Pengalaman Mendaki Gunung Favorit di Dekat Jakarta

Elok Septianih
Seorang karyawan pada sebuah perusahaan Swasta yang ada di Jakarta, dan juga sedang menempuh pendidikan di Universitas Pamulang.
Konten dari Pengguna
17 September 2021 20:35 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elok Septianih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puncak Gunung Gede, Pangrango, Jawa Barat. Sumber foto: Instagram.com/papawziaaaa/
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Gunung Gede, Pangrango, Jawa Barat. Sumber foto: Instagram.com/papawziaaaa/
ADVERTISEMENT
Pengalaman Mendaki Gunung Gede
Pada penghujung tahun 2017, kami berencana untuk mendaki salah satu gunung yang lokasinya dekat dari Ibu Kota Jakarta. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan luas 24.270,80 hektar, yang meliputi Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Gunung ini memiliki 3 Jalur resmi, yaitu via Gunung Putri, Cibodas, dan Salabintana.
ADVERTISEMENT
Waktu itu kami yang berjumlah 12 orang terdiri dari 6 orang perempuan dan 6 orang laki-laki memutuskan mendaki via jalur Gunung Putri. Sebagian dari kami ada yang sudah sering mendaki dan sebagian besarnya pemula. Awal mula Saya mengira bahwa mendaki gunung hanya sekedar masuk ke dalam Hutan, lalu mendirikan tenda, dan ajang berfoto ria. Tapi ternyata tidak, mendaki adalah salah satu Olahraga "Ekstrem". Ya berbahaya!
Lebih tepatnya dibutuhkan persiapan yang matang dalam segi fisik maupun peralatan, mental juga perlu dijaga dalam mendaki gunung agar tetap fokus.
Legok Leunca, Gunung Putri. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Di pagi hari yang cerah, tepat tanggal 31 Desember 2017 kami memulai perjalanan kami mendaki gunung Gede. Sekitar jam 2 siang kami sampai di pos awal Gunung Putri, dan melakukan pendaftaran pendakian. Setelah Salat Asar kami memulai perjalanan pos demi pos dengan jarak tempuh kurang lebih 7 jam, di mana kami harus melewati sebanyak 5 pos sebelum sampai ke puncak, dan hampir di setiap trek adalah jalur menanjak dan bisa terhitung jalanan datarnya(bonus).
ADVERTISEMENT
Berikut nama-nama pos di antaranya adalah Legok Leunca - Buntut Lutung - Lawang Sekateng - Simpang Maleber - Alun-alun Surya Kencana.
Jalur Pendakian Via Gunung Putri. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Jalur Pendakian Via Gunung Putri. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Walau jalur Gunung Putri ini termasuk jalur berat, tidak membuat jalur ini sepi pendaki, alasannya karena di pos 5 jalur ini kami akan dibuat terkesima dengan pesona surganya gunung Gede yakni "Alun-alun Surya Kencana". Di mana segala rasa lelah, letih hilang seketika dengan pemandangan Alun-alun Surya Kencana yang membentang luas sejauh mata memandang.
Alun-Alun Surya Kencana adalah lahan yang sangat luas dan di sana mengalir aliran sungai kecil dari puncak gunung Gede, di hamparan luas area ini juga ditumbuhi Bunga Abadi, yang tidak boleh dipetik, dan rerumputan hijau sepanjang mata memandang. Di tempat inilah biasanya pendaki mendirikan tenda dan bermalam, untuk keesokan harinya melakukan pendakian menuju puncak.
Alun-alun Surya Kencana, Gunung Gede. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Alun-alun Surya Kencana, Gunung Gede. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Alun-alun Surya Kencana, Gunung Gede. Sumber Foto: Instagram.com/gustiherdi14/
Pagi itu sudah berganti tahun, dengan suhu udara di bawah 10 derajat. Walau di dalam tenda tetap masih terasa sangat dingin, di sini lah pentingnya melengkapi peralatan pendakian seperti kantung tidur agar tidur tetap terjaga di malam hari nya, juga jaket tebal yang dapat menahan angin dan juga udara dingin agar tubuh tetap hangat. Serta perlengkapan keamanan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tidak berlama-lama kami mempersiapkan mendaki ke puncak dengan makan terlebih dahulu dan juga peregangan kecil agar otot tidak kaget saat perjalanan ke puncak, setelah selesai makan kami bergegas merapikan , lalu memulai perjalanan. Mengapa tenda kami rapikan karena memang rencana awal kami akan turun lewat jalur yang berbeda yakni jalur Cibodas.
Waktu tempuh dari Alun-alun Surya Kencana - Puncak Gede hanya sekitar 30 menit saja. Sesampainya di puncak kabut lumayan tebal menutupi sebagian area puncak, maka dari itu kami tidak dapat berlama-lama di atas sana. Setelah menikmati pemandangan serta berfoto-foto di sana, kami memutuskan turun dari puncak. Tetapi karena kondisi kabut yang cukup tebal tadi, jarak pandang kami terganggu, dan sangat hati-hati untuk melewati trek saat turun.
ADVERTISEMENT
Saat turun kelompok yang berjumlah 12 orang terbagi menjadi 3 tim. Yang sudah turun pertama ada 4 orang, disusul dengan 5 orang, lalu 3 orang di belakang. Ada kejadian yang dialami di mana salah satu orang dari kami yang ada pada tim belakang sepertinya sakit dan butuh istirahat sehingga tertinggal jauh dengan 2 tim di depannya, sampai salah satunya turun seorang diri untuk memberi tahu kami 2 tim yang sudah bertemu di salah satu pos pendakian jalur cibodas, waktu sudah semakin larut waktu itu, cahaya sudah mulai gelap, dan 2 orang di belakang belum juga turun.
Kami khawatir saat itu. Lalu kami semua sudah berkumpul 10 orang di pos yang bernama "Kandang Badak" dan memutuskan mendirikan tenda lagi di sana mengingat waktu sore sudah berganti malam dan kondisi serta fisik kami mulai lemah, padahal rencana awalnya hanya bermalam 1 hari saja. Akhirnya ada salah satu orang dari kami tanpa berpikir panjang memutuskan untuk turun gunung seorang diri agar sampai pos awal jalur Cibodas, padahal jarak tempuhnya bisa sampai 4 jam, tetapi hanya dengan cara itu kami dapat melapor pada tim penyelamat yang bertugas di pos awal untuk mencari teman kami yang masih tertinggal 2 orang di atas.
ADVERTISEMENT
Padahal waktu itu kami membawa alat komunikasi bantuan sinyal di mana yang 1 nya dipegang oleh orang yang tertinggal di atas dan 1 orang di pos Kandang Badak, namun karena sinyal yang buruk dan cuaca juga yang saat itu hujan kabut membuat kami tidak mendapat kabar bagaimana keadaan kondisi mereka di atas.
Memang tidak ada pendaki lain lagi di sana yang bertemu 2 orang di atas?
Pasti kalian bertanya seperti itu. Nyatanya memang saat itu kami turun gunung sehari sebelum dilakukannya penutupan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, mengingat memang setiap tahunnya akan dilakukan konservasi kawasan. Makanya saat itu hanya tinggal kelompok kami yang terakhir di sana, walau sebelumnya bertemu 2 kelompok lain yang juga ingin turun gunung dan salah satu kelompok itu ada yang membantu kami saat teman kami di Kandang Badak juga ada yang terserang Hipotermia. Hipotermia merupakan kondisi saat temperatur tubuh menurun drastis di bawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh, yaitu di bawah 35 (Sumber, Halodoc).
ADVERTISEMENT
Kepanikan mulai muncul saat itu, fokus terpecah saat kami memikirkan kondisi teman kami 2 orang di atas, sekarang juga teman kami mengalami hipotermia di sini, belum lagi satu teman kami yang turun ke pos awal tidak ada kabar. Saat itu kami melakukan tindakan untuk teman kami yang hipotermia dan sempat tidak sadarkan diri, tetapi alhamdulillah tidak lama teman kami sadar dan berangsur membaik. Kami mencoba tetap kondusif kan suasana yang ada, walau hanya doa dan sesekali berlinang air mata memikirkan teman kami yang lainnya.
Keadaan sudah semakin malam, tak kunjung kami mendapat kabar. Dengan terus berharap dan berdoa ada keajaiban dari teman kami di atas ataupun bantuan dari pos awal. Tidak juga pula kami mengalami hal" mistis di sana, secara pos tersebut terkenal dengan cerita mistisnya namun fokus kami sudah tercurah kepada teman-teman kami yang berpencar. Ketika kami coba memutuskan untuk istirahat di tenda, sekitar pukul 01.00 akhirnya tim penyelamat datang menemui kami untuk cek bagaimana kondisi kami terlebih dahulu, baru mereka jalan ke atas untuk mencari tahu kondisi 2 teman kami di atas. Ada sedikit rasa lega bahwa satu teman kami telah selamat sampai pos awal sehingga tim penyelamat dapat membantu kami.
ADVERTISEMENT
Setelah semuanya aman di sini lalu tim penyelamat segera bergegas ke atas untuk mencari teman kami, saat itu pula kami diminta untuk beristirahat agar tetap turun gunung dalam kondisi baik. Syukur alhamdulillah waktu Subuh 2 teman kami sudah bergabung bersama kami dan dalam kondisi yang tidak kekurangan sedikit apapun, walau salah satunya yang sakit sudah dalam kondisi lemah. Untungnya yang menemani teman kami yang sakit adalah orang yang sudah sering mendaki gunung, sedikit banyaknya ia tahu cara bertahan hidup di alam. Di sana ia tetap mendirikan tenda, memasak makanan yang memang ada di tas gunungnya agar tetap menjaga kestabilan tubuh.
Setelah menunggu pagi datang kami bersiap-siap untuk turun gunung dan makan bersama agar tubuh kami tidak lemah dan tetap stabil untuk menempuh trek turun gunung. Semuanya sudah siap waktu itu lalu memulai untuk berjalan turun, dan yang sakit dibantu Tim penyelamat untuk di tandu mengingat kondisi yang masih lemah saat itu. Dengan disuguhi pemandangan yang indah disepanjang jalur rasanya lelah tidak terasa dan sedikit menyegarkan pikiran atas beberapa kejadian yang sudah dialami. Jalur Cibodas merupakan jalur terfavorit, dijalur ini terdapat banyak tempat wisata alam yang sangat bagus, dan sumber air yang berlimpah.
ADVERTISEMENT
Dan akhirnya kami semua sampai di pos awal Cibodas dengan selamat, sehat, tanpa kekurangan satu apapun. Khususnya untuk kami ini adalah pengalaman paling berkesan sekaligus memberi banyak pelajaran dalam pendakian, dan mendisiplinkan kami dalam pendakian kami sampai saat ini. Perlu diingat mendaki gunung benar-benar perlu persiapan yang matang dalam segala aspek, dan tetap menjaga alam sekitar saat di mana pun berada.
Salam satu trek!