Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hindari Depresi, Bermainlah Sepenuh Hati! #ngobrolgame
14 Juni 2018 8:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Eko Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seminggu belakangan ini berbagai media memberitakan kasus bunuh diri Kate Spade dan Anthony Bourdain. Depresi diduga menjadi menjadi faktor pemicu utama. dan saya sadar sepenuhnya bahwa depresi bisa mengancam siapa saja.
ADVERTISEMENT
Tahun 2003 saya memutuskan berhenti dari pekerjaan untuk melanjutkan kuliah di salah kampus di Jerman. Hampir tanpa persiapan dan hanya berbekal tabungan seadanya saya berangkat penuh keyakinan bisa mendapatkan pekerjaan sampingan untuk mendukung kehidupan saya di sana. Beberapa bulan berlalu, tabungan hampir tidak bersisa dan pekerjaan sampingan tidak semudah yang saya bayangkan. Merasa gagal, frustasi, menyesali banyak hal jadi santapan setiap hari. Saat itu saya tidak tahu apa itu depresi, yang saya tahu berat badan saya menurun, saya insomnia, dan saya tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun. Hingga suatu ketika seorang teman mengundang saya ikut makan malam bersama keluarganya yang kebetulan sedang berkunjung. Selesai makan, ayahnya membuka sebuah kotak besar (yang pada akhirnya saya tahu adalah sebuah board game berjudul Catan). Ia kemudian menjelaskan peraturannya dengan bahasa Jerman yang sedikitpun tidak saya mengerti. Dengan pemahaman seadanya, didukung bahasa tubuh sebisa-bisa, saya ikut bermain bersama. Hampir 2 jam kami bermain bersama, bertukar sapa dalam bahasa yang beda, dan berbagi gembira. Tanpa disangka saya berhasil menang dan semua bergantian memeluk saya. Bahkan saya masih ingat ketika sang Ayah menepuk pundak saya dan berkata "Gutes spiel!". Saat itu kembali saya merasakan bangga dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Hari itu mengubah pandangan saya terhadap game sepenuhnya. Saya melihat melihat sebuah media yang mampu mendekatkan kami yang bahkan tidak bicara dalam bahasa yang sama. Satu media yang membuat sebuah keluarga (asing) bersedia memeluk saya. Satu media yang membantu saya menemukan kembali semangat, bangga, dan bahagia saya. Sejak hari itu, bagi saya pribadi banyak hal menjadi lebih baik dan saya percaya sepenuhnya bahwa game bisa menjadi sebuah media yang mampu hadirkan banyak perubahan baik. Hari itu saya berjanji untuk selalu coba hadirkan game terbaik yang saya bisa.
Pada bulan September nanti, bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Institute of Mental Health Singapore, University of New South Wales Australia, dan didukung oleh Pemerintah Australia melalui dana hibah Australia Global Alumni, kami akan melakukan pilot program sebuah implementasi pembelajaran berbasis game untuk meminimalisir stigma dan membangun pemahaman terkait depresi di kalangan siswa SMA dan Mahasiswa.
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 lalu menunjukkan bahwa ada sekitar 6% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas, atau sekitar 14 juta orang, yang mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan. Tahun 2017 lalu World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa depresi menjadi penyebab utama masalah kesehatan dan ketidakmampuan di seluruh dunia. Diperkirakan ada sekitar 300 juta orang menderita depresi dan angka penderita depresi telah naik lebih dari 18 persen sejak 2005. Hal ini yang kemudian memotivasi WHO untuk menjalankan kampanye "Depression: Let's Talk".
ADVERTISEMENT
"Let's Talk!" Ayo bicara, ayo ngobrol, ayo berbagi! Walau terkesan sederhana, aktivitas bicara, ngobrol, berbagi sungguh menjadi solusi terbaik untuk meminimalisir bahaya depresi. Untuk mendukung hal tersebut, yang kita perlukan mungkin adalah menumbuhkan kembali budaya untuk melakukan aktivitas sehat bersama. Bermain bersama di setiap keluarga mungkin adalah salah satu bentuk implementasi terbaiknya. Dalam konteks ini saya percaya game, khususnya board game, bisa menjadi sebuah media yang tepat untuk mendukung hal tersebut. Bayangkan jika setiap minggu, 1-2 jam saja, setiap keluarga menyempatkan diri untuk bermain bersama dan merasakan apa yang pernah saya rasakan sebelumnya. Mungkin itu akan menjadi ruang terbaik untuk kita saling menjaga, untuk bisa saling bicara, untuk saling ngobrol, untuk bisa saling berbagi sepenuh hati. Ketika ini terwujud, kita mungkin tidak perlu lagi terlalu khawatir akan bahaya depresi.
ADVERTISEMENT
Gambar Ilustrasi: Dorothe (via Pixabay) didistribusikan di bawah lisensi Creative Commons CC0. Photo Credit: Aughya Shandriasti