Merajut Asa Menjemput Seratus Mimpi

Elsa Nabila Mustofa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
11 Maret 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Nabila Mustofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada akhir 2023, lebih tepatnya bulan November lalu, saya diberikan tugas akhir membuat “Tugas Seratus Mimpi”. Sebelumnya, saya tak pernah membayangkan untuk menuliskan begitu banyak cita-cita. Rasanya mustahil, karena kurangnya keberanian untuk menuliskan mimpi-mimpi. Akhirnya, mau tidak mau demi sebuah tugas akhir, saya menulis seratus mimpi. Menjadi volunteer, mengabdi kepada negeri merupakan salah satu mimpiku dari seratus mimpi yang pernah ku buat. Mengabdi pada negeri, menjelajahi sebagian kecil wilayah Indonesia, mengajarkan sedikit ilmu yang ku punya untuk putera-puteri bangsa tak pernah sedikitpun terbanyangkan dalam benak pikiran ku. Melangkahkan kaki menempuh ratusan kilometer dari rumah, meninggalkan orang tua untuk mengajar putera-puteri di pelosok Indonesia menjadi pengalaman luar biasa yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Senang sekali rasanya, bisa melihat senyuman manis nan tulus yang diberikan anak-anak untuk kami di setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Januari 2024 menjadi saksi sejarah ketika saya mulai mencatat kehidupan baru menjadi warga kampung Batu Payung, Pandeglang Banten. Tempat saya tinggal berada di tengah hutan, jauh dari perkotaan, tak adanya kendaraan yang melintas, jarak antara rumah satu ke rumah yang lainnya terbilang sangatlah jauh. Di Kampung Batu Payung hanya terdapat satu sekolah SD Negeri. Disitulah tempat saya mengajar putra-putri terbaik bangsa Indonesia. Selama tiga puluh hari saya mengabdikan diri kepada Negeri menjadi guru bantu di SDN Sorongan 02 Batu Payung. Mendapat sambutan hangat dari anak-anak yang semangat untuk menjemput kami di waktu pertama kali kami datang ke kampung Batu Payung. Perjalanan yang panjang dengan jalanan bebatuan dan lumpur tak menghalangi mereka untuk tetap menjemput kami dan membantu membawakan barang-barang kami. semangat mereka dalam menyambut guru-guru baru mencerminkan sikap semangat belajar yang ada dalam dirinya dengan penuh gelora untuk bisa mendapatkan ilmu. Jarak yang jauh dari rumah, tak menghalangi niat mereka untuk tetap pergi sekolah, rintikan air hujan, derasnya curah hujan, licinnya jalan, kotornya sekolah tak menghalangi niat untuk tetap menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Setiap pagi anak-anak selalu bersemangat untuk belajar, Pukul 07.00 mereka sudah siap menjemput kami untuk berangkat ke sekolah bersama-sama. Jarak yang jauh dari rumah mereka ke sekolah tak pernah menghalangi semangat mereka untuk menuntut ilmu, sesampainya kami di depan kelas anak-anak yang lain langsung menyambut kami dengan memberikan senyuman yang hangat nan tulus. Tak lupa pula dengan mencium tangan kami sebagai hormat mereka kepada Guru.
“Assalamualaikum Bu guru " ucap mereka
"waalaikumsalam, gimana sudah siap untuk belajar?". ucap kami
"Sudah Bu". ucap mereka
“Baiklah mari kita mulai belajar ya". ucap kami
“Baik Bu Guru". ucap mereka
Begitu lah kira-kira obrolan kami sebelum memulai pelajaran. Mereka sangat antusias untuk belajar di setiap harinya. Bagi mereka, jarak dan waktu bukan penghalang mereka untuk tetap bisa sekolah. Tak pernah ku temui rintihan lelah dari mulut mereka. Hidupnya selalu dipenuhi oleh riang gembira. Dengan semangat belajar mereka yang tinggi serta tawa bahagia merekalah yang menghapus lelahnya kami mengajar.
ADVERTISEMENT
Setiap hari semangat mereka untuk menuntut ilmu tak pernah redup, hingga suatu ketika musim hujan pun tiba. Kondisi jalan menuju sekolah sangat tidak memungkinkan untuk di tempuh, jalanan yang dipenuhi oleh lumpur dan batu. jika hujan mengguyur membuat jalanan menjadi becek dan licin. Sangat sulit untuk kami tempuh ke sekolah, tapi lagi dan lagi semangat mereka tak pernah hilang, selagi tubuh mereka sehat tak ada alasan untuk tidak sekolah, dan menjadi alasan utama kami untuk tetap mengajar. Bagi mereka musim kemarau ataupun musim hujan sama saja, mereka sama-sama akan tetap pergi ke sekolah. Semangat mereka yang tak pernah padam membuat aku yakin bahwa mereka calon orang-orang sukses di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Kedekatan kami dengan anak- anak terjalin erat selama tiga puluh hari. Sebelum kami pulang, kami membuat gerakan sekolah menyenangkan dengan membuat “Pohon Cita-cita” yang berguna untuk memotivasi dan mendorong mereka untuk terus semangat belajar. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk menuliskan sebanyak-banyaknya mimpi mereka di kertas stiky notes yang akan di tempelkan ke pohon harapan.
"Bu, aku mau jadi polisi"
"Aku mau jadi ustadz"
"Aku juga mau jadi ustadzah, Bu"
"kalau aku mau jadi Bu Guru, biar sama kaya Ibu"
Mereka saling bersahut-sahutan, mengacungkan tangan untuk berlomba-lomba agar bisa didengarkan. Dari banyaknya impian yang mereka tuliskan, mimpi Anen, Narja, dan Acil lah yang membuat hati saya tersentuh, mereka bertiga mempunyai mimpi untuk bisa bertemu dengan Rasulullah Saw. Masyallah tabarakallah. Begitu pun dengan mimpinya Karna, ia bermimpi untuk bisa ke Palestina membela Palestina, dan membebaskan Palestina dari kekejaman Israel. Masyallah nak, Mulia sekali hati kalian. Sangat tersentuh ketika kami membacakan semua impian-impian hebat mereka. Nak, di setiap langkah yang kalian ambil, ingatlah bahwa kalian memiliki kekuatan untuk perubahan di dunia ini. Teruslah bermimpi, teruslah belajar, dan percayalah bahwa setiap usaha kalian membawa cahaya kepada masa depan yang lebih baik. Jadilah penerus harapan dan kebijaksanaan. Saya bangga pernah menjadi dari perjalanan kalian. Selamat berjuang, dan selamat mengarungi kehidupan dengan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
Salah satu tembok penghalang yang menghambat diri kita untuk maju ialah ketika kita terhenti bermimpi. Menjadi lebih memprihatinkan apabila kita tidak memiliki impian atau cita- cita sendiri. Aku yakin dan percaya semua impian tidak akan kembali dengan tangan kosong. Aku berharap bukan hanya seratus mimpi ku saja yang akan terwujud, semoga banyak seratus mimpi dari anak-anak penerus bangsa yang lainnya akan sama-sama terwujud. Maka dari itu, mulailah bermimpi untuk setinggi-tingginya dan jangan pernah takut untuk bermimpi. Dalam kehidupan ini, mimpi adalah pemandangan indah yang membimbing kita melangkah menuju tujuan. Jangan pernah ragu untuk mengejar mereka, karena di setiap usaha untuk meraih mimpi, kita menemukan kekuatan untuk menciptakan realitas yang lebih indah. Mimpi adalah kompas hidup yang membawa kita pada petualangan tak terbatas, mengajarkan kita arti sejati dari eksistensi dan makna hidup. Jadi, teruslah bermimpi dan lakukan yang terbaik untuk mewujudkannya, karena di sanalah keajaiban sejati terjadi.
ADVERTISEMENT