Konten dari Pengguna

Munculnya Aliran Sesat di Indonesia. Bagaimana Pandangan Psikologi?

Elis Lailia
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya.
15 Desember 2022 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elis Lailia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanpa kita sadari, aliran sesat masih menyebar luas di Indonesia. Pengikutnya pun tak bisa dibilang sedikit. Seperti kasus Lia Eden beberapa tahun silam. Aliran yang telah ada sejak tahun 1995 ini memiliki pengikut kurang lebih 100 di tahun awal pertama berdirinya aliran ini (Nizar. M, 2021). Tetapi aliran sesat itu apa sih? Dan bagaimana aliran sesat di kacamata psikologi? Menurut saya, munculnya aliran sesat itu dikarenakan tiga hal. Yaitu terdapat anomali dalam masyarakat, manipulasi terhadap kelompok atau individu tertentu, serta kondisi psikologis seseorang. Yuk kita bahas sama-sama.
sumber: unsplash.com

Sebenarnya Aliran Sesat Itu Apa?

Diambil dari sudut pandang teoritis, aliran dalam kepercayaan beragama dapat didefinisikan sebagai ajaran tertentu dalam memeluk suatu agama atau kepercayaan. Ajaran-ajaran yang menyebar tersebut tak selalu berada dalam jalan yang lurus, bahkan terkadang menyesatkan. Aliran yang menyesatkan ini (heresy) menurut Oxford English Dictionary merupakan doktrin yang mengajarkan suatu kepercayaan tertentu, namun semua itu bertolak belakang dengan agama atau kepercayaan yang diyakini masyarakat, serta menyimpang dari kebenaran suatu agama atau kepercayaan. (Dictionaries. Oxford, 2012) Heresy sendiri berasal dari Bahasa Yunani hairesis yang berarti kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran resmi dalam beragama (Syarif, D & Fakhruroji, M, 2017).
ADVERTISEMENT
Aliran Sesat di Indonesia sendiri, kadang kala membuat masyarakat resah. Sepeti kasus di Jawa Barat lalu ketika seseorang mengaku-ngaku sebagai Ratu Adil serta Imam Mahdi. Aliran-aliran sesat yang bermunculan di Jawa Barat berakar dari pandangan masyarakat yang memiliki pandangan nyleneh soal kepercayaan. “Jabar ini seperti subur, tempat tumbuhnya kelompok seperti itu.” kata Akhyar di kantornya, Kamis (1/12/2022) (Bagaskara. Bima, 2022). Meskipun demikian, aliran-aliran yang dianggap menyesatkan tersebut memilik pengikut yang tak sedikit, dan terus bermunculan.

Bagaimana Suatu Aliran Dapat Dianggap Menyesatkan?

Aliran sesat yang dibangun di Indonesia muncul silih berganti. MUI mencatat terdapat 300 lebih aliran yang dikatakan sesat hingga saat ini. Mereka telah bermunculan sejak tahun 1995 lalu, ujar Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Utang Ranuwijaya. (Rahadian. L, 2016).
ADVERTISEMENT
Tapi, sebenarnya apa yang membuat suatu aliran dianggap menyesatkan? Apakah terdapat kriteria tertentu? MUI menjelaskan 10 kriteria aliran yang dianggap sesat.
ADVERTISEMENT
Pemaparan di atas dikemukakan dalam penutupan rakernas MUI di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta, Selasa (6/11/2007) sebagai bentuk antisipasi untuk mencegah berkembangnya ajaran, paham, atau kepercayaan yang menyesatkan. Tetapi, kriteria di atas tak serta-merta menjadi tolak ukur dilabelkannya sebuah aliran sebagai aliran sesat. Butuh kajian lebih dalam bagi MUI untuk menentukannya kembali.

Ini Pandangan Psikologi Mengenai Aliran Sesat

Menurut (Syarif, D & Fakhruroji, M, 2017), kemunculan aliran sesat sering disebut-sebut sebagai tanda anomali dalam kelompok masyarakat. Anomali di sini diartikan sebagai sebuah abnormalitas baik dalam sudut pandang demografis, sosial, maupun psikologis.
Dalam sudut pandang psikologi sendiri, hal penting yang mendasari seseorang memeluk suatu agama atau aliran tertentu ialah kepercayaan dalam hal gaib maupun supranatural yang bisa diterima oleh masyarakat sekitar. Dengan sifatnya yang terkesan emosional, agama maupun kepercayaan sering kali dimanipulasi. Manipulasi melalui Hal-hal seperti ini lebih mudah diterima masyarakat karena ketika membicarakan soal agama dan kepercayaan, hal ini dianggap menjadi sesuatu yang sakral dan memberi kekuatan dalam melindungi kekhawatiran manusia (Rahmat. J, 2001). Hal ini menjadi suatu penyebab mengapa pengikut dari aliran sesat ini memiliki pengikut yang tak sedikit. Aliran-aliran sesat di Indonesia juga tak pernah ada habisnya, bahkan sering kali muncul secara terang-terangan.
ADVERTISEMENT
Kondisi mental psikologis seseorang juga mempengaruhi ilusi yang mereka rasakan. Ketika seseorang memiliki kondisi mental psikologis yang tidak stabil, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari perlindungan dari seseorang atau suatu kelompok yang dinilai memiliki kekuatan yang lebih tinggi (Syarif, D & Fakhruroji, M, 2017). Itu menjadi alasan mengapa seseorang yang memiliki kondisi mental yang tidak stabil akan lebih mudah mempercayai aliran-aliran yang belum jelas kebenarannya.
Demikian pemaparan perihal aliran sesat dalam sudut pandang psikologi. Karena aliran-aliran ini masih terus menyebar di Indonesia, kita harus waspada mengenai keberadaannya yang tak terduga-duga. Hendaknya kita menjauhi aliran-aliran yang belum jelas asal-usulnya.
Referensi
Bagaskara. Bima (2022). Mui sebut kelompok nyeleneh tumbuh subur di jabar. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6437166/mui-sebut-kelompok-nyeleneh-tumbuh-subur-di-jabar
ADVERTISEMENT
Detik.com. (2007) Inilah 10 kriteria aliran sesat https://news.detik.com/berita/d-849046/inilah-10-kriteria-aliran-sesat
Jalaludin Rahmat. (2001) Psikologi agama jakarta: Raja Grafindo Persada
Nizar. M. (2021). Lia eden meninggal dunia, miliki pengikut yang tak sembarang dan beberapa fakta lainnya. https://jabarekspres.com/berita/2021/04/11/lia-eden-meninggal-dunia-miliki-pengikut-yang-tak-sembarang-dan-beberapa-fakta-lainnya/
Oxforddictionaries.com. (2012). http://oxforddictionaries.com.
Rahadian. Lalu. (2016). Mui: ada 300 lebih aliran sesat di Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160121180616-12-105893/mui-ada-300-lebih-aliran-sesat-di-indonesia
Syarif, D, & Fakhruroji, M. (2017). Faktor psikologis dan sosiologis kemunculan aliran sesat aliran quraniyah di jawa barat. doi:https://doi.org/10.21154/altahrir.v17i1.712