news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ramadan, Membangun Ketahanan Pangan Berbasis Keluarga

Eko Triyanto
Eks Pedagang Kerupuk Singkong keliling yang berproses menjadi penulis. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pustaka Rumah Dunia.
6 Maret 2025 11:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eko Triyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu bulir nasi yang tersaji di atas piring, membutuhkan setidaknya tiga bulan sejak ditanam. Tetapi terkadang dengan mudah terbuang percuma menjadi sampah. Tidak semua orang memiliki kesadaran akan proses panjang penyediaan bahan pangan yang mereka makan. Maka Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengenalkan kepada anak-anak, dari mana asal-usul suatu makanan.
Lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk sayuran kacang panjang. (Foto: Eko Triyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk sayuran kacang panjang. (Foto: Eko Triyanto)
Ada jerih payah petani, yang dalam terik matahari tetap bertahan mengolah sawah. Atau pedagang sayur yang sejak dinihari harus mengangkut dagangan hingga terdistribusi ke konsumen. Begitu pula, butuh sumberdaya dalam pengolahan sampai makanan siap tersaji di atas meja.
ADVERTISEMENT
Tidak heran jika Rasulullah SAW. mencontohkan bagaimana adab dalam makan. Di antaranya dengan berdoa sebelum makan.
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)’" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Memakan dengan tangan kanan dan dari yang ada di hadapan (paling dekat).
“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR. Muslim)
Mensyukuri apapun makanan yang dihidangkan. Tidak mencela makanan.
"Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sekali pun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT
Membangun Ketahanan Pangan
Selain momen yang tepat untuk mengenalkan kepada anak-anak agar menghormati makanan. Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk membangun ketahanan pangan. Memanfaatkan lahan pekarangan ataupun area sekitar rumah yang bisa digunakan untuk menanam.
Saat ini banyak metode pertanian yang bisa dilakukan. Bisa menggunakan media tanam dari tanah secara langsung, menggunakan polybag, pot, sampai dengan model hidroponik. Dengan menanam kita bisa menghadirkan bahan pangan, khususnya sayuran dan aneka bumbu secara organik. Bebas dari pupuk kimia dan pesetisida. Sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.
Jika kesadaran ketahanan pangan bisa bermula dari keluarga. Dari setiap rumah yang ada di Indonesia. Maka tidak perlu menunggu proyek-proyek ambisius yang terkadang justru membabat hutan. Merugikan lingkungan. Padahal masih banyak lahan-lahan menganggur yang tidak dimanfaatkan. Ironis. [rls]
ADVERTISEMENT