Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mereka bilang Indonesia itu Mengagumkan
24 Juli 2018 10:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Elfani Prassanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto: https://pixabay.com/en/batik-yogyakarta-culture-fabric-2463139/)
Mungkin tidak semua orang pernah membayangkan bahwa perkenalan akan sesuatu hal akan dapat mendorong rasa ketertarikan yang dalam. Hal ini terjadi kepada orang-orang asing yang karena kesempatan tertentu mengenal Indonesia kemudian jatuh cinta pada kekayaan Indonesia. Bukti kedalaman minatnya tertuang dalam berbagai karya nyata yang dihasilkan antara lain tulisan, buku, penelitian, koleksi, aktivitas budaya, dan berbagai bentuk lainnya. Mereka, pecinta Indonesia yang disebut sebagai Indonesianis memiliki keaktifan dari waktu ke waktu untuk memperdalam minat dan mempromosikan Indonesia di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Ada seorang peneliti asal Jepang yang saat ini menjadi dosen pada Pusat Studi Asia Tenggara, Universitas Chuo merangkap koordinator pelajaran Bahasa Indonesia, Professor Dr. Hisanori Kato. Beberapa buku sudah diterbitkan olehnya antara lain Agama dan Peradaban, The Clash of Ijtihad-Fundamentalist versus Liberal Muslims: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia, Islam di mata orang Jepang serta Kangen Indonesia: Indonesia di mata orang Jepang. Ketertarikan utamanya adalah mengenai Islam di Indonesia, kemajemukan Indonesia serta masyarakat Indonesia dari sisi sosial budaya. Gus Dur adalah salah satu idola dari Prof Kato. Baginya Islam dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat menarik, oleh karenanya ia sangat tertarik untuk mendalami dan melakukan penelitian. Penelitiannya juga membawanya untuk memperlebar jaringan di kalangan pemuka agama Islam baik muslim liberal ataupun fundamentalis.
ADVERTISEMENT
Dengan Bahasa Indonesianya yang fasih, berulang kali Prof Kato mengungkapkan kekaguman atas Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia. Hal ini juga yang selalu ia dengungkan kepada para mahasiswanya saat mengajar bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia serta memiliki dasar negara Pancasila. Ia bahkan meminta mahasiswanya untuk menghafal setiap sila dari Pancasila sebagai bagian dari kuliahnya. Setiap kali kami bertemu, beliau selalu mengenakan pakaian batik dan dengan semangat menceritakan aktivitas serta berbagai proyek di tengah kesibukannya mengajar untuk mempererat pertukaran budaya antar universitas di kedua negara. Secara rutin, ia selalu membawa mahasiswanya ke Indonesia pada waktu tertentu untuk wawancara dalam rangka pembuatan tugas akhir dan tinggal di rumah keluarga Indonesia.
Foto: https://www.kompasiana.com/danielht/552c5a2e6ea834f36f8b457b/kato-san-memandang-bulan-ramadhan
ADVERTISEMENT
Ada lagi salah seorang pecinta batik asal Kyoto bernama Professor Tozu Masakatsu. Usianya sekitar 76 tahun. Kami biasa memanggilnya dengan Tozu Sensei, karena sensei berarti guru dalam Bahasa Jepang. Ketertarikannya pada batik dimulai ketika ia belajar di Yogyakarta dan sampai sekarang ia adalah salah seorang penggiat promosi batik di Jepang. Sebagai bukti kecintaannya pada batik, beliau sangat aktif mempromosikan batik dalam setiap proyeknya, mulai dari seminar, pembuatan buku koleksi batik serta pameran batik di Indonesia dan di berbagai kota di Jepang.
Kekagumannya kepada batik tidak main-main karena rumahnya yang berlokasi di daerah Machida, Tokyo dibuat sedemikian rupa seperti galeri batik lengkap dengan ornamen Jawa. Tak hanya itu, 2 becak pun terpajang di halamannya. Rumah sekaligus galeri bernama Sarasakan memiliki lebih dari 5.000 jenis batik yang merupakan koleksinya yang sangat berharga.
ADVERTISEMENT
Saya juga beruntung karena berkesempatan bertemu dengan beliau pada beberapa kesempatan. Setiap kali bertemu, beliau selalu memakai kemeja yang terbuat dari batik tulis yang dijahit oleh istrinya. Dengan mata berbinar dan dalam Bahasa Indonesia yang fasih, ia lalu akan menceritakan motif batik yang sedang dipakainya termasuk sejarah darimana ia mendapatkannya. Dari hasil penelitian dan perburuannya, Prof Tozu memiliki beberapa koleksi batik kuno yang diklaim hanya ada pada jumlah sangat terbatas termasuk di Indonesia. Menurut beliau batik adalah pakaian terindah di dunia dan tidak ada motif lain yang dapat mengalahkan keindahan batik. Hal ini unik sebab Prof Tozu berasal dari wilayah Kyoto, sebuah wilayah yang sangat kental akan suasana tradisional.
(Prof. Tozu menunjukkan batik koleksinya pada sebuah seminar / Foto: dok pribadi)
ADVERTISEMENT
Nah, itu baru segelintir Indonesianis dari satu negara yang berbeda bidang dan profesi. Masih banyak lagi Indonesianis di berbagai belahan penjuru dunia dengan berbagai macam profesi dan keahlian di negara masing-masing. Mereka semua membawa karya nyata yang berkontribusi bagi perkembangan Indonesia sekaligus mempererat hubungan baik kedua negara.
Melalui karyanya, para Indonesianis membawa angin pengetahuan tentang Indonesia bagi masyarakat sekitar. Selain itu, mereka juga menjadi seseorang yang inspiratif bagi orang Indonesia untuk terus memperdalam pemahaman dan kecintaan mengenai Indonesia, karena terkadang hal baik yang dianggap biasa karena sudah “given” adalah suatu harta berharga yang bangsa lain tidak miliki.
Tidak bisa dipungkiri bahwa rekan-rekan Indonesianis membawa pengaruh positif dalam dunia diplomasi Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan minat yang besar terhadap Indonesia, Kemenlu bersama Perwakilan RI di luar negeri terus mendukung dan aktif membina komunikasi intens serta dukungan untuk menciptakan keterikatan yang lebih erat karena mereka adalah mitra dari diplomasi Indonesia.
(Foto: Min An/www.pexels.com)
ADVERTISEMENT