Konten dari Pengguna

Apakah Benar Menulis dapat Memperbaiki Kesehatan Mental dan Emosional

Muhammad Eksayyidi Ikhsan
salam kenal dengan sang pengembara imajinasi, yang gemar mengajak pembaca menjelajahi dunia baru melalui rangkaian kalimat. Saya merupakan mahasiswa psikologi yang berkuliah di Universitas Pembangunan Jaya.
17 Februari 2025 9:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Eksayyidi Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Foto : shutterstock
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental menjadi topik hangat pada generasi saat ini, khusunya pada generasi z, generasi z pada saat ini merupakan salah satu generasi yang disebut dengan “A worried generation” atau dapat diartikan sebagai generasi yang khawatir. Mengapa generasi z dikatakan demikian? Karena hal kecil yang sudah pernah dilakukan oleh generasi z bisa dengan mudahnya menimbulkan sebuah stres atau kecemasan (Semmiller & Grace, 2019).
ADVERTISEMENT
Selain stres dan kecemasan generasi z juga rentan terkena depresi, Risiko depresi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perbedaan demografis, budaya, dan kondisi sosial ekonomi seseorang. Selain itu, faktor keluarga dan tingkat pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan kerentanan terhadap depresi (Kious et al., 2019).
Bukan berarti generasi z terbilang sangat lemah, namun banyak faktor yang dapat menjadi distorsi dan juga gangguan pada kesehatan mental mereka, tidak hanya pada generasi z, gangguan kesehatan mental juga sangat penting untuk di tangani karena gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan (anxiety), dapat memicu keinginan untuk bunuh diri atau melakukan tindakan kekerasan terhadap diri sendiri (Semmiller & Grace, 2019).
Terdapat banyak metode untuk membuat kesehatan mental yang buruk dapat menjadi lebih baik, bahkan jika gangguannya tidak terlalu parah atau belum membutuhkan bantuan tenaga medis, teman-teman dapat memulihkan kesehatan mental yang buruk itu secara mandiri dan murah.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara yang paling murah dalam memperbaiki kesehatan mental adalah daily journaling, hanya menyiapkan kertas atau buku dan juga alat tulis sederhana, Banyak orang menganggap bahwa menulis hanya sekadar memengaruhi identitas pribadi atau menjadi aktivitas santai dan hobi, padahal tidak semua orang menyukai kegiatan menulis (Haertl & Ero-Phillips, 2019). Salah satu bentuk menulis yang unik adalah menulis ekspresif. Menulis ekspresif merupakan cara untuk menuangkan pengalaman emosional yang mungkin belum pernah diungkapkan kepada orang lain, tanpa perlu adanya audiens yang menyimak (Fitria et al., 2016).
Menulis bagi individu, terutama melalui daily journaling, bisa menjadi alat yang efektif untuk mengurangi gangguan kesehatan mental. Tidak hanya sekadar menuangkan emosi negatif, menulis juga membantu seseorang melepaskan pengekangan emosional, belajar dari pengalaman buruk, dan menjadi lebih bijak (Fitria et al., 2016). Bahkan, menulis bisa dikombinasikan dengan seni menggambar untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan mengurangi stres (Pizarro, 2004). Aktivitas ini mudah dilakukan siapa saja dan sangat murah dan membantu dalam eksplorasi diri serta pemahaman identitas pribadi (Haertl & Ero-Phillips, 2019).
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, menulis juga diyakini sebagai metode healing bagi mereka yang mengalami trauma atau depresi, jadi healing tidak semuanya tentang jalan-jalan. Dengan mengekspresikan perasaan tidak menyenangkan melalui tulisan, seseorang dapat merasakan berkurangnya beban emosional dan menemukan jalan menuju pemulihan (James W. Pennebaker & Joshua M. Smyth, 2016). Jadi, menulis bukan hanya sekadar aktivitas, tapi juga sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik.
Lalu bagaimana contohnya?
foto : shutterstock
Salah satu contoh menulis ekspresif yang sederhana namun efektif adalah membuat daftar bertema “Apa hal yang membuat kita senang?”. Aktivitas ini memungkinkan seseorang untuk berkreasi, berimajinasi, dan mengeksplorasi potensi diri, sekaligus meningkatkan suasana hati menjadi lebih positif (Geraghty, 2009). Selain itu, menulis ekspresif bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti menulis surat untuk diri sendiri, mencatat pencapaian harian, atau bahkan mengekspresikan emosi melalui puisi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya contoh menulis ekspresif yang sederhana namun berdampak besar adalah membuat daftar “Hal-hal yang saya syukuri hari ini”. Aktivitas ini membantu seseorang untuk lebih mindful dan fokus pada hal-hal positif dalam hidup, sekaligus melatih rasa syukur yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosional (Emmons & McCullough, 2003). Dengan menuliskan hal-hal kecil yang disyukuri, seseorang bisa merasakan peningkatan mood dan penurunan tingkat stres.
Selain itu, menulis ekspresif juga bisa dilakukan dengan menulis surat kepada masa lalu atau masa depan diri sendiri. Misalnya, menulis surat untuk “diri saya 5 tahun yang lalu” atau “diri saya di masa depan”. Aktivitas ini membantu seseorang merefleksikan perjalanan hidup, memaafkan kesalahan masa lalu, dan membangun harapan untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan template atau panduan seperti “Apa yang saya pelajari hari ini?” atau “Apa tantangan yang saya hadapi dan bagaimana saya mengatasinya?”, proses menulis menjadi lebih terstruktur dan bermakna. Menulis ekspresif tidak hanya menjadi sarana untuk melepaskan emosi, tetapi juga alat untuk memahami diri sendiri dan menciptakan perubahan positif dalam hidup.