Pedagang Kue Samir, Smart Tech, dan Gamification

Eko Nugroho
CEO Kummara Group (Kummara.com), Game Designer/Consultant, Game-based Learning Expert, Gamification World Award Finalist, Co-founder Ludenara Foundation (Ludenara.org)
Konten dari Pengguna
19 September 2018 22:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eko Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pedagang Kue Samir (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang Kue Samir (Foto: istimewa)
ADVERTISEMENT
"Seharusnya pedagang kue samir ini menginstall smart cooker untuk kuenya, smart display untuk menunya, smart cashier untuk semua penerimaannya, dan semuanya connect ke marketplace/layanan antar jemput makanan--dengan begitu ia bisa fokus pada hal lain untuk terus mengembangkan business-nya. Zaman teknologi begini kok masih jualan dengan cara conventional. Kalo jualan smart dikit lah!" saya melamun membayangkan komentar salah satu expert zaman now.
ADVERTISEMENT
Apakah benar pedagang kue samir ini kurang smart?
Ia jualan di belakang sebuah mall besar di Jakarta, dia hadirkan variasi rasa, ia berikan harga yang kompetitif, dan yang paling hebat--ia tidak serakah berjualan segala macam, ia fokus pada jualan yang paling ia pahami.
Pendapatannya mungkin belum seberapa, tapi ia melakukan segala hal sesuai dengan kapasitasnya dan melakukan sebaik yang ia bisa. Dalam banyak aspek, he is smart!
Kita kadang tergoda menyandingkan kata "smart" dengan teknologi terkini, padahal faktanya--kita yang memiliki semua akses teknologi terkini kadang bahkan belum tahu bagaimana memanfaatkannya. Dengan kata lain, smart teknologi tidak otomatis membuat kita jadi smart people.
Begitu juga terkait dengan pemanfaatan game dan gamification. Kita berpikir implementasi game (diberbagai bidang) dan konsep gamification adalah melulu soal smart tech, soal digitalisasi, soal mobile apps, soal leader board, skor, dan badge.
ADVERTISEMENT
Padahal yang utama adalah soal memilih area implementasi yang tepat, menghadirkan pilihan "rasa" yang menarik, dan fokus pada aspek yang ingin kita kembangkan. Dengan begitu kita akan mampu memotivasi customer kita menikmati apapun yang jadi suguhakan (learning proces, product, or services).
Dengan kata lain, tidak ada jaminan bahwa impelentasi game dan gamification dengan teknologi terkini akan membuat customer kita menjadi smart. Tapi dengan pemahaman yang tepat, kita akan selalu bisa hadirkan implementasi game/Gamification terbaik untuk customer kita.
"Maaf mas, itu kue samir punya saya--sampeyan sibuk ngetik sampe asal comot!" tegur bapak di pinggir saya, mengingatkan saya untuk kembali memesan 5 potong kue samir selanjutnya. "Bukannya mo mulai diet ya mas?" rekan saya coba mengingatkan. "Iya, besok!"
ADVERTISEMENT