Makrolinguistik: Sosiolinguistik dengan Pragmatik dan Dialektologi

Elis Susilawati
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
1 Maret 2023 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elis Susilawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Makrolinguistik: Sosiolinguistik dengan Pragmatik dan Dialektologi. Sosiolinguistik merupakan bidang kajian yang menggabungkan dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan linguistik. Bidang kajian ini menekankan pada linguistik atau bahasa di kehidupan sosial. Permasalahan yang dibahas dalam sosiolinguistik berupa penggunaan bahasa, lokasi penggunaan bahasa, dialek, variasi bahasa, dan lain sebagainya. Dalam ranah linguistik, sosiolinguistik termasuk ke dalam subkajian makrolinguistik.
ADVERTISEMENT

Sosiolinguistik dan Dialektologi

Sosiolinguistik dan dialektologi memiliki kesamaan dalam mempelajari perbedaan unsur kebahasaan yang terdapat dalam suatu bahasa. Dialektologi merupakan kajian yang berfokus pada identitas dilek. Dialek yang menjadi fokus kajian dalam dialektologi adalah variasi atau perbedaan bahasa dalam suatu wilayah yang dibatasi secara geografis, sedangkan sosiolinguistik adalah variasi atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor sosial yang sedang terjadi. Beberapa hal yang dibahas dalam sosiolinguistik yang erat kaitannya dengan dialektologi adalah pengaruh antar dialek di masyarakat, temuan dua kata yang pemakaiannya berbeda, namun maknanya sama, dan sebagainya. Dengan demikian, terdapat hubungan timbal balik antara sosiolinguistik dengan pragmatik.
Contoh representasi bidang kajian sosiolinguistik dengan dialektologi adalah studi pengaruh antar dialek. Pada studi tersebut akan muncul pertanyaan mengapa dialek yang satu lebih kuat dan memengaruhi dialek yang lain. Maka, jawabannya dari adanya kemungkinan dialek yang kuat itu adalah dialek kota atau dialek yang penutur sosialnya berstatus sosial tinggi, sedangkan dialek yang dipengaruhi adalah dialek desa yang para penuturnya berstatus sosial rendah.
ADVERTISEMENT
Misalnya, terdapat interaksi antara penjual dan pembeli di pasar. Diketahui, penjual merupakan seseorang yang berdaerah asal Sunda, sedangkan pembeli dari Lampung. Ketika di pasar, dialek yang digunakan oleh penjual adalah dialek sunda, seperti “teu kirang deui”, sedangkan pembeli mencoba menawar dengan ungkapan, seperti “bisa kurang teu?”, “ieu berapa?”. Dalam kasus tersebut, Bahasa Sunda menjadi dialek yang kuat, sedangkan pembeli dari Lampung dialeknya dipengaruhi.

Sosiolinguistik dan Pragmatik

Sosiolinguistik lahir karena kegelisahan para linguis yang mempertanyakan bagaiman kaitan struktur bahasa dan lingkungannya. Landasan lahirnya pragmatik untuk menjelaskan bahasa dengan melihat struktur bahasa dengan konteks yang ada diluar bahasa itu sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diantara sosiolinguistik dengan pragmatik sama-sama tidak dapat melepaskan diri dari konteks tuturan di luar bahasa.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Dalam sebuah percakapan antara penutur (A) dan penutur (B) tentang topik harga BBM di tempat kerja, mungkin keduanya menggunakan bahasa daerah, tetapi begitu datang penutur (C) percakapan berubah menggunakan bahasa Indonesia karena penutur (C) tidak mampu berbahasa daerah. Suasana yang tadinya akrab berubah menjadi agak formal. Sosiolinguistik mungkin melihat perubahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia yang mempunyai makna sosial tertentu sebagaimana kemungkinan tadi, yakni mengubah suasana akrab menjadi suasana lebih formal. Pragmatik mungkin mengkaji berbagai tindak tutur di dalam percakapan itu, misalnya ada tindak tutur mengkritik tetapi bentuknya kalimat tanya; ada kalimat yang maknanya secara harfiah `x` tetapi dimaksudkan `y`. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang berterima kasih kepada dosennya dengan hanya mengucaapkan trims atau memanggil dosennya hanya dengan menggunakan kata sapaan “Boss” biasanya di lingkungan kampus hal itu dianggap tidak sopan. Seharusnya, ia mengatakan sekurang-kurangnya terima kasih, Pak/Bu? atau jam berapa, Pak/Bu?. Dengan kata lain, sosiopragmatik ini sangat berkaitan dengan apa yang harus dikatakan dalam situasi tertentu dan dengan bagaimana seorang penutur dapat mengatakan secara tepat.
ADVERTISEMENT