Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menabung Air Hujan untuk Menjaga Lingkungan
9 Maret 2025 16:20 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Eko Triyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Awal Maret 2025, Banjir melanda Bekasi dan Jakarta. Besarnya volume banjir membuat kondisi masyarakat nyaris lumpuh. Pemerintah pusat bersama pemerintah Provinsi Jawa Barat bergerak cepat menangani banjir dan mencari penyebab banjir yang tiba-tiba tersebut. Sejumlah pejabat melakukan inspeksi mendadak di Kawasan Puncak Bogor. Hasilnya sejumlah bangunan ditengarai melanggar perizinan dan menutup daerah resapan air.

Hujan seharusnya menjadi rahmat, karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa. “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28).
ADVERTISEMENT
Dengan air hujan itu, bumi yang mati, tandus dan gersang bisa subur kembali. Agar pepohonan bisa tumbuh. “Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengannya kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (QS. Qaf: 9).
Tidak mengherankan jika di atas puncak gunung, pepohonan bisa tumbuh subur. Bahkan di atas bebatuan rumput bisa hidup. Hujan mengandung nitrogen yang berguna bagi tanaman.
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). ” (QS. An Nahl: 65)
Menabung Air Hujan
Di Kecamatan Ngaglik Sleman DIY, ada komunitas Banyu Bening, yang memanfaatkan air hujan sebagai air minum setelah melalui proses tertentu. Konon, kualitasnya tidak kalah dengan air dari sumur. Dengan cara ini, air hujan menjadi lebih bermanfaat. Serta mengurangi ketergantungan terhadap air sumur.
ADVERTISEMENT
Cara serupa sebetulnya secara tradisional diterapkan masyarakat di wilayah rawan kekeringan seperti di Gunungkidul, DIY. Mereka membuat tampungan serupa kolam yang terbuat dari semen. Mengarahkan air dari atap rumah ke penampungan untuk digunakan memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Seperti mandi, mencuci, atau memberi minum ternak.
Dengan semakin berkurangnya resapan air akibat pembangunan perumahan, pengerasan jalan dengan aspal atau semen, dan alih fungsi lahan pertanian. Air hujan dengan cepat mengalir ke selokan dan ke sungai. Semakin sedikit yang meresap ke dalam tanah. Jika ini dibiarkan akan memicu banjir. Pada sisi lain, cadangan air tanah akan semakin berkurang.
Jika saja setiap rumah tangga atau perkantoran memiliki kesadaran untuk menabung air hujan. Maka bencana banjir mungkin bisa dicegah. Setiap rumah menyediakan tanki atau drum untuk menampung air hujan. Katakanlan ada 200 ribu rumah di Kota/Kab Bogor yang menabung air hujan dengan tanki 500 liter. Maka akan ada 100.000 liter air yang bisa dicegah agar tidak langsung mengalir ke sungai.
ADVERTISEMENT
Langkah ini bisa dimasifkan dengan membuat kolam-kolam penampungan air. Sehingga volume air yang tertahan bisa lebih banyak lagi. Selain itu menabung air juga bisa dilakukan dengan menanam tanaman bambu. Rumpun bambu telah terbukti selama ratusan tahun mampu hidup dan bertahan di lereng-lereng perbukitan dan daerah aliran sungai. Akarhnya yang kuat, dan daunnya yang rimbun mampu menahan agar air hujan bisa lebih banyak meresap ke dalam tanah.
Mari bersama merawat bumi.