Film Ketika Berhenti di Sini: Tentang Menghargai, Kehilangan, dan Mengikhlaskan

Elis Susilawati
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
8 Agustus 2023 7:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elis Susilawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Youtube.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Youtube.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Ketika Berhenti di Sini” merupakan film bergenre drama dan romansa garapan Umay Shahab yang tayang perdana pada 27 Juli 2023 di seluruh bioskop Indonesia. Dalam film ini, Prilly Latuconsina turut andil sebagai pemeran utama sekaligus produser eksekutif.
ADVERTISEMENT
Film ini melibatkan beberapa aktor papan atas Indonesia, seperti Bryan Domani, Refal Hady, Lutesha, Sal Priadi, Cut Mini, Widyawati, Jourdy Pranata, Indra Baskoro, Satrya Ghozali, Marshel Widianto, Winna Marrio, Iqbal Ramadhan, Angga Yunanda, dan masih banyak lagi.
Film “Ketika Berhenti di Sini” berhasil dicintai masyarakat luas terbukti dengan adanya unggahan pada Instagram @ketikaberhentidisinifilm yang berisi jumlah penonton film tersebut dari hari ke-1 hingga hari ke-11. Dalam postingannya, film ini mendapatkan 1.171.089 penonton.
Keberadaan film “Ketika Berhenti di Sini” mendapatkan respon positif dari mereka yang sudah menonton. Hal ini dilihat melalui adanya komentar yang diberikan pada akun instagram @ketikaberhentidisinifilm dan video trailernya. Selain itu, muncul juga berbagai tulisan yang membahas film ini.
Sumber: Dokumen Pribadi
Pada tulisan kali ini, saya akan menyorot persoalan menghargai, kehilangan, dan mengikhlaskan yang menjadi isu dalam film “Ketika Berhenti di Sini”.
ADVERTISEMENT

Bagian Pertama: Menghargai

Menghargai adalah sikap atau cara memandang penting sesuatu. Penerapan sikap menghargai dalam diri membuat sesuatu tersebut dianggap ada dan penting. Menurut saya, dengan dimilikinya sikap atau cara tersebut tidak hanya bertitik pada sesuatu yang eksternal, tapi juga internal. Diri. Diri sendiri merasa berharga, merasa ada. Dalam hal ini, kita akan coba bahas menghargai dalam konteks hubungan.
Hubungan berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain. Dalam suatu hubungan tentunya ada berbagai tindakan yang dilakukan. Tindakan tersebut bisa saja dikorbankan bukan hanya untuk memperoleh keuntungan pribadi, tetapi juga keuntungan bersama atau bahkan hanya ditujukan pada orang tertentu saja. Tindakan yang dilakukan perlu mendapat apresiasi sehingga orang tersebut merasa dirinya ternilai dan ada.
ADVERTISEMENT
Tindakan yang terlihat sekecil apapun tidak pernah kita ketahui bagaimana perjuangan orang tersebut melakukannya. Oleh sebab itu, kita perlu menanamkan sikap menghargai dalam diri atas tindakan yang orang lain berikan. Jangan sampai, menyesal dikemudian hari karena tidak menghargai sesuatu tersebut dan menganggapnya tidak ada.

Bagian Kedua: Kehilangan

Bagian ini memiliki hubungan dengan bagian pertama. Kehilangan akan terjadi ketika seseorang yang sudah memberikan effort kecil hingga besar tidak dihargai. Kehilangan bisa muncul kapan saja. Sebagai manusia, kita tidak dapat memprediksi waktu untuk mendapatkan kehilangan. Kita hanya dapat berusaha dengan cara menghargai untuk jauh dari kata kehilangan.
Kehilangan bisa terjadi dalam beragam bentuk, seperti 1) tidak ingin menjalin komunikasi lagi; 2) berhenti melakukan perilaku khusus; dan 3) kematian. Menurut saya, poin 1 dan 2 merupakan kehilangan kategori ringan. Berbeda dengan poin ketiga yang menjadi kategori berat.
ADVERTISEMENT
Kehilangan dengan cara ditinggalkan oleh seseorang dari dunia ini bisa saja membuat perasaan hancur berkeping-keping. Wujudnya tidak akan ditemukan lagi. Seseorang hanya dapat merindu dalam hati. Mengingat memori dan kenangan yang pernah terjadi. Oleh sebab itu, mari kita hargai keberadaan orang yang kita cintai sebelum masuk pada bagian kehilangan.

Bagian Ketiga: Mengikhlaskan

Mungkin sebagian orang menganggap bahwa mengikhlaskan merupakan tindakan yang mudah dilakukan, tetapi sebagian yang lainnya bisa saja beranggapan sulit. Mengikhlaskan bukan kegiatan menyimpan sampah pada tempatnya, tetapi lebih dari itu. Ikhlas berhubungan dengan perasaan dan pikiran. Dengan mengikhlaskan, kita belajar menerima sesuatu yang bisa saja dianggap berat. Dalam hal ini, kita akan bahas dalam konteks kematian.
Mengikhlaskan seseorang yang pergi meninggalkan kita dari dunia ini merupakan hal tersulit dalam hidup. Kita harus terbiasa untuk menerima dirinya untuk tidak ada lagi di samping kita. Menyimpan memori bersamanya di tempat yang paling dalam. Mengikhlaskan seseorang yang sudah tiada harus dilakukan dengan cara setulus hati. Hal terbaik yang dapat dilakukan hanyalah berdoa dan berharap agar mereka yang sudah pergi dari dunia ini ditempatkan pada sisi terbaik Tuhan.
Sumber: Dokumen Pribadi
Menghargai, kehilangan, dan mengikhlaskan merupakan suatu potongan yang membentuk lingkaran tak terpisahkan. Ketiganya saling berhubungan dan mengikat satu dengan yang lainnya. Dalam film “Ketika Berhenti di Sini” tiga hal tersebut terbungkus dalam setiap adegan.
ADVERTISEMENT
Pemeran memainkan cerita dengan apik sehingga tetes mata membanjiri pelupuk wajah setiap orang yang menonton. Kisah dan pesan dalam film ini sungguh menarik.
Kalau diminta penilaian, saya akan memberikan 4.8 dari 5 bintang. Jadi, tunggu apa lagi? Segera tonton “Ketika Berhenti di Sini” untuk merasakan sensasi nangis bersama di bioskop!