Konten dari Pengguna

Dampak Revolusi Pertanian Terhadap Perkembangan Agama

Elsa Putri Hazzahra
Mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
2 Juni 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Putri Hazzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: Sutterstock
zoom-in-whitePerbesar
source: Sutterstock
ADVERTISEMENT
The Law of Religion
Agama adalah sebuah sistem yang mengatur norma atau nilai bagi manusia, berlandaskan keyakinan terhadap tatanan yang lebih tinggi dari manusia. Aturan dalam agama bukan berasal dari tingkah laku manusia, melaikan ditetapkan oleh otoritas absolut dan tertinggi. Jadi agama itu bukan produk dan hasil kesepakatan manusia. Agama pun tidak hanya menghadirkan aturan, tetapi juga mengikat moral dan perilaku para pengikutnya berdasarkan tatanan yang dianggap suci dan berada di atas manusia.
ADVERTISEMENT
Kemunculan agama menjadi pemersatu terbesar ketiga umat manusia setelah uang dan imperium. Dikarenakan semua tatanan dan hirarki sosial itu sifatnya imajinasi, maka semuanya rapuh. Nah, peran historis pentingnya agama itu adalah memberikan legitimasi supranatural kepada struktur-struktur yang rapuh ini.
Agama menjelaskan bahwa hukum itu bukanlah hasil kemauan manusia, tetapi ditetapkan oleh otoritas absolut dan tertinggi. Ini membantu menempatkan setidaknya beberapa hukum fundamental di luar jangkauan perdebatan. Dengan demikian, dapat memastikan stabilitas sosial. Tapi walaupun memiliki kemampuan untuk meligistimasi tatanan sosial.
Untuk bersatu di bawah naungannya dengan wilayah luas yayng dihuni oleh kelompok manusia yang berbeda. Suatu agama harus memiliki setidaknya dua ciri. Pertama, ia harus menganut tatanan supranatural yang selalu benar dimana saja. Kedua, ia harus bersikeras menyebarkan kepercayaan ini kepada semua orang. Dengan kata lain, ia harus universal dan misionaris.
ADVERTISEMENT
Silencing the llambs
Revolusi pertanian tampaknya membawa perubahan besar dalam kepercayaan manusia. Animisme, dimana manusia hidup setara dengan makhluk lain, mulai tergeser oleh agama politheisme dengan dewa-dewa yang berkuasa. Yang awalnya animisme, manusia hidup berdampingan dengan makhluk lain dan harus mempertimbangkan pandangan serta kepentingan mereka. Misalnya saja di Lembah Gangga, dilarang menebang pohon Ara besar karena takut roh pohon Ara itu marah dan balas dendam. Begitupun dengan lembah Indus, melarang pemburuan rubsh ekor putih karena mereka percaya rubah ekor putih pernah membantu nenek moyang atau sesepuh mereka.
Dengan adanya revolusi pertanian, para petani dan pengumpul merasa mereka tidak perlu dan tidak mungkin bernegosiasi dengan "barang milik" mereka sendiri. Perubahan ini menimbulkan masalah besar. Petani menginginkan kendali penuh atas tanah mereka. Namun mereka tau kendali tersebut terbatas. Manusia butuh entitas yang kekuatan dan otoritasnya mencakup segalanya.
ADVERTISEMENT
Lalu muncul lah politheisme yang artinya banyak dewa. Keberadaan dewa di sini menjadi solusi atas masalah sebelumnya. singkatnya, dampak terbesar dari perubahan ini adalah pada status manusia. Dalam animisme, manusia hanyalah salah satu dari banyak makhluk di dunia. Dalam politheisme, manusia menjadi pusat alam semesta, dengan nasib mereka yang ditentukan oleh hubungan mereka dengan para dewa.
Daftar Pustaka:
Harari, Y. N. (2015). Sapiens: A brief history of humankind. Harper Perennial. [DOI: 10.1093/9780062376665]