Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Cyber Diplomacy: Membangun Aliansi Internasional ASEAN untuk Kejahatan Siber
5 November 2024 15:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Eko Oktapratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia modern yang semakin terhubung secara digital, cyber diplomacy atau diplomasi siber merupakan konsep penting yang merujuk pada upaya negara-negara untuk membangun hubungan internasional di ranah digital. Diplomasi siber mencakup pengembangan dan penerapan kebijakan serta norma yang menjaga keamanan siber di tingkat global. Ini adalah pendekatan yang tidak hanya berfokus pada perlindungan terhadap serangan siber, tetapi juga pada upaya untuk menciptakan masyarakat internasional yang aman dan adil di dunia maya (Barrinha & Renard, 2017).
ADVERTISEMENT
Selain itu, keamanan siber sendiri didefinisikan sebagai praktik untuk melindungi sistem, jaringan, dan data dari serangan digital. Dalam konteks negara, keamanan siber juga mengacu pada langkah-langkah yang diambil untuk mempertahankan keamanan infrastruktur kritis, mencegah serangan pada sektor pemerintahan dan swasta, serta mengamankan data warga dari ancaman eksternal. Di kawasan ASEAN, urgensi untuk meningkatkan keamanan siber semakin tinggi karena meningkatnya jumlah ancaman siber yang menyasar sektor ekonomi, politik, dan sosial.
Mengapa Cyber Diplomasi Diperlukan ASEAN?
ASEAN menghadapi tantangan besar dalam keamanan siber, terutama karena adanya kesenjangan kapasitas teknologi antar negara anggota. Beberapa negara anggota ASEAN, seperti Singapura, memiliki infrastruktur keamanan siber yang maju, sementara negara lain mungkin masih dalam tahap pengembangan. Perbedaan ini menjadikan ASEAN rentan terhadap ancaman siber global, sehingga kolaborasi dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa diperlukan untuk mendukung keamanan kawasan. Melalui cyber diplomacy, ASEAN dapat memperkuat keamanan siber dengan berbagi teknologi dan pengalaman serta mengembangkan confidence-building measures untuk mencegah eskalasi konflik.
ADVERTISEMENT
Manfaat dan Tantangan Kerjasama Keamanan Siber Internasional
Kerjasama dengan negara-negara maju memungkinkan ASEAN meningkatkan kapasitas teknologinya dan menerapkan standar internasional dalam menjaga keamanan siber. Perjanjian keamanan siber antara AS dan Tiongkok pada 2015, misalnya, yang melibatkan investigasi bersama dan hotline darurat, menjadi model yang relevan bagi ASEAN dalam membangun saluran komunikasi yang cepat untuk menghindari kesalahpahaman dan konflik di dunia maya (White House, 2015).
Di sisi lain, tantangan dalam harmonisasi regulasi di antara negara-negara ASEAN menuntut adanya mekanisme penyelarasan. ASEAN Singapore Cybersecurity Centre of Excellence (ASCCE) menjadi salah satu upaya nyata untuk menyediakan pelatihan dan peningkatan kapasitas yang bertujuan menciptakan standar keamanan yang konsisten di seluruh kawasan.
Diplomasi Siber dan Perlindungan Hak Digital
ADVERTISEMENT
Diplomasi siber ASEAN juga harus mencakup aspek hak digital, seperti kebebasan berekspresi dan perlindungan privasi. Dalam era di mana kontrol digital sering digunakan sebagai alat politik, negara-negara ASEAN perlu berkomitmen pada kebijakan yang menjaga hak digital sambil mempertahankan keamanan nasional. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting, mengingat sektor swasta sering kali memiliki infrastruktur dan inovasi yang dapat memperkuat pertahanan siber nasional dan regional.
Kesimpulan
Diplomasi siber memberikan ASEAN kesempatan untuk tidak hanya mengikuti kebijakan keamanan global tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan norma internasional di ruang siber. Dengan membangun aliansi strategis dan melibatkan berbagai aktor internasional, ASEAN dapat memastikan keamanan digital yang berkelanjutan serta mengurangi risiko ketidakstabilan di kawasan. Aliansi ini berfungsi sebagai jembatan menuju keamanan siber yang lebih inklusif dan adaptif di tengah dinamika global yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Barrinha, A., & Renard, T. (2017). Cyber-diplomacy: the making of an international society in the digital age. Global Affairs, 3(4-5), 353-364.
Buzan, B. (2014). An Introduction to the English School of International Relations: The Societal Approach.
Radanliev, P. (2024). Cyber diplomacy in developing national cybersecurity policies. Journal of Cyber Security Technology. https://doi.org/10.1080/23742917.2024.2312671
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini