Mau Membangun PLTS? Sudah tahu ini?

Eko Rian Fauzi
Mahasiswa Teknik Instrumentasi ITS
Konten dari Pengguna
13 September 2021 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eko Rian Fauzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semakin maju perkembangan teknologi, maka kebutuhan masyarakat akan energi juga semakin meningkat. Sayangnya, kebutuhan energi yang semakin meningkat tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca inilah yang juga menjadi salah satu faktor yang memicu pemanasan global. Oleh karena pemerintah dunia mulai mengeluarkan berbagai kebijakan yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Caranya adalah dengan mengganti pemanfaatan sumber daya berbahan bakar fosil menjadi energi baru terbarukan. Salah satunya adalah pemanfaatan sumber daya matahari melalui pembangunan PLTS.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan sumber daya matahari dengan panel surya memberikan dampak yang sangat baik bagi lingkungan. Dilansir dari situs ebtke.esdm.go.id, jika Indonesia berhasil mencapai target pemanfaatan panel surya berkapasitas 3,6 GW pada tahun 2025, banyak dampak baik bagi lingkungan yang akan dirasakan oleh Indonesia. Contohnya adalah penurunan emisi gas rumah kaca hingga sebesar 5,4 juta ton CO2. Selain itu, konsumsi tahunan akan batubara akan menurun hingga 3 juta ton per tahun 1. Hal tersebut tentu saja bukan hanya menjelaskan mengenai dampak baik bagi lingkungan, namun juga ekonomi. Berdasarkan berbagai dampak tersebut, energi matahari dapat diklasifikasikan sebagai sumber energi bersih.
Ada banyak jenis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dapat diaplikasikan. Secara umum, PLTS sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu PLTS Off-grid dan PLTS On-grid. Perbedaannya, PLTS Off-grid merupakan sistem pembangkit tenaga surya yang tidak terhubung dengan jaringan distribusi milik PLN. Sedangkan, PLTS On-grid merupakan kebalikannya, yaitu sistemnya terhubung dengan jaringan distribusi PLN.
Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Sumber: Pixabay
Ciri khas PLTS Off-grid adalah penggunaan baterai sebagai komponen yang berfungsi menyimpan energi yang dihasilkan oleh modul fotovoltaik di siang hari, lalu memasok ke beban di malam hari atau saat cuaca berawan 2. Biasanya, pembangkit tenaga surya berjenis off-grid biasanya diaplikasikan pada solar home system, pv hybrid, dan pv micro grid. Karena tidak terhubung dengan jaringan distrubusi PLN, maka pembangkit listrik tenaga surya tipe ini sangat cocok untuk diimplementasikan di pulau-pulau terluar yang tidak mendapat supply listrik dari PLN.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan PLTS Off-grid, PLTS On-grid tidak begitu memerlukan baterai pada sistemnya. Biasanya panel surya yang dipasang secara on-grid akan memasok listrik di siang hari, sedangkan di malam hari atau di hari mendun, listrik akan diambil dari jalur distribusi PLN. PLTS jenis ini banyak sekali diaplikasikan pada PLTS Atap, baik di rumah maupun gedung pemerintahan. Bagi kebanyakan masyarakat, PLTS Atap dirasa merupakan salah satu cara untuk menghemat tagihan listrik setiap bulannya. Selain diaplikasikan di skala rumahan, PLTS on-grid juga biasa diimplementasikan sebagai pembangkit listrik utility scale atau skala besar 3. Pembangunan PLTS utility scale contohnya adalah di Maumere dan Flore, Nusa Tenggara Timur. PLTS yang selesai dilakukan komisioning pada Mei 2018 lalu tersebut memiliki kapasitas masing-masing 1 MW. PLTS tersebut termasuk jenis on-grid karena energi yang dihasilkan akan disuplai PLN untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Pulau Flores 4.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan pemasangan sistem panel surya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal pertama yang harus diperhitungkan adalah kebutuhan listrik yang ingin dibebankan pada panel surya. Selain karena biaya yang dibebankan akan semakin mahal, kapasitas pemasangan PLTS hanya dibatasi maksimal 100% dari daya listrik PLN yang telah terpasang sebelumnya. Hal tersebut telah tertuang dalam Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2018.
Panel surya dipasang secara east-west pada atap datar. Sumber gambar: Pixabay
Selain itu, hal yang juga penting diperhatikan adalah bagaimana panel surya tersebut akan dipasang. Jika akan dipasang sebagai PLTS Atap, maka perlu diperhatikan bentuk atapnya, apakah atap miring, datar, atau dapat juga PLTS diintegrasikan sebagai atap. Panel surya juga dapat dipasang pada tampak depan bangunan dan juga di area terbuka. Jika telah memahami bentuk atap, panel surya dapat ditentukan apakah akan dipasang east-west atau dihadapkan satu arah pada atap datar. Sedangkan untuk atap miring, dapat diplih apakah panel surya akan dihadapkan segala arah atau mengikuti bentuk atap. Untuk menentukan arah hadap panel surya tersebut tentu perlu diperhatikan arah datang cahaya matahari. Meskipun panel surya dipasang secara massif menghadap bergabagai arah, tidak akan efektif jika cahaya matahari hanya datang dari arah timur, sedangkan di sebelah barat terhalang bangunan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pembangunan PLTS, juga perlu diperhatikan komponen-komponen yang akan digunakan. Sebagai sistem pembangkit listrik, tentu akan sangat berbahaya jika terdapat kesalahan dalam menentukan komponen yang akan dipakai. Di Indonesia modul surya yang diproduksi biasanya hanya assembly komponen yang telah diimport dari negara lain. Akan tetapi, sudah banyak produsen local yang menyediakan komponen panel surya. Beberapa contoh mereknya adalah Adyasolar yang diproduksi oleh PT Adyawinsa Electrical & Power yang memiliki kapasitas produksi 40 MWp. Selain itu terdapat juga modul surya produksi PT Len Industri yang memiliki kapasitas produksi 75 MWp.
Ada beberapa rekomendasi dalam memilih merek modul surya. Pilihlah modul surya yang memenuhi syarat berikut: 1) modul surya yang diproduksi oleh pabrikan terbaik, 2) memberikan garansi performa dan garansi produk yang panjang, 3) memiliki low degradation rate, 4) memiliki efisiensi lebih besar (>20%), 5) memilih modul tipe half-cut, 6) memenuhi sertifikasi setidaknya IEC 61215, IEC61646, IEC 60904, 7) Tegangan yang lebih kecil per Wp.
ADVERTISEMENT