Konten dari Pengguna

Skandal Keuangan eFishery: Ketika Laporan Tak Lagi Mewakili Fakta

Elsa Nurseha
Mahasiswi program studi pendidikan ekonomi di universitas Pamulang
23 April 2025 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Nurseha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Antoni Shkraba Studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/pemasaran-menawarkan-pria-laki-laki-5816298/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Antoni Shkraba Studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/pemasaran-menawarkan-pria-laki-laki-5816298/
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2024, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kasus skandal keuangan dari eFishery, startup teknologi akuakultur yang pernah digadang-gadang menjadi kebanggaan Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pemberi pakan ikan dan udang otomatis ini diduga memanipulasi laporan keuangannya agar terlihat lebih menguntungkan di mata investor dan publik.
ADVERTISEMENT
Kasus ini bukan hanya merusak citra eFishery sebagai startup unicorn, tetapi juga menjadi contoh nyata pentingnya prinsip transparansi dalam akuntansi keuangan.
Gambaran Kasus
eFishery diduga membuat dua versi laporan keuangan berbeda:
• Laporan untuk investor menyatakan pendapatan sebesar US$752 juta dan laba sebesar US$16 juta selama Januari hingga September 2024.
• Laporan internal justru menunjukkan pendapatan hanya US$157 juta dan kerugian sebesar US$35,4 juta.
Tak hanya itu, perusahaan juga dilaporkan melebih-lebihkan jumlah perangkat pemberi pakan yang beroperasi. Dari klaim lebih dari 400.000 unit, hasil audit menunjukkan hanya sekitar 24.000 yang aktif.
Analisis Laporan Keuangan
Jika kita tinjau dari sudut akuntansi keuangan, praktik ini merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip dasar akuntansi, terutama prinsip:
ADVERTISEMENT
• Keandalan dan keterandalan laporan keuangan,
• Keterbukaan informasi, serta
• Penyajian wajar (fair presentation).
Manipulasi ini berisiko tinggi menyesatkan investor dalam pengambilan keputusan, menimbulkan kerugian modal, serta menghancurkan reputasi perusahaan di mata publik dan regulator.
Perhitungan ROI (Return on Investment)
ROI digunakan untuk menilai efisiensi investasi terhadap keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Rumusnya:
ROI=(Laba atau Rugi Bersih/Total Investasi)×100%
Jika menggunakan data internal:
• Kerugian = US$35,4 juta
• Investasi = US$220 juta
ROI=(−35,4/ )×100%=−16,09%
Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian 16,09% dari total dana yang ditanamkan. Bagi investor, ini merupakan indikasi buruk terhadap efisiensi dan prospek bisnis eFishery.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Tindakan Perbaikan
Akibat skandal ini, beberapa langkah telah diambil:
• CEO dan CPO eFishery dicopot dari jabatannya.
• FTI Consulting ditunjuk untuk melakukan investigasi dan bertindak sebagai manajemen sementara.
• Pemeriksaan dan audit menyeluruh dilakukan untuk memastikan keabsahan data keuangan di masa mendatang.
Kasus ini juga menjadi pembelajaran besar bagi startup lain di Indonesia untuk tidak mengabaikan pentingnya tata kelola dan pelaporan keuangan yang akurat.
Kesimpulan
Kasus eFishery membuktikan bahwa laporan keuangan bukan sekadar dokumen angka, tapi cermin kejujuran dan integritas perusahaan. Di era ketika investor dan masyarakat semakin melek finansial, manipulasi seperti ini dapat menghancurkan kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Melalui analisis laporan keuangan dan perhitungan ROI, kita dapat melihat seberapa besar dampak manipulasi terhadap keberlangsungan bisnis dan reputasi perusahaan. Bagi mahasiswa, akademisi, dan pelaku usaha, kasus ini menjadi peringatan bahwa akuntansi keuangan harus dijalankan dengan prinsip etika, akurasi, dan transparansi.