Konten dari Pengguna

'Gorengan.. Gorengan..' Nun Jauh di Hong Kong

Ela Nurlaela
Assistant Editor of kumparanFOOD and kumparanK-POP
16 November 2018 15:00 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ela Nurlaela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Gorengan.. gorengan.. gorengannya, mba.."
Nun jauh di Hong Kong, 3 ribu kilometer dari Jakarta, aku masih saja mendengar suara orang menjajakan gorengan. Begini kisahku pertama kali ke negeri surga TKI itu.
ADVERTISEMENT
***
Adalah Rachmadin Ismail yang membuatku terbang ke Hong Kong. Wakil Pemimpin Redaksi kumparan itu menugaskan aku meliput acara kumparan BNI Photofun. Sepekan kemudian, pada 19 Oktober 2018, aku duduk di kabin penumpang Garuda Indonesia menerabas langit menuju Hong Kong.
Begitu kaki ini menjejak tanah, aku langsung ke kantor BNI Hong Kong, berkumpul dengan tim kumparan.
Aku yang memegang tas cokelat, berfoto bersama tim kumparan. Yang berkacamata satu lagi adalah Vania dari KJRI Hong Kong, berdiri di sebelah Pemred kumparan Arifin Asydhad (Foto: istimewa)
Kapan lagi aku ke Hong Kong. Waktu itu masih siang, artinya: Jalan-jalan! Mulai dari mencoba 'bianglala' atau Hong Kong Observation Wheel di AIA Vitality Park sampai ke bukit yang diberi nama The Peak. Kami berjalan kaki, naik taksi, juga naik kereta api (Mass Transit Railway).
Keesokan harinya, aku dan teman-teman bertolak menuju Victoria Park. Lokasinya berjarak 20 menit dari kantor BNI. Bagi yang belum tahu, Victoria Park adalah semacam taman warga seluas 19 hektare. Memang, lebih kecil ketimbang Taman Monas yang luasnya 80 hektare. Tapi ada kesamaannya: Banyak orang Indonesia!
ADVERTISEMENT
Aku dibuat tercengang karena barangkali 80 persen taman terbesar di Hong Kong itu 'dikuasai' warga Indonesia. Percakapan ber-Bahasa Indonesia bersahut-sahutan, mulai dari aksen Jawa hingga Sunda.
Banyak emak-emak juga yang bersantai di atas tikar, menyantap bekal.
Di sinilah aku mendengar kalimat legendaris itu: "Gorengan.. gorengan.. gorengannya, mba.." yang ternyata diucapkan ibu-ibu penjual gorengan. Sayangnya, aku enggak sempat mencoba gorengannya karena tak bawa uang Dollar Hong Kong.
Inilah ibu-ibu penjual gorengan di Hong Kong. Ia berkeliling di Victoria Park menjajakan makanan. (Foto: dok. pribadi)
Tak banyak yang bisa aku ceritakan tentang perjalanan ini. Tapi aku janji akan bercerita lagi jika diberi kesempatan ke luar negeri (kode untuk mas Rachmadin, hehe). Sebagai penutup, aku lampirkan beberapa foto yang ada di ponselku:
Ini foto waktu jalan-jalan. Aku tidak tahu nama jalan ini, tapi orang di sana cukup tertib. Merokok pun enggak boleh sembarangan. Di kiri, ada trem berwarna biru. Aku naik trem serupa, bayarnya tinggal 'tap' kartu berisi uang elektronik.
ADVERTISEMENT
-
Papan peraturan yang sebagian kata-katanya ber-Bahasa Indonesia, di Victoria Park. Ya, memang ada tulisan "dilarang berjualan, seluruh pelanggaran akan dihukum". Lalu bagaimana nasib ibu-ibu penjual gorengan? Kata orang sana, biasanya transaksi uangnya 'ngumpet' atau memilih di pojokan taman yang tak ketahuan orang banyak.
-
Ini semua adalah warga Indonesia. Terbayang, kan, serunya seperti apa bertukar cerita dengan teman dari negeri sendiri.
-
Ini pemandangan dari The Peak, salah satu bukit di Hong Kong. Meskipun sejuk, tapi suasananya ramai sekali. Banyak orang datang ke sini untuk berfoto.
-
Dua foto terakhir adalah pemandangan kota Hong Kong dari atas 'bianglala' atau Hong Kong Observation Wheel. Ini sekitar sore dan ada suara azan. Aku mengira-ngira, mungkin ini pukul 6 sore.
ADVERTISEMENT
Sekian dan sampai jumpa lagi di ceritaku berikutnya :)