Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Petisi Tolak PPN 12%: Peran Media Sosial dalam Melawan Kebijakan yang Berat
22 Desember 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Elan Trajaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengeksplorasi Kekuatan Digital dalam Meningkatkan Aksi Protes
ADVERTISEMENT
Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang direncanakan pemerintah telah memicu gelombang protes di berbagai kalangan masyarakat. Kebijakan ini dianggap memberatkan, terutama bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah yang sudah menghadapi tekanan ekonomi akibat kenaikan harga barang pokok. Salah satu bentuk perlawanan yang mencuri perhatian adalah petisi digital “Tolak PPN 12%,” yang menjadi contoh nyata bagaimana gerakan sosial memanfaatkan platform di

gital untuk menantang kebijakan publik.
ADVERTISEMENT
Gerakan Sosial dan Petisi Digital: Menyuarakan Aspirasi Rakyat
Petisi digital telah menjadi alat efektif untuk menyuarakan protes terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil. Dalam konteks rencana kenaikan PPN, ribuan orang menandatangani petisi ini melalui platform seperti Change.org, menyerukan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan dampak kebijakan tersebut terhadap daya beli masyarakat.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana teknologi digital memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi, terutama ketika jalur formal seperti parlemen dianggap kurang responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Mengapa Kenaikan PPN Memicu Penolakan?
Kenaikan PPN berdampak langsung pada harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Beberapa alasan utama penolakan kebijakan ini antara lain:
1. Beban Ekonomi: Dalam situasi pemulihan pasca-pandemi, kebijakan ini dinilai memperberat beban masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah.
ADVERTISEMENT
2. Kesenjangan Sosial: PPN bersifat regresif, yang berarti masyarakat dengan pendapatan rendah akan merasakan dampak yang lebih besar dibandingkan kelompok kaya.
3. Krisis Kepercayaan: Banyak pihak mempertanyakan efisiensi penggunaan pajak oleh pemerintah, sehingga kenaikan PPN dianggap tidak relevan jika masalah pengelolaan anggaran tidak diperbaiki.
Peran Media Sosial dalam Memobilisasi Dukungan
Petisi “Tolak PPN 12%” menjadi viral berkat dukungan masif di media sosial. Platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook digunakan untuk menyebarkan informasi, membangun narasi, dan menggalang dukungan. Berikut adalah beberapa cara media sosial berkontribusi:
1. Penyebaran Informasi Cepat: Infografis dan video pendek yang menjelaskan dampak kenaikan PPN mampu menjangkau jutaan orang dalam waktu singkat.
2. Partisipasi Luas: Media sosial memungkinkan partisipasi lintas usia dan latar belakang, memperkuat legitimasi gerakan.
ADVERTISEMENT
3. Tekanan Publik: Dengan viralnya kampanye ini, pemerintah mendapat tekanan untuk merespons tuntutan masyarakat.
Tantangan Gerakan Sosial Digital
Meskipun media sosial memberikan kemudahan dalam menggalang dukungan, gerakan sosial digital juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti:
• Disinformasi: Beredarnya informasi yang tidak akurat dapat merusak kredibilitas kampanye.
• Fragmentasi Dukungan: Tidak semua pihak yang mendukung petisi memiliki pemahaman yang sama tentang isu tersebut, sehingga sulit membangun strategi kolektif.
• Respon Lambat dari Pemerintah: Meskipun viral, tidak semua gerakan sosial digital mendapatkan perhatian serius dari pembuat kebijakan.
Petisi Digital dan Masa Depan Demokrasi Ekstra-Parlementer
Petisi “Tolak PPN 12%” adalah contoh bagaimana demokrasi ekstra-parlementer bekerja di era digital. Melalui gerakan ini, masyarakat menunjukkan bahwa mereka tidak hanya pasif menerima kebijakan, tetapi juga mampu menawarkan kritik konstruktif melalui jalur alternatif.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan gerakan ini bukan hanya soal berapa banyak tanda tangan yang terkumpul, tetapi juga tentang bagaimana ia menciptakan dialog antara pemerintah dan rakyat. Dengan transparansi dan partisipasi aktif, gerakan sosial digital dapat menjadi pilar penting dalam memperkuat demokrasi yang inklusif dan responsif.
Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung gerakan sosial yang membawa dampak positif bagi masyarakat. Dalam hal ini, media sosial bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga senjata untuk menyuarakan keadilan. Kenaikan PPN mungkin hanya satu dari sekian banyak kebijakan yang perlu diawasi, tetapi semangat kolektif yang ditunjukkan dalam petisi ini adalah langkah awal menuju perubahan yang lebih besar.
Mari suarakan aspirasi kita dengan kritis, kreatif, dan bertanggung jawab. Demokrasi adalah milik kita semua.
ADVERTISEMENT