cinta tanah air demi kepentingan bangsa dan negara harus diutamakan di atas kepentingan diri kita sendiri sebagai masyarakat Indonesia. Jadi, warisan karakter nasionalisme yang penting kita teladani adalah bagaimana kita bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, maupun negara dan mampu membalas budi kepada siapa saja yang memberikan perubahan dalam kehidupan.
Sumber:
Fathurahman, Oman. Filologi Indonesia: Teori dan Metode (Edisi Revisi). Jakarta: Kencana. 2021.
KGPAA Mangkunegara IV. Serat Tripama. Surakarta. 1809-1881.
Institute Javanologi. https://institute-javanologi.lppm.uns.ac.id/2019/12/31/ajaran-luhur-dalam-sastra-klasik-serat-tripama-karya-k-g-p-a-a-mangkunagara-iv/.
ADVERTISEMENT