Konten dari Pengguna

Sedekah Anti Nyampah: Mari Wujudkan Idul Adha Menjadi Lebih Bermakna

Elia Rosana Putri Wibawa
Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Universitas Negeri Semarang
21 Juni 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elia Rosana Putri Wibawa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Canva.com
ADVERTISEMENT
Pada hari raya Idul Adha, tradisi menyembelih hewan dan bagi-bagi daging kurban seolah sudah menjadi ritual wajib tahunan yang tidak boleh dilewatkan. Bukan hanya umat muslim, hari raya Idul Adha disambut gembira pula oleh semua orang bahkan lintas agama dengan segenap euforia seperti bakar sate atau barbequean bersama keluarga, teman satu circle, hingga tetangga.
ADVERTISEMENT
Bagi umat muslim sendiri, perayaan Idul Adha memiliki makna mendalam sebagai bentuk ketaatan, pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian sosial. Namun siapa sangka, perayaan yang sarat makna ini dapat memicu permasalahan lingkungan yang cukup serius.
Berdasarkan keterangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2023 saja jumlah hewan kurban di Indonesia mencapai 1.7 juta ekor dengan potensi timbulan sampah plastik sekali pakai hingga 119 juta kemasan. Sungguh jumlah yang luar biasa bukan? Padahal tradisi Idul Adha dirayakan setiap tahun, sehingga dapat diprediksi bahwa timbulan sampah plastik sekali pakai yang disumbangkan untuk ibu bumi akan selalu sebanyak itu jika tidak digerakkan langkah perubahan.

Menilik Masa Lalu

Ini bukan tentang mengingat masa lalu dengan mantan pacar atau gebetan ya, melainkan coba menilik pola hidup nenek moyang kita di zaman dulu. Sebelum penggunaan plastik sekali pakai merajalela seperti sekarang, pada masa lalu orang terbiasa mengunakan tas belanja kemana-mana, ingatkah kalian dengan tas belanja legend ala simbah yang terbuat dari anyaman itu? Tas belanja warna-warni yang begitu kuat, tebal, dan multifungsi untuk membawa apapun. Namun, kini sudah jarang ditemui ya orang memakai tas belanja anyaman itu, mentok-mentok yang masih pakai ya simbah. Kemudian untuk membungkus makanan, daun pisang dan daun jati kala itu masih menjadi andalan. Dalam berbagai tradisi semisal slametan, dulu masih awam dengan penggunaan takir, sudi, dan besek sebagai packaging tradisional. Akan tetapi apabila menengok hari ini, orang seolah sudah terlalu mengalami ketergantungan terhadap penggunaan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT

Jiwa Praktis Ogah Ribet

Boleh dikatakan nenek moyang kita atau orang zaman dulu lebih memiliki pola hidup yang ramah lingkungan dibandingkan manusia modern. Bahkan bisa dibilang simbah kita dengan segala kearifan lokal yang masih sangat dijunjung tinggi telah menyediakan diri sebagai agent of green dan menerapkan konsep eco-friendly. Hal itu tentu jauh berbeda dengan keadaan sekarang, dimana kecenderungan orang saat ini adalah tidak mau ribet dan suka dengan hal-hal yang berbau praktis.
Dibandingkan pusing harus mencari daun pisang atau daun jati apalagi ditengah kota metropolitan, lebih baik menggunakan plastik sekali pakai yang tinggal cemplang-cemplung begitu dan mudah ditemukan. Sehingga tidak mengherankan apabila perayaan tradisi-tradisi masa kini seperti Idul Adha, slametan, atau pernikahan seringkali menyumbangkan segunung timbulan sampah terutama plastik sekali pakai bagi ibu bumi.
ADVERTISEMENT

Wisata Masa Depan

Jika pola hidup manusia modern dibiarkan terus begini, setiap hari memproduksi timbulan sampah plastik sekali pakai. Maka kemungkinan besar anak cucu kita di masa depan akan kesulitan menemukan dunia yang layak huni. Tidak hanya rokok, ternyata sampah plastik sekali pakai dapat pula membunuh manusia dan makhluk hidup yang lain.
Dalam sebuah warta yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), laporan terbaru menyebut bahwa satu orang meninggal setiap tiga puluh detik karena polusi plastik dan sampah yang tidak tertampung, serta terdapat sekitar satu juta orang yang kehilangan nyawa setiap tahun akibat diare, malaria, dan kanker. Semua itu disebabkan karena ada miliaran orang yang tidak mengelola sampah yang mereka produksi secara bijaksana dan bertanggung jawab sehingga pada akhirnya berujung mencemari lingkungan.
ADVERTISEMENT
Belum lagi sekarang ini sedang hangat diperbincangkan mengenai ancaman mikroplastik, dimana sampah plastik sudah mengekspansi lautan kemudian terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut dengan mikroplastik dan tidak sengaja terkonsumsi oleh sebagian besar biota laut. Bisa dibayangkan bagaimana jika salah satu biota laut itu menjadi menu dalam piring makan kita? Tentu saja dapat menimbulkan masalah kesehatan dalam jangka panjang yang tidak diharapkan.

Sebuah Langkah Perubahan

Menilik masa lalu menjadi penting bagi manusia modern saat ini dalam menanggapi berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi. Bukan berarti harus mengubah dunia menjadi sama seperti zaman nenek moyang kala itu yang menghidupkan api menggunakan batu atau nomaden, tapi paling tidak meniru nilai-nilai positif dari orang-orang terdahulu.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks tradisi Idul Adha, penggunaan packaging tradisional berbasis kearifan lokal seperti besek, daun pisang atau daun jati, dan kemasan ramah lingkungan yang lain dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi ledakan timbulan sampah plastik sekali pakai serta berbagai efek buruk yang mungkin ditimbulkan. Dengan begitu, sedekah akan menjadi lebih bermakna karena anti nyampah sehingga dapat memberikan kebermanfaatan pula bagi lingkungan.
Tapi tunggu dulu, pasti kemudian muncul pertanyaan tentu perlu merogoh kocek lebih dalam kalau menggunakan besek dibandingkan plastik sekali pakai atau tentang betapa sulit mencari daun pisang dan daun jati ditengah perkotaan. Nah, mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut peduli lingkungan dengan mendonasikan kemasan atau besek bekas yang masih bisa dipakai membungkus daging kurban dapat menjadi sebuah langkah awal mewujudkan keberlanjutan bagi ibu bumi. Kunci keberhasilan dari program kecil-kecilan ini adalah kemauan dan sosialisasi. Seperti pepatah yang mengatakan kalau ada kemauan pasti ada jalan, semoga ditahun-tahun kedepan, momen hari raya Idul Adha dapat semakin penuh makna dengan sedekah tanpa nyampah.
ADVERTISEMENT