Joyfull and Meaningfull Learning: Gerakan Transisi PAUD ke Sekolah Dasar

Elmi Tri Yuliandari
Tenaga Pendidik di Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2023 13:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elmi Tri Yuliandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak PAUD. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak PAUD. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai orang tua tentu menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya, terutama dalam hal pendidikan. Salah satu hal yang diinginkan dalam sebuah pendidikan oleh orang tua adalah anak merasa senang dan selalu termotivasi untuk selalu ingin belajar dan belajar.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya sekolah di tingkatan PAUD saat ini akan lebih mengedepankan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) dan bermakna (meaningfull) bagi anak-anak. Mengapa pembelajaran yang menyenangkan itu penting?
Karena pembelajaran yang menyenangkan itu melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar serta pembelajaran yang menyenangkan harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga anak-anak akan merasa excited dan akan selalu mengingat pengalaman belajar tersebut.
Pengalaman belajar di sekolah yang menyenangkan akan memotivasi anak setiap hari untuk berangkat sekolah. Mereka akan menganggap bahwa sekolah itu asyik, belajar di sekolah itu seru, dan menyenangkan.
Dengan begitu fondasi awal akan terbentuk dan tertancap pada pikiran siswa bahwa belajar itu menyenangkan sejak mereka usia dini hal inilah yang dinamakan dengan pembelajaran yang bermakna yang akan menjadi dasar mereka pada tingkatan sekolah yang lebih tinggi yaitu pada saat SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Tentunya untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) tidaklah mudah. Guru dituntut untuk memiliki ide kreatif dalam merancang sebuah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, guru juga diharapkan dapat mengajak anak-anak melakukan simulasi secara langsung (praktik). Oleh sebab itu, guru bisa melakukan pembelajaran yang mengharuskan siswa selalu aktif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
Dalam hal gerakan transisi PAUD ke Sekolah Dasar yang dikemas dengan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) telah memberlakukan Kurikulum Merdeka pada PAUD menuju ke sekolah Dasar.
Ini berbeda dengan Kurikulum 2013 yang lebih mengedepankan pada kemampuan anak, bukan hanya pada usia anak. Serta memfasilitasi semua kemampuan anak karena setiap anak itu memiliki perkembangan yang berbeda sehingga perlakuan terhadap anak juga berbeda.
ADVERTISEMENT
Dalam hal pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna tersebut tentu perlu mendapatkan dukungan dari beberapa pihak salah satunya adalah dari orang tua. Persepsi orang tua mengenai anak yang harus bisa calistung (membaca, menulis, menghitung) dengan lancar.
Akibatnya orang tua setiap hari memaksa anak menulis dan membaca tanpa mempertimbangkan kesiapan anak. Dan kondisi perkembangan anak harus sudah mulai digeser karena pada anak usia dini yang harus disiapkan bukan hanya calistung akan tetapi makna dari calistung tersebut, serta mengapa harus belajar calistung yang perlu ditekankan pada anak usia dini.
Pemaksaan terhadap anak untuk bisa calistung tentunya sangatlah berdampak pada psikologis anak usia dini, di mana pada masa golden age seharusnya anak-anak diberikan stimulus untuk bisa mencapai pada tahapan akademiknya.
ADVERTISEMENT
Jadi, bukan hanya dituntut dalam calistung. Sehingga jika hal tersebut terus terjadi, justru anak akan merasa tertekan dan merasa bahwa belajar itu menakutkan dan membosankan. Mereka justru takut tidak bisa membaca, takut tidak bisa menulis, dan menghitung.
Oleh karenanya, gerakan transisi PAUD ke Sekolah Dasar yang dikemas dengan pembelajaran yang menyenangkan tidak hanya dilakukan di sekolah melainkan juga harus dilakukan oleh orang tua di rumah masing-masing.
Orang tua juga harus memahami bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dan aktivitas yang bisa dilakukan oleh anak-anak d irumah bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Misalnya bisa dengan mengajak anak untuk bermain peran, mengajak bermain ular tangga sebagai konsep pengenalan huruf, dan permainan-permainan yang lain.
ADVERTISEMENT
Saat ini sudah banyak dijumpai para penjual mainan yang menjual alat permainan anak yang bisa dimainkan oleh orang tua di rumah sekaligus sebagai sarana belajar anak. Tentu dalam aspek ini, yang terpenting adalah perlunya meluangkan waktu untuk membersamai perkembangan anak.