news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Memanfaatkan Pekarangan untuk Ketahanan Pangan

Eko Triyanto
Eks Pedagang Kerupuk Singkong keliling yang berproses menjadi penulis. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pustaka Rumah Dunia.
9 Maret 2025 13:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eko Triyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negeri yang subur. Kesuburan tanah Nusantara telah dikenal sejak berabad-abad lalu. Banyaknya gunung berapi, sinar matahari yang melimpah dan curah hujan yang cukup membuat Indonesia kaya akan aneka ragam tumbuhan. Di antaranya berupa berbagai jenis rempah yang membuat bangsa Eropa bernafsu untuk menjajah.
Menanam sayuran di pekarangan dengan sistem hidroponik. (Foto: Eko Triyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Menanam sayuran di pekarangan dengan sistem hidroponik. (Foto: Eko Triyanto)
Dalam sebuah lagu, grup musik legendari Koes Plus menuliskan: Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Memang tidak berlebihan, maka Ibnu Batutah, penjelajah asal Maroko terkagum-kagum ketika melihat kesuburan tanah Indonesia. Ia menggambarkan Sumatera sebagai negeri yang indah, subur dan kaya akan rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
Lantas mengapa negeri yang subur dan dikenal sebagai masyarakat agraris itu kini harus menjadi pengimpor berbagai bahan pangan? Penggunaan pupuk kimia, menjadi satu di antara sebab rusaknya tanah di Indonesia. Mulai digunakan pada era 1960-an, saat itu pupuk kimia dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan produksi pertanian akibat kebutuhan pangan yang terus meningkat.
Namun ternyata mendatangkan efek buruk dalam jangka panjang. Pupuk kimia telah mebunuh mikro organisme penyubur tanah. Bahkan kualitas pangan yang dihasilkan juga tercemar dan dapat membunuh serangga yang merupakan rantai makanan. Secara kesehatan, bahan pangan yang dihasilkan dengan pupuk kimia memiliki dampak negatif.
Membangun Pertanian dari Pekarangan
Dengan kondisi tanah yang subur dan iklim tropis yang mendukung. Sebetulnya tidak sulit bagi siapapun untuk menanam bahan pangan secara mandiri dengan memanfaatkan lahan pekarangan atau halaman rumah yang ada. Itu telah dibuktikan oleh kakek-nenek kita. Mereka menanam aneka makanan pokok seperti singkong, talas, ubi jalar, umbi-umbian dan sayuran di pekarangan. Hasilnya bisa untuk dikonsumsi keluarga. Mereka juga rajin untuk mencangkul pekarangan, sehingga ketika musim penghujan tiba, air hujan bisa meresap ke dalam tanah secara maksimal. Tidak terbuang percuma ke selokan yang dapat menimbulkan banjir.
ADVERTISEMENT
Sekarang kita bisa mulai kembali memanfaatkan pekarangan. Menanam aneka tanaman yang bisa kita konsumsi sehingga mampu mandiri pangan. Seperti menanam cabe, komoditas yang terkadang harganya tidak masuk akal karena mahal. Dengan menanam setidaknya 10 tanaman cabe, bisa menggunakan pot berupa galon bekas air mineral maka kebutuhan cabe sepanjang tahun akan bisa tercukupi.
Atau menanam komoditas yang mudah dalam perawatan, seperti singkong sayur yang bisa dimanfaatkan daunnya, bayam brazil, atau kenikir. Jenis tanaman ini cenderung mudah dalam perawatan dan cepat tumbuh.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, pemupukan bisa dilakukan memanfaatkan pupuk dari olahan limbah rumah tangga. Sekarang ada beragam cara yang ditawarkan, seperti mengolah limbah rumah tangga menjadi eco enzym, pupuk organik cair, maupun kompos. Langkah ini juga akan turut mengurangi volume sampah yang terbuang ke tempat pembuangan sampah dan menimbulkan masalah.
ADVERTISEMENT
Jika masing-masing rumah tangga mau menanam dan memanfaatkan pupuk kompos. Ketahanan pangan di negeri ini akan tercipta, tanpa perlu membabat hutan. Mari menanam apa yang kita makan dan makan apa yang kita tanam. Salam pertanian. [eko]