Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kunci Keluarga Harmonis: Ibu, Istri atau Perempuan yang Bahagia?
3 Februari 2025 20:38 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Daniella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keluarga yang harmonis bersumber dari adanya perempuan yang bahagia, sebagai ibu, istri maupun individu. Dengan demikian, lingkungan keluarga penuh kasih dan harmonis tidak akan sulit diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Perempuan dengan berbagai macam peran banyak di jumpai di kehidupan sehari-hari, di sekeliling kita. Baik di masyarakat, keluarga dan dunia kerja, banyak diisi oleh sosok perempuan. Apalagi jaman sekarang, mayoritas perempuan tidak lagi hanya berdiam diri di rumah, hanya mengurus kegiatan domestik rumah tangga dan mengurus anak, melainkan juga berperan aktif di dunia profesional sesuai bidang yang diminatinya.
ADVERTISEMENT
Saya baru saja menyelesaikan beberapa film di Netflix, di antaranya adalah Milly & Mamet yang merupakan spin-off dari film legendaris Indonesia Ada Apa dengan Cinta?, Mona Lisa Smile yang diperankan oleh Julia Robert dan The Intern yang diperankan oleh Anne Hathaway.
Ketiga film tersebut sebenarnya memiliki jalan cerita yang sangat berbeda, namun ada satu topik yang sama diangkat dalam film-film ini, yaitu para perempuan yang dihadapkan dalam dua pilihan, mengabdi penuh pada keluarga, atau mengembangkan potensi diri yang notabene ada di setiap individu, baik perempuan maupun pria.
Dalam film Milly & Mamet, Milly digambarkan sebagai seorang ibu muda yang memilih untuk fokus pada keluarganya dan keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai bank, sementara Mamet berjuang meraih impian profesionalnya. Dimana Mamet yang berbakat dalam bidang memasak, mendapatkan tawaran untuk membuka restoran sehat namun enak bersama teman lamanya.
ADVERTISEMENT
Meski tampak sederhana, konflik yang muncul memperlihatkan bahwa kebahagiaan seorang perempuan tidak hanya ditentukan oleh pilihan untuk bekerja atau tetap di rumah, tetapi juga oleh bagaimana ia merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan keinginannya.
Film kedua, Mona Lisa Smile mengangkat tema yang lebih luas tentang perempuan dan pendidikan. Film ini menampilkan sosok Katherine Watson, seorang dosen seni di Wellesley College yang menantang pandangan tradisional mahasiswinya tentang peran perempuan dalam masyarakat. Watson mendorong mereka untuk berpikir lebih luas, daripada sekadar menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Menegaskan bahwa perempuan juga memiliki hak untuk mengejar mimpi dan menentukan jalan hidup mereka sendiri.
Sementara itu, dalam The Intern, Jules Ostin, seorang perempuan karier sukses yang membangun bisnisnya sendiri, menghadapi dilema antara mempertahankan pekerjaannya sebagai CEO dari aplikasi belanja daring yang sudah ia rintis dalam 2 tahun terakhir, atau meninggalkannya agar memiliki lebih banyak waktu untuk keluarganya. Dimana anaknya membutuhkan perannya sebagai ibu dan suaminya yang sampai melakukan perselingkuhan, hanya karena merasa dirinya tidak berharga lagi dibanding istrinya, setelah mereka sepakat untuk bertukar peran dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Ketiga film ini menunjukkan bahwa perempuan sering kali berada dalam situasi yang kompleks, di mana mereka harus menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional tanpa merasa bersalah atas salah satu pilihan tersebut. Dalam kehidupan nyata, perempuan yang sudah menikah kebanyakan dihadapkan pada dilema yang luar biasa, terutama setelah memiliki anak. Di satu sisi, perempuan ingin tetap produktif dan berkembang secara profesional, di sisi lain, timbul perasaan bersalah karena harus meninggalkan anak.
Peran seorang suami tentu sangat dibutuhkan sebagai pendukung utama kepada istrinya, dalam menentukan pilihan dan prioritas yang akan dipilih. Selain itu orang-orang terdekat juga sangat membantu perempuan yang berusaha untuk menjaga keseimbangan antara karier dan keluarga.
Menjalankan dua peran sekaligus sebagai ibu, istri dan pekerja tentu memiliki tantangan dan kesulitan sendiri. Terutama tantangan dalam manajemen waktu yang cukup sulit karena harus membagi perhatian antara pekerjaan dan urusan rumah.
ADVERTISEMENT
Terkadang masih ada juga stigma negatif yang muncul dalam sosial masyarakat, dimana mereka berpendapat bahwa seorang ibu sebaiknya fokus saja di rumah. Kemudian juga ada rasa bersalah karena meninggalkan anak dalam waktu yang lama, apalagi jika ada pekerjaan yang mengharuskan ibu keluar kota atau lembur hingga melewati standar jam kerja. Semua hal di atas, bisa menyebabkan kelelahan secara fisik maupun mental bagi perempuan.
Di sinilah peran suami dibutuhkan dalam mendukung istri agar tetap nyaman bekerja dan tidak merasa bersalah pada keluarga. Kuncinya adalah komunikasi yang baik, misalnya berdiskusi mengenai pembagian tugas rumah tangga agar istri tidak merasa sendirian. Kemudian berbagi tanggung jawab dalam mengurus anak, seperti mengantar sekolah atau menemani saat anak sakit, dapat membantu meringankan beban ibu. Dukungan emosional pun penting, dengan memahami tantangan yang dihadapi istri dan tidak meremehkan perannya.
ADVERTISEMENT
Keluarga besar bisa menjadi pendukung kuat bagi ibu pekerja dalam menghadapi tantangannya. Orang tua maupun mertua yang bersedia membantu mengasuh anak saat ibu bekerja, akan meringankan beban. Bisa juga dengan bantuan dari asisten rumah tangga atau tempat penitipan anak yang dapat dipercaya juga bisa menjadi jalan keluar agar ibu tidak terlalu khawatir dengan urusan domestik rumah tangga.
Lingkungan yang suportif tentu akan sangat berperan dalam memberikan semangat, seperti menghindari komentar negatif mengenai keputusan ibu untuk tetap bekerja. Keharmonisan keluarga tidak hanya dibangun oleh satu individu. Ibu, istri, dan perempuan sebagai sosok yang utuh dalam dirinya masing-masing, memiliki peran yang saling mendukung. Kebahagiaan ibu dan istri akan menciptakan atmosfer positif dalam keluarga, yang akhirnya mempengaruhi perkembangan anak dan kualitas hubungan antar anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Menjadi ibu bekerja memang penuh tantangan, tetapi dengan dukungan yang tepat dari suami dan keluarga, perempuan yang sudah menjadi ibu tetap bisa menjalani peran ganda dengan bahagia. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi merupakan kerja sama seluruh anggota keluarga. Dengan komunikasi yang baik dan pembagian tugas yang jelas, ibu tetap bisa berkarya tanpa mengorbankan kebahagiaan keluarga.
Namun, perlu diingat bahwa kebahagiaan seorang perempuan sebagai individu adalah fondasi utama. Ketika seorang perempuan merasa dihargai, dihormati, dan diberi ruang untuk berkembang, baik dalam perannya sebagai ibu, istri, maupun individu, maka seluruh anggota keluarga akan merasakan dampak positifnya. Keluarga yang harmonis bukan hanya hasil dari saling memberi dan menerima antara suami dan istri, tetapi juga keberhasilan masing-masing individu untuk merasa bahagia dengan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kunci keluarga harmonis terletak pada kebahagiaan perempuan. Kebahagiaan seorang ibu atau istri bukan hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga menciptakan suasana bahagia dalam keluarga. Seorang ibu yang bahagia, misalnya, akan lebih mampu memberikan kasih sayang yang tulus, mengelola rumah tangga dengan lebih tenang, serta mendidik anak-anak dengan penuh perhatian.
Ketika seorang istri merasa dihargai dan dicintai, hubungan suami-istri pun akan semakin erat dan penuh kedamaian. Perempuan yang merasa dihargai dalam setiap peran yang dia jalani baik sebagai ibu, istri, maupun individu, akan lebih mudah memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Mereka akan merasa diberdayakan, bukan terbebani, dalam menjalani peran-peran tersebut.
Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, penting bagi perempuan dalam menjaga keseimbangan dalam hidupnya. Seringnya, perempuan terlalu fokus pada kebutuhan dan kebahagiaan orang lain, hingga mengabaikan dirinya sendiri. Padahal, mereka juga harus merawat diri sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun mental dimana hal ini sangat penting.
ADVERTISEMENT
Ketika seorang perempuan merasa dihargai, dicintai, dan diberikan kesempatan untuk berkembang, baik dalam karier, hobi, maupun kehidupan sosialnya, energi positif tersebut akan menular ke anggota keluarga lainnya. Dengan menjaga keseimbangan antara keluarga dan kehidupan pribadi, seorang perempuan bisa lebih hadir secara utuh dalam rumah tangga.
Perlu diingat, kebahagiaan perempuan tidak hanya tentang dukungan dari luar, tetapi juga tentang penerimaan diri dan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Ketika seorang perempuan merasa diterima dan dihargai dalam segala aspeknya, baik dalam peran keluarga maupun identitas pribadinya, dia akan merasa lebih puas dengan hidupnya. Inilah yang akan menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
Keluarga yang memiliki sosok ibu yang bahagia akan menjadi keluarga yang penuh kedamaian, dan setiap anggota keluarga akan merasa diterima, dihargai, dan saling mendukung satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan perempuan adalah fondasi bagi keharmonisan keluarga. Ketika perempuan merasa bahagia dan sejahtera dalam hidupnya, mereka tidak hanya memberikan dampak positif pada dirinya sendiri, tetapi juga pada suami, anak-anak, dan seluruh dinamika keluarga. Sebuah rumah tangga yang dipenuhi dengan rasa saling menghargai, kasih sayang, dan dukungan akan menciptakan suasana yang penuh kedamaian, di mana semua anggotanya dapat berkembang dan meraih kebahagiaan bersama.
Selain itu, keluarga yang harmonis juga menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitar, menginspirasi orang lain untuk menciptakan ikatan keluarga yang sehat dan saling mendukung. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis cenderung mengembangkan sikap yang lebih baik, memiliki rasa tanggung jawab, dan mampu beradaptasi dengan baik dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, keharmonisan keluarga tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup pribadi, tetapi juga menyumbangkan energi positif yang memperkuat struktur sosial masyarakat, membangun komunitas yang lebih damai, beradab, dan sejahtera.