Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Membangun Fondasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab di Masa Remaja
5 Mei 2024 9:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Eksayyidi Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pacaran merupakan fenomena yang sangat umum terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan remaja (Jermias, 2022). Masa remaja sering kali menjadi awal mula individu menjalin hubungan romantis, yang sangat berpotensi berlanjut hingga pernikahan di masa depan (Wijayanti & Robi'I, 2017). Menurut Ramadan (2013), rasa cinta pada remaja dipicu oleh hormon gonadrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus. Hormon ini memicu ketertarikan antara remaja laki-laki dan perempuan. Ketertarikan ini dapat berkembang menjadi perasaan cinta romantis, yaitu luapan hasrat dan rasa jatuh cinta kepada seseorang. Meskipun pacaran pada masa remaja dapat membantu perkembangan individu dalam menjalin hubungan romantis, terdapat pula potensi risiko yang perlu diwaspadai. Salah satu risiko utama adalah terjerumus dalam perilaku yang membahayakan, seperti kehamilan di luar nikah, pergaulan bebas, seks bebas, depresi, bahkan pengguguran kandungan (Sirojammuniro, 2020).
ADVERTISEMENT
Perilaku berisiko tersebut sering kali dipicu oleh kurangnya pemahaman dan kematangan dalam menjalin hubungan, serta rasa ingin membuktikan cinta yang keliru, terutama pada remaja laki-laki (Jermias, 2022). Masa remaja memang identik dengan berbagai dinamika dan rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami esensi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, serta membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk menjalin hubungan yang positif agar bisa terhindar dari risiko-risiko yang merugikan mereka.
Bagi kalian yang masih jomblo
Dr. Iwan (2010) menjelaskan bahwa pacaran merupakan fase penjajakan antar individu dari dua jenis kelamin yang berbeda. Fase ini bertujuan untuk saling mengenal pribadi satu sama lain, baik kelebihan maupun kekurangannya. Pacaran terbagi menjadi dua jenis: pacaran sehat dan pacaran tidak sehat. Pacaran sehat mencakup aspek fisik, psikis, dan sosial, di mana hubungan terjalin dengan cara yang aman, bertanggung jawab, dan saling menghormati. Sementara itu, pacaran tidak sehat ditandai dengan perilaku yang berisiko dan dapat membahayakan, seperti kissing, necking, petting, dan intercourse. Perilaku ini dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik, mental, dan emosional, serta berpotensi menimbulkan masalah sosial.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana caranya agar pacaran sehat bisa terjadi?
Psikolog Anna Surti Ariani, menekankan pentingnya pengetahuan seksual bagi remaja (Saroni, 2022). Pemahaman tentang konsekuensi dan risiko seks pranikah sangatlah krusial. Remaja perlu memahami bahwa tubuh mereka berharga dan tidak boleh dirusak dengan aktivitas seksual. Rasa percaya diri untuk menjaga diri dan orang lain juga perlu ditanamkan (Bayu, 2021). Setiap individu, terutama remaja, harus memiliki prinsip "Menghargai tubuh berarti menolak merusaknya dan menghargai tubuh orang lain. Saling menghormati sebagai ciptaan Tuhan." Remaja didorong untuk terbuka dan berdialog dengan orang tua sebagai pendidik utama mereka, tanpa tabu, mengenai seksualitas. Memahami informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, teman, dan orang tua, hal tersebut sangatlah penting. Pacaran sehat bukan hanya menghindari rangsangan seksual atau hubungan seks, tetapi juga terhindar dari kekerasan fisik dan psikis. Pemahaman dan kesepakatan tentang batasan dalam hubungan serta konsekuensi pelanggaran batasan sangatlah penting untuk dibahas dan disepakati bersama pasangan.
ADVERTISEMENT
Menurut Jermias (2022) beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pasangan berpacaran agar hubungan mereka sehat antara lain adalah:
1. Pemahaman Bahaya Seks Bebas
Pasangan perlu memahami bahaya seks bebas dan hubungan seks di luar nikah. Seks bebas dapat merusak masa depan dan berakibat pada kehamilan di luar nikah, yang dapat membawa aib bagi individu dan keluarga.
2. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka sangatlah penting dalam membangun hubungan yang sehat. Setiap pasangan harus saling terbuka tentang perasaan, baik suka maupun duka, untuk menumbuhkan rasa saling memahami.
3. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan merupakan fondasi penting dalam hubungan. Meskipun rasa cemburu wajar, membangun rasa saling percaya dapat mencegah sikap posesif dan memperkuat hubungan.
4. Saling Menghargai
ADVERTISEMENT
Rasa saling menghargai muncul ketika masing-masing pasangan memiliki prinsip untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Pasangan laki-laki akan lebih menghormati harga diri dan martabat pasangannya dengan prinsip ini.
5. Kerja sama dan Kekompakan
Pasangan yang sehat selalu kompak dan bekerja sama dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
6. Menolak Kekerasan
Kekerasan fisik dan verbal harus dihindari. Ingatlah bahwa pasangan dibesarkan dengan penuh kasih sayang, meskipun berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda.
7. Ciptakan Suasana Ceria
Isi hari-hari bersama pasangan dengan penuh canda dan tawa untuk membangun hubungan yang lebih positif.
8. Memberi Kebebasan Ruang Pribadi
Hindari saling mengekang dan berikan kesempatan bagi pasangan untuk memiliki dan memanfaatkan waktu luang, meskipun tidak selalu bersama.
ADVERTISEMENT
9. Menjaga Ketaatan Ibadah
Saling mengingatkan untuk selalu taat beribadah agar hubungan diwarnai dengan nilai-nilai spiritual dan dilindungi oleh Tuhan.
10. Mengenal Keluarga dan Sahabat
Mengenal keluarga dan sahabat masing-masing dapat memperkuat hubungan dan memberikan rasa nyaman dalam interaksi sosial.
Pacaran merupakan fenomena umum di kalangan remaja, namun perlu diingat bahwa hubungan yang sehat dan bertanggung jawab harus diutamakan. Remaja perlu memahami bahaya seks bebas, membangun komunikasi terbuka, saling percaya, dan saling menghargai dalam hubungan. Kerja sama, penolakan terhadap kekerasan, dan ciptaan suasana ceria juga penting untuk membangun hubungan yang positif. Memberi ruang pribadi, menjaga ketaatan ibadah, dan mengenal keluarga dan sahabat dapat memperkuat hubungan dan terhindar dari risiko-risiko yang merugikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, remaja dapat menjalin hubungan pacaran yang sehat, positif, dan berkelanjutan, di mana mereka dapat saling tumbuh dan berkembang bersama.
ADVERTISEMENT
Live Update