Konten dari Pengguna

Awas! Kondisi Sosial Ekonomi yang Rendah Bisa Jadi Penyebab Stres

Elis Lailia
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya.
26 April 2023 15:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elis Lailia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernah enggak sih kalian mengalami stres? Stres itu sebenarnya apa sih? Nah, menurut (Weiten et al., 2018), stres dapat kita gambarkan sebagai sebuah keadaan yang membebani dan mengancam kesejahteraan seseorang, di mana pada akhirnya membuat seseorang tidak bisa mengendalikan suatu masalah yang tengah dihadapinya. Tetapi stres itu perasaan yang normal kok. Anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia bisa banget mengalami stres.
ADVERTISEMENT
Stres telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari! Penelitian dari American Psychological Association pada 2015 menunjukkan hasil bahwa tingkat stres yang dialami individu kebanyakan, lebih tinggi dari batas sehat (Weiten et al., 2018). Wanita, anak muda, serta lansia adalah golongan orang-orang yang rentan untuk terkena stress. Hasil penelitian (Shanahan et al., 2022) menyebutkan bahwa jenis kelamin, pendidikan, serta penghasilan dapat mempengaruhi tingkat stres, lho.

Apa Saja Sih Faktor Penyebab Stres?

Stres sering kali dikaitkan dengan masalah luar biasa serta traumatis semisal pengeboman, banjir, gempa bumi, serta kecelakaan. Tetapi menurut polling American Psychological Association yang melakukan survei nasional tentang stres pada tahun 2014, menyimpulkan bahwa masalah sehari-hari seperti; uang, pekerjaan, dan kondisi sosial ekonomi adalah tiga penyebab stres yang tercatat (Weiten et al., 2018).
ADVERTISEMENT
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa faktor utama penyebab stres di Amerika adalah masalah uang, diikuti dengan pekerjaan, kondisi keuangan, tanggung jawab keluarga, dan masalah kesehatan.
Sumber: Weiten et al., 2018
Lalu kenapa sih kondisi sosial ekonomi itu menjadi alasan utama timbulnya stres? Tidak dapat kita hindari bahwa kondisi sosial ekonomi yang rendah adalah salah satu permasalahan penting yang tidak bisa diabaikan. Pasti banyak dari kita yang sulit lupa perihal masalah perekonomian. Baik perekonomian keluarga, atau diri sendiri.
Indonesia tercatat sebagai low middle income countries, karena masih banyaknya masyarakat pedesaan dengan status sosial ekonomi yang rendah. (Putra et al., 2019). Badan Pusat Statistik pada September 2021 lalu mencatat bahwa penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,50 juta jiwa, atau sekitar 9,71 persen dari keseluruhan. Jumlah ini menurun sebanyak 1,04 juta dari enam bulan sebelumnya, dan menurun pula sebanyak 1,05 juta dibandingkan dengan data pada September 2020 lalu (Badan Pusat Statistik, 2022)
ADVERTISEMENT
Apa keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi yang rendah dengan stres? Hasil penelitian menyatakan bahwa rendahnya perekonomian sewaktu kanak-kanak menaikkan risiko emosi dan perilaku yang bermasalah. Hal ini terjadi karena kemiskinan membuat suasana sehari-hari penuh tekanan sehingga terbentuklah stres (Windarsih et al., 2017).
(Mistry & Elenbaas, 2021) juga berpendapat bahwa stres ekonomi dalam keluarga dapat dialami ketika terdapat tekanan keuangan. Misalnya pekerjaan yang tidak stabil, pendapatan rendah, atau kehilangan pendapatan. Hal ini menyebabkan kekhawatiran tentang keuangan, dan ini berkontribusi dalam peningkatan stres pada individu.

Apakah Stres Dapat Memengaruhi Kesehatan Fisik?

Apa kalian berpikir bahwa stres hanya berdampak pada kesehatan mental? Nyatanya, stres juga dapat berdampak pada Kesehatan fisik individu. Bukti dari masalah ini mulai terkumpul pada tahun 1930-an. Penyakit psikosomatis adalah penyakit fisik yang sebagian besar disebabkan oleh stres.
ADVERTISEMENT
Penyakit psikosomatis pada dasarnya adalah penyakit seperti hipertensi, maag, asma, eksim dan gatal-gatal, serta migrain. Tetapi sering kali psikosomatis ini dianggap sebagai penyakit yang hanya “ada di kepala seseorang” dan tak nyata. Padahal sindrom seperti hal itu adalah hal jauh berbeda (Weiten et al., 2018).
Berdasarkan penelitian (Windarsih et al., 2017), stres adalah salah satu penyebab hipertensi. Fink dalam (Putra et al., 2019) berpendapat bahwa hipertensi akibat stres dikarenakan syaraf simpatis yang bertambah membuat tekanan darah meningkat secara acak. Karena itu stres yang berkelanjutan bisa mengakibatkan hipertensi.
Meskipun terdapat perdebatan perihal psikosomasis ini di antara para peneliti, kenyataannya stres juga dapat memicu penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, gangguan pencernaan, TBC, multiple sclerosis, radang sendi, diabetes, leukimia, kanker, berbagai jenis penyakit menular, dan penyakit-penyakit lainnya (Weiten et al., 2018). Waduh, seram banget ya teman-teman!
ADVERTISEMENT
Demikian pemaparan mengenai stres, kondisi social ekonomi, serta dampak stres terhadap Kesehatan fisik. Dari sini, kita bisa tahu bahwa stres ialah suatu kondisi yang sering. Salah satu faktor penyebab terjadinya stres sendiri adalah terkait dengan masalah Status Sosial Ekonomi karena Indonesia tercatat sebagai low middle income countries.