Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Resensi Novel "Kemarau" Karya A. A. Navis
25 Oktober 2022 8:22 WIB
Tulisan dari Elsa Ratna Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
IDENTITAS BUKU
Judul: Kemarau
Pengarang: A. A. Navis
Tahun Terbit: 1967
ADVERTISEMENT
Jumlah Halaman: 178 halaman
Penerbit: PT. Gramedia Widiasarana Idonesia, Jakarta
SINOPSIS
Kemarau merupakan salah satu novel karya A.A. Navis yang menceritakan sebuah kampung yang mengalami musim kemarau panjang. Tanah dan sawah retak karena cuaca yang sangat kering dan panas. Para petani semakin berputus asa atas musim kemarau yang panjang. Untuk mengatasi hal itu mereka pergi ke dukun untuk mendatangkan hujan, namun hasilnya tidak ada. Dan setelah tidak ada hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Setiap malam mereka pergi ke masjid untuk mengadakan ratib, mengadakan sembahyang meminta hujan. Tapi hujan tak turun juga. Keadaan itu membuat penduduk tidak mau lagi menggarap sawah mereka.
Namun, ada seorang petani yaitu Sutan Duano yang tidak bermalas-malasan. Dalam keadaan kemarau panjang ini, ia mengambil air di sebuah danau agar bisa mengairi sawahnya sehingga padinya tetap tumbuh. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Namun, bukannya mengikuti perbuatannya, penduduk malah menganggap Sutan Duano gila karena mengambil air danau pada musim kemarau.
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, datanglah anak kecil sekitar umur 12 tahun bernama Acin menghampiri Sutan Duano yang sedang duduk. Dia bertanya mengapa Sutan Duano mengangkut air dari danau dan bercerita tentang orang yang tidak mau mengairi sawahnya pada saat musim kemarau. Setelah lama mereka berbincang Acin pun bekerja sama untuk mengambil air danau dan mengairi sawah mereka.
Para penduduk yang melihat hal tersebut menganggap Sutan Duano sedang mencari perhatian kepada ibu Acin, yaitu Gundam janda enam tahun dengan dua orang anak. Mereka terus memperbincangkan Sutan Duano yang asal usulnya tidak jelas sambil bermain kartu.
Pada sore hari, ketika ia mengadakan pengajian di surau untuk kaum perempuan, Sutan Duano merasa sudah tiba saatnya untuk memengaruhi kaum perempuan untuk bergotong royong mengangkut air untuk membedakan mana sawah yang disiram dengan yang tidak disiram. Lalu ia berkata "meskipun manusia itu ada yang mengingkari Tuhan, kafir, munafik, tetapi kalau mereka giat berusaha, berani menantang kesulitan, mereka akan dapat lebih banyak dari orang yang malas, meski orang malas itu rajin sembahyang". Kemudian bercerita tentang susahnya orang zaman dahulu mempertahankan hidup dan kesulitan di negeri orang. Namun tetap saja hal itu tidak membuat penduduk setuju atas ajakan untuk mengairi sawah.
ADVERTISEMENT
Sutan Duano hampir putus asa akan hal tersebut. Apalagi para perempuan yang datang mengaji bukan untuk mendengarkan ceramahnya, melainkan mereka suka kepada Sutan Duano.
Pada suatu hari ia menerima surat dari anaknya yang berada si Surabaya. Anaknya meminta Sutan Duano untuk ke Surabaya. Dan berita itu pun meluas ke seluruh penduduk Mereka takjub bahwa Sutan Duano sudah memiliki anak yang kaya, bahkan mempunyai cucu. Padahal selama ini tak seorang pun tahu riwayat hidup dan asal-usulnya. Ini sebab Kutar membaca surat tersebut.
Kemudian Sutan Duano merenungi masa lalunya, istrinya meninggal karena melahirkan anak keduanya, setelah itu dia kawin lagi tetapi istrinya tidak sebaik ibu Masri yang telah meninggal dan akhirnya cerai. Untuk mengisi kesepiannya, Sutan Duano bermain dengan perempuan malam dan Masri melihat hal tersebut dan marah kepada perempuan malam itu dan memukulnya sampai ia masuk penjara selama tiga bulan. Setelah ia keluar, dikampung itulah dia tobat.
ADVERTISEMENT
Sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya hancur ketika ia bertemu dengan mertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia merasa kedatangannya adalah sesuatu yang sudah ditakdirkan, ia ingin meminta maaf atas perlakuannya di masa lalu. Dan akan memberitahu kepada anaknya tentang hubungannya dengan Iyah. Namun, Iyah sangat marah kepadanya dan mengusirnya, tetapi Sutan Duano tidak menyerah dan Iyah memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kemudian Masri datang dan melihat Suan Duano bersimbah darah, Iyah merasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni dan Masri bahwa Sutan Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia, sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam, yaitu ibu dari Acin.
ADVERTISEMENT
KELEBIHAN
Kelebihan dari novel ini terdapat banyak pesan moral dalam setiap ceritanya. Salah satunya, sifat dari tokoh Sutan Duano digambarkan dengan jelas, tokoh tersebut menyadarkan kita tentang begitu banyak hal yang seharusnya kita lakukan dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna. Di novel ini juga mengajarkan kita untuk bekerja keras, kita tidak boleh pasrah hidup kita kepada nasib, dukun, dan Tuhan. Lalu di novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu mengingat Tuhan.
KEKURANGAN
Kekurangan dari novel ini hanya pada penggunaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat umum dan terdapat istilah asing yang saya tidak pahami.