Pemerintah menggunakan alasan pengurangan emisi dan pencemaran udara sebagai dasar penghapusan Premium dan Pertalite. Pertamina mengklaim bahwa mengganti Premium ke Pertalite akan menurunkan kadar emisi CO2 sebesar 14% sementara perubahan ke Pertamax menurunkan emisi CO2 sebesar 27%. Namun, tidak terlalu jelas apakah penurunan tersebut hanya berlaku pada kontribusi emisi di sektor transportasi saja atau secara keseluruhan.
Konsumsi Premium di Indonesia hingga November 2021 sebetulnya hanya sekitar 34% dari kuota . Penghapusan Premium sendiri sesungguhnya ide urgen lama yang tak kunjung terwujud . Namun, rencana ini bersinggungan dan terganjal tahun politik, seperti Pemilu 2019 . Sementara itu, Pertalite sebagai bagian dari Program Langit Biru bahkan hanya tersedia secara terbatas di 143 SPBU dari total 319 SPBU di Jakarta.
Dengan penggunaan Premium dan Pertalite sebenarnya sudah terbatasi (walau kerap jadi dagangan politik), apakah alasan penurunan emisi dan pencemaran udara itu tepat atau hanya sekadar greenwashing ? Greenwashing sendiri adalah strategi pemasaran dan komunikasi untuk memberikan citra seakan-akan ramah lingkungan dan hanya untuk mengelabui publik.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814