Konten dari Pengguna

Peter Pan Syndrome : Wajar atau Tidak?

Davin Chandra
Pelajar SMA Citra Berkat Citra Raya Tangerang
21 Januari 2024 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Davin Chandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Peter Pan Syndrome

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peter Pan Syndrome atau bisa dikenal sebagai Sindrom Peter Pan adalah sebuah istilah pop-psikologikal yang pertama kali disebutkan pada buku dari Dr. Dan Kiley berjudul Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1983. Buku ini membahas tentang sebuah sindrom yang dialami pria dewasa dengan gejala tidak bisa bersikap dewasa dan cenderung bersikap kekanak-kanakan. Meskipun wanita dewasa juga bisa terkena sindrom ini, tetapi secara umum sindrom ini hanya ditemukan pada pria. Sampai saat ini tahun 2024, Peter Pan Syndrome tidak dianggap dan dikenali oleh World Health Organization (WHO) sebagai sebuah menyakit keterbelakangan mental yang pasti. Meskipun begitu, pada masa buku Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up dan The Wendy Dilemma, salah satu buku pendampingnya itu menjadi International best-seller books mulai banyak orang yang tertarik dengan sindrom ini dan mulai menemukan banyak sekali orang-orang terkenal yang juga memiliki sindrom peter pan seperti Michael Jackson.
Sumber : Rasvan Chisu - unsplash.com

Ciri-ciri Peter Pan Syndrome

ADVERTISEMENT
Peter Pan Syndrome dapat dikenali secara umum dengan melihat kebiasaan dan sikap seorang pria dewasa. Berikut adalah ciri-ciri yang dapat dikenali :
Sumber : lukasbieri - Pixabay.com

Penyebab Peter Pan Syndrome

Secara umum, Peter Pan Syndrome disebabkan oleh keburukan pola asuh anak yang terlalu dimanja dan tidak dibiasakan sejak kecil untuk belajar memiliki tanggung jawabnya sendiri. Pola asuh yang terus-menerus melindungi sang anak ataupun membiarkan sang anak tidak berusaha hidup sendiri lama kelamaan akan membentuk Peter Pan Syndrome. Seorang anak sudah seharusnya melewati sebuah proses menanggung beban dalam hidup dan belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Orangtua yang overprotektif akan menjauhkan anak-anak dari beban hidup dan membuat mereka merasakan tekanan untuk lari dari kehidupan dan ingin hidup tanpa beban hidup.
Sumber : jupilu - Pixabay.com

Apa Dampak Peter Pan Syndrome?

Dengan ciri-ciri yang telah disampaikan, Peter Pan Syndrome memiliki dampak yang berbahaya bagi masa depan seseorang. Dikarenakan, pribadi tersebut menjadi tidak mampu berkompetisi dengan dunia kerja, dunia luar, dan tidak bisa berkembang ataupun bekerja tanpa ketergantungan dengan orang lain. Semakin parah Peter Pan Syndrome ini akan semakin merugikan orang lain juga, karena bisa merusak sebuah habit ataupun mengganggu lingkungan kerja yang dijalani oleh seseorang dengan sindrom peter pan tersebut.
Sumber : Tumisu - Pixabay.com
Melalui Perspektif lain, Peter Pan Syndrome yang tidak terlalu parah sebenarnya menguntungkan bagi manusia. Dikarenakan pribadi tersebut menjadi lebih mudah untuk mengapresiasi dan menikmati hal-hal kecil, memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan sangat supel layaknya seorang anak-anak yang akan mendukung kehidupannya juga. Dengan kebiasaan hidup yang seperti itu, kemungkinan stress juga menjadi lebih rendah dibanding orang lain seperti yang telah dirangkum dalam Jurnal Leisure Science, tingkat stres orang yang memiliki sindrom ini lebih rendah.
Sumber : cocoparisienne - Pixabay.com

Kesimpulan

Peter Pan Syndrome tidaklah buruk bagi seorang pria dewasa apabila tidak terlalu parah, karena Peter Pan Syndrome mempengaruhi pola pikir seseorang untuk lebih menikmati hidup. Tetapi, Peter Pan Syndrome yang terlalu parah dan berlebihan akan merusak kemampuan survival seseorang dan menjadi terlalu bergantung dengan orang lain dengan ketidakmampuan untuk memikul sebuah tanggung jawab dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebab itu, keberadaan Peter Pan Syndrome bisa diselesaikan dengan pola asuh yang tepat dan membiasakan anak-anak sejak dini untuk belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sumber : sasint - Pixabay.com