Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fanfiction K-Pop dan AU: Fenomena Literasi Digital di Kalangan Fans K-Pop
22 November 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ela Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Demam K-Pop di Indonesia telah melahirkan berbagai bentuk ekspresi kreatif, salah satunya adalah fanfiction Alternate Universe (AU) di Twitter. AU memungkinkan penggemar membayangkan idola K-Pop favorit mereka dalam berbagai skenario fiktif, seperti kehidupan sekolah yang romantis penuh drama, dunia fantasi dengan idola sebagai penyihir atau makhluk mitologis, hingga sejarah alternatif epik di mana idola berperan sebagai tokoh penting. Berbeda dengan fanfiction di platform seperti Wattpad yang cenderung berupa cerita panjang, AU di Twitter disajikan dalam format ringkas berupa thread yang mudah diikuti di sela-sela kesibukan. Thread ini sering dilengkapi dengan elemen visual seperti gambar dan video yang memperkaya narasi, membuat AU lebih hidup dan imajinatif, seolah-olah menjadi film pendek yang kreatif. Twitter juga memungkinkan interaksi langsung antara penulis dan pembaca melalui balasan, retweet, dan quote tweet, menciptakan ruang diskusi dan apresiasi yang meriah, layaknya komunitas pecinta sastra. Kemudahan akses dan tampilan yang menarik inilah yang membuat AU di Twitter digemari dan menjadi fenomena tersendiri di kalangan penggemar K-Pop.
Meskipun tampak hanya sebagai hiburan, AU di Twitter berpotensi meningkatkan literasi digital. Dengan membaca dan menulis AU, penggemar secara tidak langsung melatih kemampuan literasi dasar, seperti memahami alur cerita, menganalisis karakter, menginterpretasi pesan tersirat, dan memperkaya kosakata. Mereka belajar mengenali gaya penulisan, sudut pandang narasi, dan struktur cerita yang baik. Proses kreatif dalam menulis AU juga mendorong penggemar untuk mengembangkan imajinasi, merangkai plot yang logis, berpikir kritis, dan mengasah kemampuan berbahasa dengan variasi gaya penulisan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keterlibatan dalam komunitas AU di Twitter, seperti memberikan apresiasi, kritik membangun, atau bertukar ide dengan penulis lain, dapat meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi digital penggemar. Mereka belajar menyampaikan pendapat, menghargai perbedaan, dan berkolaborasi dalam proyek bersama, misalnya dengan menulis AU bergantian atau membuat ilustrasi untuk AU yang sudah ada.
Lingkungan yang suportif dan interaktif ini mendorong penggemar untuk terus belajar dan mengembangkan diri, baik dalam hal menulis, membaca, maupun berkomunikasi.
Namun, fenomena AU di Twitter juga menghadapi berbagai tantangan. Isu plagiarisme—baik dalam menjiplak ide cerita maupun menggunakan karya orang lain tanpa izin—adalah perhatian penting. Penyebaran konten negatif yang mengandung kekerasan, pornografi, atau ujaran kebencian juga perlu dihindari karena dapat berdampak buruk bagi pembaca, terutama yang masih di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Potensi adiksi terhadap AU di Twitter juga perlu dikelola dengan bijak agar tidak mengganggu aktivitas dan tanggung jawab di dunia nyata. Keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata harus dijaga agar penggemar tetap berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk platform media sosial yang memperketat aturan dan moderasi konten, komunitas penggemar yang menjaga etika dan integritas, serta orang tua dan pendidik yang memberikan pendampingan dan edukasi kepada anak-anak untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat bagi penggemar K-Pop, khususnya dalam menikmati dan menghasilkan AU.
Di sisi lain, AU di Twitter menawarkan peluang untuk mengembangkan program literasi digital yang kreatif dan menarik. Platform media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan workshop menulis fanfiction interaktif, lomba AU dengan tema menarik, dan diskusi literasi bersama para pakar. Komunitas penggemar dapat mengadakan kegiatan bedah AU untuk mengkaji karya secara kritis dan saling memberikan umpan balik yang membangun. Orang tua dan pendidik dapat mendampingi anak-anak dalam mengakses dan menghasilkan AU, memberikan pemahaman tentang etika bermedia sosial, serta membantu mereka mengelola waktu dengan bijak agar dapat memanfaatkan AU secara positif.
ADVERTISEMENT