Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ketika 'Ember' Berubah Makna
19 Desember 2020 5:09 WIB
Tulisan dari Eliyah Liya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Cuy, lu jangan ember dong.”
“Lah, emang gua mau ambil air pake ember.”
ADVERTISEMENT
Hah??? '-'
Bahasa adalah alat komunikasi yang erat kaitannya dengan manusia. Bahasa bisa mengantarkan manusia untuk memahami seseorang di sekitarnya. Bahasa gaul begitu berbeda dengan bahasa lainnya.
Awal mula hadirnya bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari perkembangan sosial media. Munculnya bahasa gaul juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang begitu dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Sebenarnya bahasa gaul sendiri sudah ada sejak lama, namun penyebutan bahasanya yang berbeda. Dahulu bahasa gaul lebih dikenal sebagai bahasa prokem, bahasa yang populer sekitar tahun 1980-an. Bahasa gaul ini memunculkan istilah-istilah baru. Munculnya istilah-istilah baru dikarenakan adanya modifikasi dari bahasa Indonesia yang memiliki makna yang dapat berbeda dengan makna asli bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, karena terlalu sering menggunakan bahasa gaul ini mengakibatkan orang-orang yang tidak berada dalam kelompok tersebut akan mengamati bahasa mereka. Mereka yang bukan anggota kelompok lama kelamaan akan mengerti bahasa yang mereka gunakan karena kerap mendengar bahasa tersebut.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Seperti halnya bahasa gaul yang akan kita perbincangkan perubahan maknanya ini, yaitu kata “EMBER”.
Jika dikaji dalam kajian semantik, kata yang sama dapat berubah-rubah maknanya seiring perkembangan zaman. Perubahan semantik lebih mudah dirasakan karena ia berdampak langsung terhadap kelancaran komunikasi sehingga kerap disadari oleh penuturnya.
Dalam kajian semantik, perubahan makna bisa terjadi dalam beberapa bentuk. Berdasarkan cakupannya, ada perubahan meluas dan menyempit. Berdasarkan nilai rasanya, ada perubahan ameliorasi dan peyorasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perubahan dapat terjadi melalui proses metafora, metanomia, meiosis, degradasi, dan elevansi. Pada penyempitan, perubahan ini terjadi akibat dari perubahan pada tingkat superordinat ke tingkat subordinat. Misalnya kata “Skyline” dahulu secara umum bermakna cakrawala, tetapi di Amerika Serikat sekarang maknanya lebih spesifik menjadi ‘cakrawala yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit’.
Kedua, perluasan atau generonimia, ini adalah perubahan makna dari subordinat ke makna superordinat. Dalam bahasa Indonesia kata ‘putri’ semula hanya untuk ‘menyebut anak perempuan dari seorang raja atau sultan’. Saat ini, makna kata tersebut meluas menjadi ‘sebutan untuk setiap anak perempuan, baik anak raja maupun anak rakyat biasa’.
Ketiga, metafora, ini adalah perubahan berdasarkan keserupaan pada sesuatu. Misalnya “broadcast” aslinya bermakna ‘menebar benih’. Dengan perkembangan radio dan televisi, kata ini diberi makna baru yaitu ‘pemancaran sinyal audio dan video’. Selain itu, perubahan pada metafora juga ditemukan pada bahasa gaul, yaitu pada kata “ember”. Di mana kata ember ini aslinya bermakna ‘tempat air berbentuk silinder’.
ADVERTISEMENT
Namun saat ini, akibat pengaruh sosial, variasi bahasa, dan faktor lainnya yang terjadi dalam masyarakat khususnya remaja, kata ini diberi makna lain yaitu “ditujukan pada seseorang yang suka mengumbar aib orang lain (tukang gosip) atau jadi singkatan kata dari istilah “emang bener”.
Keempat, metonomia, perubahan ini berdasarkan kedekatan ruang atau waktu. Kelima, sinekdoke, perubahan berdasarkan hubungan keseluruhan bagian. Keenam, hiperbola, perubahan dari makna lemah menjadi kuat atau makna biasa saja menjadi luar biasa. Terakhir adalah meiosis yang merupakan perubahan dari makna kuat menjadi lemah.
Perubahan makna pada kata “ember” yang biasa kita temui
Secara umum, bahasa gaul sudah menjadi bahasa yang eksis di kalangan anak-anak remaja. Bahasa yang digunakan baik untuk mengekspresikan diri atau untuk sebuah keakraban.
ADVERTISEMENT
Bahasa gaul yang kerap kali melenceng dengan makna yang sesungguhnya banyak ditemukan di berbagai sosial media yang ada, seperti di facebook, twitter, instagram, dan lain-lain.
Bahkan bisa juga kita temui secara langsung dari percakapan orang-orang di sekitar kita atau malah kita sendiri juga sering menggunakannya. Seperti pada kata “ember” yang masuk dalam kategori bahasa gaul karena maknanya yang sudah mengalami perubahan. Anak-anak remaja zaman sekarang kerap kali menggunakan kata ember dalam percakapan mereka.
Tercantum dalam KBBI, ember adalah tempat air berbentuk silinder (terbuat dari plastik, seng, dan sebagainya) dipakai juga untuk menimba air dan sebagainya. Namun dalam hal ini, kata “ember” telah mengalami perubahan makna. Seperti pada percakapan di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Umam: “Cung, jangan cerita sama si Udin soal masalah lu yang kemaren.”
Mancung: “Lah, ngapa emang, Um?”
Umam: “Lu kagak tahu? Diamah mulutnya ember bener. Bisa-bisa rahasia atau aib lu disebar ke temen-temen yang lain.”
Mancung: “Eh baru tahu gua kalau dia suka ember.”
Umam: “Ya, makanya gua kasih tahu.”
Dari percakapan di atas, kita bisa melihat dengan jelas di mana letak perubahan makna yang terjadi pada kata ‘ember’. Di mana, pada bahasa gaul, kata ember memiliki makna lain yaitu ditujukan pada seseorang yang suka mengumbar aib orang lain atau tukang gossip. Selain daripada itu, kata ember juga bisa dimaknai sebagai bahasa untuk mendukung suatu permintaan atau ungkapan yang pasti kebenarannya. Misalnya:
ADVERTISEMENT
Ren: “Eh, gue ganteng banget yaa…!
Elo semua: Emberrr…!
Sehingga dalam hal ini, kata ember di maknai sebagai istilah dari singkatan “Emang bener”.
Terlepas merusak bahasa baku atau tidak, istilah dan kosakata baru (bahasa gaul) semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Namun tidak bisa dipungkiri, akibat perubahan zaman yang begitu pesat, muncullah istilah-istilah baru. Entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan, tiba-tiba saja kita sering diperdengarkan oleh kosakata yang tidak pernah kita dengar sebelumnya.
Penyebab kata mengalami perubahan makna
Sebuah kata dapat mengalami perubahan makna, itu terjadi karena beberapa faktor. Misalnya karena perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial, atau juga karena kebutuhan istilah baru.
a. Perkembangan ilmu dan teknologi
Jika kita berkaca pada perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, ini memang dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Dalam hal ini, sebuah kata yang pada awalnya mengandung suatu konsep makna digunakan untuk mengacu kepada konsep makna yang lain.
ADVERTISEMENT
b. Perubahan sosial
Karena interaksi sosial selalu melibatkan pemakaian bahasa, arus perubahan dalam masyarakat biasanya tercermin dalam bahasa. Dengan kata lain, perubahan makna bahasa bisa jadi merupakan rekaman perubahan sosial.
c. Kebutuhan istilah baru
Salah satu persoalan terkait dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah kebutuhan istilah baru untuk merekam perubahan tersebut. Memilih makna sebuah kata yang sudah lama, dan menggunakan kata tersebut sebagai istilah. Istilah kata ‘ember’ yang merupakan sebuah nomina hingga kemudian membentuk makna baru seperti pada contoh di atas.
Penyebab perubahan makna dapat sangat beragam. Perubahan kata ‘ember’ mampu terjadi karena faktor-faktor di atas. Terlebih, perkembangan sosial media dan kreativitas remaja dalam menggunakan bahasa baru sebagai kebutuhan interaksi antar sesamanya, serta perkembangan zaman sekarang (anak-anak gaul yang kekinian) menciptakan makna baru sebagai bentuk keakraban dalam berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Bahan bacaan
Putriana, Eka, Penggunaan Bahasa Gaul dalam Meningkatkan Keakraban pada Pergaulan di Kalangan Mahasiswa Sosiologi Angkatan 2013 FISIP Universitas Tadulako, dalam Jurnal Online Kinestik, Vol. 4, No. 1, April 2017.
Rokhman, Fathur, Surahmat. 2020. Linguistik Disruptif “Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan Bahasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Subuki, Makyun. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Tangerang: Transpustaka.